Transformasi Pendidikan Tinggi, Penguatan Budaya Ilmiah melalui Anjangsana Daring Penerima Beasiswa Pascasarjana 2025

Selasa, 04 Maret 2025 | 11:56:39 WIB
Transformasi Pendidikan Tinggi, Penguatan Budaya Ilmiah melalui Anjangsana Daring Penerima Beasiswa Pascasarjana 2025

JAKARTA – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Ditjen Dikti Kemdiktisaintek) terus berupaya memperkuat ekosistem ilmiah di Indonesia melalui berbagai inisiatif strategis, termasuk acara Anjangsana Daring Penerima Beasiswa Pascasarjana Ongoing Tahun 2025 yang diselenggarakan. Sebagai langkah nyata dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045, acara ini diikuti oleh 702 penerima beasiswa yang tersebar dari beragam skema, seperti Program Pendidikan Magister Menuju Sarjana Unggul (PMDSU), Tut Wuri Handayani, Indonesia-Austria Scholarship Program (IASP), Beasiswa Kemitraan Indonesia (BKI), Circular Economy Scholarship Program (CESP), dan Dikti-Coventry University.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Khairul Munadi, dalam sambutannya menekankan pentingnya pendidikan tinggi sebagai investasi masa depan bangsa. “Pendidikan tinggi adalah fondasi utama dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Anda semua adalah individu terpilih yang memiliki peran vital dalam mengembangkan ilmu pengetahuan demi kemajuan negara,” ujarnya, memberikan motivasi kepada para penerima beasiswa.

Acara ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang komunikasi antara pemerintah dan penerima beasiswa, tetapi juga sebagai upaya untuk membangun budaya ilmiah unggul yang berorientasi pada pengembangan riset berkualitas. Dalam kesempatan yang sama, I Gede Wenten, Staf Khusus Menteri Bidang Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek, menyampaikan materi bertajuk “Budaya Ilmiah Unggul.” Ia menekankan pentingnya riset sebagai pilar utama menuju ekonomi berbasis pengetahuan.

“Institusi akademik dan riset adalah pusat pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan. Oleh karena itu, penguatan budaya ilmiah dan ekosistem inovasi harus menjadi prioritas dalam strategi pembangunan nasional agar Indonesia dapat bersaing secara global,” jelas I Gede Wenten, menekankan pentingnya sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah.

Lebih lanjut, I Gede Wenten juga mendorong peserta untuk mengatasi keterbatasan dana dengan menggalakkan riset kreatif dan membangun jejaring akademik sebagai jembatan untuk kolaborasi riset dan inovasi. “Riset yang berfokus pada potensi lokal Indonesia tetap dapat diterapkan dengan pendekatan praktis yang berkelanjutan,” tambahnya.

Acara berlanjut dengan sesi diskusi mendalam tentang penguatan ekosistem riset di Indonesia. Peserta berdiskusi bagaimana membangun sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah untuk mendukung inovasi berbasis riset. Salah satu tantangan yang dibahas termasuk peningkatan kualitas publikasi ilmiah dan strategi untuk menjembatani kesenjangan antara dunia akademik dan industri.

Mohamad Almas Prakasa, salah satu peserta, menekankan pentingnya menciptakan budaya ilmiah berbasis meritokrasi di Indonesia. “Saya berharap kementerian dapat terus mewujudkan komitmennya untuk menciptakan budaya ilmiah berbasis meritokrasi, sehingga keilmuan di Indonesia terus berkembang dan dihargai,” ucapnya, menyuarakan harapan komunitas akademisi.

Interaksi peserta sangat terlihat selama sesi tanya jawab, menandakan semangat kolaboratif di antara peserta dari berbagai latar belakang. Sesi ini tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tetapi juga memetakan tantangan dan kesempatan dalam pengembangan riset berkualitas di tanah air.

Sebagai penutup, Sri Suning, Direktur Sumber Daya, mengungkapkan optimismenya terhadap sinergi yang akan dibangun melalui acara ini. “Bonus demografi yang kita miliki semakin terbatas, dan masa depan bangsa berada di tangan para ilmuwan muda, peneliti, dan akademisi. Oleh karena itu, kita harus saling mendukung dan berkolaborasi untuk memanfaatkan potensi ini demi kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan negara,” ungkapnya.

Khairul Munadi juga menegaskan kembali komitmen Ditjen Dikti dalam mendukung pengembangan sumber daya manusia yang mampu bersaing secara global, guna mewujudkan Indonesia sebagai pemain utama dalam ekonomi berbasis pengetahuan pada 2045. “Komunikasi yang kuat antara pemerintah dan akademisi sangat penting untuk menciptakan lingkungan riset yang produktif dan kompetitif,” tambahnya, menutup acara dengan seruan akan pentingnya kerjasama dan komunikasi berkelanjutan.

Kegiatan Anjangsana Daring ini merupakan bukti nyata bagaimana Kemdiktisaintek tidak hanya memberikan dukungan finansial melalui beasiswa, tetapi juga memupuk ekosistem riset yang kondusif untuk pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dengan fondasi ini, diharapkan Indonesia mampu menjawab tantangan global dan bertransformasi menjadi negara berbasis pengetahuan yang dapat bersaing di kancah internasional, sejalan dengan pencapaian Indonesia Emas 2045.

Terkini