JAKARTA – Dalam sebuah pengumuman penting yang dirilis pada hari Minggu, Fitch Ratings telah mengonfirmasi Peringkat Default Penerbit Jangka Panjang (IDR) pada produsen terkemuka tembaga dan emas, PT Freeport Indonesia (PTFI), tetap di peringkat BBB. Lembaga pemeringkat global ini juga memastikan bahwa prospek jangka panjang PTFI adalah stabil. Selain itu, Fitch juga mempertahankan peringkat obligasi senior tanpa jaminan dolar AS PTFI di level yang sama.
Keputusan untuk mempertahankan peringkat ini sebagian besar dipengaruhi oleh dukungan dari pemegang saham mayoritas sebesar 48,76 persen, yaitu Freeport-McMoRan Inc. (FCX), yang juga memperoleh peringkat BBB dengan prospek stabil. Profil Kredit Mandiri (SCP) PTFI yaitu‘bbb memperoleh dorongan positif dari kemungkinan dukungan kuat ini.
“Profil Kredit Mandiri PTFI didukung oleh keberadaan tambang Grasberg yang berkualitas tinggi di Indonesia serta profil keuangan dengan leverage yang moderat. Namun demikian, konsentrasi aset yang signifikan di satu lokasi dan eksposur terhadap risiko regulasi di Indonesia merupakan faktor pembatas SCP PTFI,” kutip laporan resmi dari Fitch.
PT Freeport Indonesia diketahui mengoperasikan salah satu deposit tembaga dan emas terbesar di dunia yang terletak di Grasberg, Papua. Dua logam ini terus menjadi komoditas berharga dengan permintaan global yang tinggi.
Menurut Fitch, PTFI diproyeksikan akan berhasil menghasilkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) tahunan minimal US$5 miliar dalam tiga tahun ke depan. Proyeksi ini didasarkan pada perencanaan penambangan PTFI yang matang serta dek harga logam yang diharapkan oleh Fitch. Dengan berada di kuartil pertama pada kurva biaya tembaga global, posisi ini memastikan PTFI dapat tetap menikmati margin keuntungan yang sehat meskipun pasar logam mengalami tekanan harga.
Selain itu, output emas dan produk sampingan lainnya memberikan PTFI kelebihan biaya bersih sebesar US$0,28 per pon (lb) tembaga pada tahun 2024, berbeda dibandingkan dengan US$0,10/lb biaya bersih pada tahun 2023. Perbandingan ini menunjukkan efisiensi operasional yang semakin baik yang diantisipasi tahun depan.
Fitch juga memperkirakan bahwa leverage bersih EBITDA PTFI akan mengalami kenaikan bertahap namun tetap di bawah 1,0x dalam periode tiga tahun ke depan, dengan perkiraan leverage di tahun 2024 adalah 0,2x. Penyesuaian ini disebabkan oleh perkiraan EBITDA yang lebih rendah akibat asumsi harga tembaga dan emas yang lebih lemah.
Dalam hal arus kas, PTFI diproyeksikan akan menghasilkan arus kas operasi yang melebihi belanja modal tahunan yang sudah direncanakan. Pihak manajemen PTFI memproyeksikan bahwa belanja modal akan mengalami penurunan menjadi US$2,2 miliar pada tahun 2026 dan 2027, turun dari US$2,8 miliar pada tahun 2025, setelah penyelesaian proyek peleburan. Dalam anggaran tersebut juga termasuk pengembangan tambang bawah tanah Kucing Liar dan pembangunan pembangkit listrik tenaga gas baru.
“Rencana kami mencakup pengembangan tambang bawah tanah tambahan dan pembangkit listrik baru yang diharapkan bisa meningkatkan efisiensi operasional dan menekan biaya produksi lebih lanjut,” kata seorang eksekutif di PTFI yang tidak ingin disebutkan namanya.
Dalam hal pembayaran dividen, Fitch memproyeksikan PTFI akan memberikan dividen tahunan lebih dari US$2,0 miliar. Namun, pembiayaan pembayaran dividen ini mungkin memerlukan dana ekstra dari saldo kas dan utang tambahan, berdasarkan asumsi belanja modal dan harga komoditas dari Fitch. "Kami juga memprediksi PTFI akan mengatur kembali kebijakan dividennya jika terjadi pelemahan signifikan pada EBITDA," tambah Fitch dalam laporannya.
Analisis dan proyeksi positif serta stabil Fitch terkait PTFI menunjukkan keyakinan pada manajemen strategi perusahaan dan dukungan yang kuat dari Freeport McMoRan. Namun, penting bagi PTFI untuk tetap waspada terhadap perubahan regulasi dan fluktuasi harga komoditas yang bisa mempengaruhi performa keuangan masa depan.
Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, menekankan pentingnya kolaborasi Indonesia dengan perusahaan seperti Freeport dan Chevron untuk meningkatkan pembangunan di Indonesia. Komitmen ini mencerminkan upaya berkelanjutan pemerintah dalam memperkuat sektor pertambangan dan energi tanah air.
Dengan semua perkembangan ini, PTFI tampaknya berada di posisi yang baik untuk menghadapi tantangan yang akan datang dan terus memanfaatkan sumber daya alam Indonesia yang melimpah, memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan keuntungan bagi pemegang saham.