Pengertian Investasi Jangka Pendek, Contoh, hingga Caranya

Rabu, 12 Maret 2025 | 11:58:18 WIB
pengertian investasi jangka pendek

Pengertian investasi jangka pendek merujuk pada upaya pengelolaan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keuntungan dalam waktu relatif singkat. 

Banyak orang memilih berinvestasi daripada sekadar menabung, terutama karena tidak semua orang memiliki kebiasaan menabung yang baik. 

Salah satu pilihan yang populer adalah investasi jangka pendek, yang memungkinkan investor memperoleh keuntungan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan jenis investasi lain.

Meskipun menawarkan keuntungan dalam waktu singkat, setiap investasi tetap memiliki risiko, termasuk investasi jangka pendek yang paling menguntungkan sekalipun. 

Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan berbagai aspek sebelum memutuskan untuk berinvestasi. 

Jika kamu tertarik untuk memulai, berikut ini adalah rangkuman informasi yang bisa membantu memahami lebih lanjut tentang pengertian investasi jangka pendek.

Pengertian Investasi Jangka Pendek

Dulu, investasi lebih identik dengan kalangan menengah ke atas. Namun, seiring waktu, mahasiswa, pekerja lepas, hingga ibu rumah tangga kini dapat berinvestasi dengan lebih mudah. 

Secara umum, investasi berarti menanamkan sejumlah dana dengan harapan memperoleh keuntungan di masa depan, sedangkan individu yang melakukannya disebut investor.

Berdasarkan jangka waktunya, investasi terbagi menjadi tiga kategori: jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. 

Banyak orang lebih memilih investasi dengan periode yang lebih singkat karena pencairannya lebih fleksibel dan dapat dilakukan kapan saja. 

Hal ini sejalan dengan pengertian investasi jangka pendek, yaitu bentuk investasi yang memungkinkan pencairan dana dalam waktu relatif cepat, biasanya dalam rentang 3 hingga 12 bulan.

Contoh Investasi Jangka Pendek

1. Deposito

Deposito merupakan salah satu instrumen investasi jangka pendek yang cukup dikenal luas. 

Saat kamu menyimpan dana dalam bentuk deposito, ada kesepakatan untuk tidak menarik uang tersebut selama periode tertentu dengan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan tabungan biasa. 

Jenis investasi ini tergolong aman dan menawarkan keuntungan yang stabil dalam jangka pendek. Selain itu, kamu bisa menentukan sendiri durasi penyimpanan dana sesuai dengan kebutuhan.

2. Obligasi Negara Ritel (ORI)

Obligasi Negara Ritel atau ORI adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah, sehingga tingkat risikonya sangat rendah. Namun, investasi di ORI biasanya memerlukan modal awal yang cukup besar, yakni minimal Rp3 juta. 

Instrumen ini memiliki jangka waktu investasi sekitar tiga tahun dan cocok bagi mereka yang mencari investasi dengan keamanan tinggi serta imbal hasil yang stabil.

3. Reksadana Pasar Uang

Dalam kategori investasi jangka pendek, terdapat dua jenis reksadana yang sering dipilih, yaitu reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap. 

Reksadana pasar uang menjadi favorit karena dana yang terkumpul akan diinvestasikan dalam berbagai instrumen pasar uang, seperti surat berharga pasar uang, sertifikat Bank Indonesia, dan deposito. 

Sementara itu, reksadana pendapatan tetap mengalokasikan sekitar 80% dana ke dalam instrumen surat berharga berbasis utang atau obligasi, yang termasuk dalam kategori pasar modal.

4. Saving Bonds Ritel (SBR)

Mirip dengan ORI, Saving Bonds Ritel (SBR) juga merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah dan digunakan untuk pembiayaan negara. 

Dengan berinvestasi di SBR, kamu secara tidak langsung berperan sebagai pemberi pinjaman kepada pemerintah. SBR sangat cocok bagi investor pemula karena menawarkan keamanan lebih tinggi serta imbal hasil yang kompetitif. 

Rata-rata tingkat pengembalian SBR sekitar 7%, lebih besar dibandingkan deposito yang berkisar antara 5-6%. 

Instrumen ini memiliki jangka waktu investasi dua tahun dengan pembayaran imbal hasil setiap bulan. 

Selain itu, modal awal investasi di SBR cukup terjangkau, yakni mulai dari Rp1 juta, sehingga sering dianggap sebagai pilihan investasi jangka pendek yang menarik.

5. Peer-to-Peer Lending

Peer-to-Peer Lending atau P2P Lending semakin diminati sebagai alternatif investasi. Meski menawarkan peluang keuntungan yang tinggi, instrumen ini juga memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan investasi konvensional. 

Beberapa platform penyedia layanan P2P Lending menawarkan berbagai kemudahan bagi investor dalam menyalurkan dananya kepada peminjam. 

Namun, sebelum memutuskan untuk berinvestasi di P2P Lending, penting untuk melakukan riset mendalam guna memahami potensi risiko yang ada serta memilih platform yang terpercaya.

Investasi Jangka Pendek Syariah

Bagi kamu yang ingin berinvestasi tetapi masih ragu karena khawatir tidak sesuai dengan prinsip syariah, investasi jangka pendek berbasis syariah bisa menjadi pilihan.

Investasi syariah pada dasarnya berlandaskan prinsip-prinsip Islam, yang memastikan bahwa sumber keuntungan tidak berasal dari hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama, seperti riba, alkohol, judi, rokok, atau pornografi. 

Berikut beberapa jenis investasi jangka pendek syariah yang bisa kamu pertimbangkan.

1. Reksadana Syariah

Reksadana syariah menjadi pilihan favorit bagi investor pemula yang ingin berinvestasi tanpa harus mengelola dana secara langsung. 

Dana yang dikumpulkan akan dikelola oleh manajer investasi profesional dan dialokasikan ke berbagai instrumen yang sesuai dengan prinsip syariah. 

Misalnya, dalam reksadana saham syariah, hanya saham perusahaan yang beroperasi sesuai dengan syariat Islam yang akan dipilih. 

Selain itu, reksadana syariah juga dapat dimulai dengan modal kecil, bahkan hanya Rp100.000,- sehingga lebih mudah diakses oleh banyak orang.

2. Obligasi Syariah (Sukuk)

Obligasi syariah, atau yang lebih dikenal sebagai sukuk di Indonesia, adalah surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah. 

Berbeda dengan obligasi konvensional yang berbasis utang, sukuk merepresentasikan kepemilikan terhadap aset yang disewakan atau akan disewakan. 

Sukuk ritel dapat dibeli oleh individu dengan minimal investasi Rp5 juta dan menawarkan imbal hasil yang kompetitif dibandingkan deposito. 

Pembayaran keuntungan atau ujrah dilakukan secara berkala dengan nominal tetap setiap bulannya. Selain itu, pembelian sukuk ritel juga relatif mudah karena bisa dilakukan melalui bank yang bertindak sebagai agen penjual.

3. Deposito Syariah

Deposito syariah memiliki konsep yang hampir sama dengan deposito konvensional, namun menggunakan akad mudharabah yang berprinsip bagi hasil, bukan sistem bunga.

Dalam investasi ini, dana yang ditempatkan akan dikelola untuk usaha yang sesuai dengan prinsip syariah, dan keuntungannya dibagikan berdasarkan nisbah yang telah disepakati di awal. 

Setiap bank syariah memiliki kebijakan nisbah yang berbeda, dan tingkat keuntungannya dapat bervariasi tergantung pada kinerja bank tersebut dalam mengelola dana nasabahnya.

4. P2P Lending Syariah

Sebagai salah satu bentuk investasi jangka pendek yang semakin populer, peer-to-peer (P2P) lending syariah menawarkan peluang investasi yang berbasis teknologi finansial.

Model ini memungkinkan individu untuk memberikan pendanaan kepada pemilik usaha tanpa melibatkan unsur riba. 

P2P lending syariah kini semakin berkembang, terutama dengan banyaknya startup fintech yang menyediakan layanan investasi sesuai dengan prinsip syariah. 

Meskipun memiliki potensi keuntungan yang menarik, investor tetap disarankan untuk melakukan riset terlebih dahulu sebelum berpartisipasi dalam investasi ini.

Cara Investasi Jangka Pendek

1. Tetapkan Tujuan Investasi

Investasi tanpa arah yang jelas bisa membuatmu kehilangan fokus dan kurang termotivasi. 

Sebaliknya, dengan menetapkan tujuan yang spesifik, kamu bisa lebih mudah memilih instrumen investasi yang sesuai dan tetap bersemangat dalam menjalankannya.

Misalnya, jika kamu berencana membeli rumah dalam lima tahun ke depan, tentukan jumlah dana yang dibutuhkan, lalu hitung berapa besar investasi yang perlu kamu lakukan setiap bulan agar target tersebut bisa tercapai tepat waktu.

2. Pahami Cara Kerja Setiap Instrumen

Melihat riwayat kinerja suatu instrumen investasi dapat memberikan gambaran tentang potensinya di masa depan. Jika pertumbuhannya stagnan dalam beberapa tahun terakhir, kemungkinan besar tren tersebut akan terus berlanjut. 

Oleh karena itu, pelajari pola pergerakan dan kinerja instrumen investasi dengan cermat, serta periksa rekam jejak platform yang akan kamu gunakan untuk berinvestasi.

3. Pilih Instrumen yang Sudah Kamu Pahami

Jangan pernah berinvestasi pada instrumen yang belum kamu kuasai, terutama jika ini merupakan pengalaman pertamamu. 

Mulailah dengan instrumen yang sudah kamu kenal atau pelajari terlebih dahulu instrumen yang menarik minatmu dan memiliki potensi baik. Biasanya, investor pemula cenderung memilih instrumen dengan risiko rendah seperti emas atau deposito. 

Selain itu, reksadana juga bisa menjadi pilihan yang cocok bagi mereka yang baru mulai berinvestasi.

4. Mulai dengan Dana Kecil

Meskipun investasi berisiko rendah, sebaiknya jangan langsung mengalokasikan dana dalam jumlah besar. Mulailah dengan nominal kecil atau jumlah minimal yang diperlukan. 

Misalnya, jika kamu tertarik berinvestasi di reksadana, kamu bisa memulainya dengan Rp100.000,- saja. Pastikan juga bahwa dana yang digunakan adalah "uang dingin," yakni uang yang tidak dibutuhkan dalam waktu dekat atau untuk kebutuhan sehari-hari.

5. Pilih Instrumen dengan Potensi Keuntungan Tinggi

Tujuan utama berinvestasi adalah memperoleh keuntungan dalam waktu relatif singkat. Oleh sebab itu, pilihlah instrumen yang menawarkan tingkat pengembalian (return) yang tinggi. 

Namun, jangan lupa bahwa setiap investasi memiliki risiko yang bervariasi, baik rendah maupun tinggi. 

Lakukan analisis secara menyeluruh sebelum memutuskan untuk menanamkan dana pada suatu instrumen investasi agar kamu bisa mengoptimalkan keuntungan dengan risiko yang terkendali.

6. Kombinasikan dengan Investasi Jangka Panjang

Secara umum, investasi jangka pendek memberikan return yang lebih kecil dibandingkan investasi jangka panjang. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, kamu bisa mengombinasikan keduanya dalam portofolio investasimu. 

Diversifikasi aset sangat penting agar nilai investasimu tetap positif dan mampu mengimbangi inflasi. 

Selain itu, pastikan kamu memahami cara menghitung keuntungan dari investasi jangka pendek yang kamu lakukan agar strategi investasimu semakin matang.

Keuntungan Investasi Jangka Pendek

1. Pengembalian Dana yang Lebih Cepat

Keunggulan utama dari investasi jenis ini adalah proses pengembalian modal beserta keuntungannya yang berlangsung dalam waktu singkat. 

Banyak investor tertarik karena uang yang diinvestasikan dapat segera berputar kembali, baik dengan menanamkan modal di instrumen lain maupun melakukan trading di pasar uang.

2. Fleksibilitas dalam Pencairan Dana

Salah satu alasan mengapa banyak orang lebih memilih investasi ini adalah kemudahan dalam mencairkan dana.

Berbeda dengan investasi jangka panjang yang mengharuskan modal tetap terikat dalam periode yang lama, investasi ini memungkinkan kamu mendapatkan keuntungan dalam waktu relatif singkat. 

Sebagai contoh, obligasi perusahaan dengan jangka waktu antara 10 hingga 30 tahun tentu memerlukan kesabaran lebih lama untuk memperoleh hasilnya. 

Sementara itu, keuntungan dari deposito bisa mulai dinikmati hanya dalam kurun waktu minimal enam bulan, meskipun jumlahnya tidak sebesar investasi jangka panjang.

3. Bisa Menjadi Cadangan Dana Darurat

Karena sifatnya yang fleksibel dan cepat dicairkan, investasi ini sangat sesuai bagi mereka yang belum memiliki penghasilan stabil atau cukup besar untuk berinvestasi secara rutin. 

Apalagi jika belum memiliki dana darurat yang memadai, menyisihkan sebagian dana untuk investasi ini bisa menjadi strategi cerdas. 

Dengan begitu, jika sewaktu-waktu ada kebutuhan mendesak, dana tersebut bisa segera dimanfaatkan tanpa harus menunggu lama.

4. Dapat Membantu Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari

Selain menjadi dana darurat, investasi jenis ini juga bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan dalam jangka pendek. 

Bagi mereka yang kondisi keuangannya masih belum terlalu stabil, memiliki investasi yang mudah dicairkan dapat membantu mengatasi pengeluaran harian tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pemasukan utama.

5. Risiko Lebih Terkendali

Meskipun dikenal memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan investasi jangka panjang, bukan berarti investasi ini sepenuhnya bebas dari risiko. Fluktuasi nilai investasi yang cukup tinggi tetap harus diperhitungkan. 

Banyak investor memilih untuk mengalokasikan sebagian modalnya ke investasi jangka panjang karena meskipun membutuhkan waktu lebih lama, pertumbuhan nilai investasinya cenderung lebih stabil dan berkelanjutan.

Sebagai penutup, memahami pengertian investasi jangka pendek dapat membantumu memilih strategi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan, terutama jika ingin mendapatkan keuntungan dalam waktu yang lebih cepat.

Terkini