JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kembali menegaskan komitmennya sebagai pilar utama penggerak ekonomi kerakyatan. Hingga akhir kuartal pertama 2025, BRI sukses menyalurkan kredit mikro senilai Rp632,22 triliun, atau setara dengan 46,02% dari total portofolio pembiayaan dan kredit perseroan sebesar Rp1.373,66 triliun.
Capaian signifikan ini memperlihatkan peran nyata BRI dalam memperkuat sektor usaha mikro sebagai fondasi ekonomi nasional. Langkah ini juga selaras dengan visi pembangunan pemerintah melalui Asta Cita, khususnya Asta Cita Ketiga yang menargetkan peningkatan lapangan kerja berkualitas dan penguatan kewirausahaan, serta Asta Cita Keenam yang menekankan pengurangan kesenjangan antarwilayah dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Direktur Mikro BRI, Akhmad Purwakajaya, menegaskan bahwa pencapaian penyaluran kredit mikro ini bukan hanya angka semata, melainkan representasi dari peran strategis BRI dalam menggerakkan roda perekonomian dari akar rumput. “Penyaluran kredit mikro BRI sebesar Rp632,22 triliun merupakan bentuk nyata komitmen kami dalam memberdayakan pelaku usaha mikro di seluruh penjuru negeri. Ini adalah upaya sistematis dan berkelanjutan untuk mendorong transformasi ekonomi rakyat agar semakin tangguh dan mandiri,” ujar Akhmad Purwakajaya.
Akses Pembiayaan Inklusif di Seluruh Wilayah
Kredit mikro BRI menjangkau berbagai segmen pelaku usaha, mulai dari pedagang pasar tradisional, pengusaha warung, pelaku usaha tani, hingga pelaku industri rumah tangga. Jaringan BRI yang luas hingga ke pelosok desa menjadi kekuatan utama dalam menjangkau nasabah yang selama ini belum tersentuh layanan perbankan konvensional.
Melalui program seperti Kupedes (Kredit Umum Pedesaan) dan KUR (Kredit Usaha Rakyat), BRI secara konsisten memperkuat akses pembiayaan bagi sektor usaha mikro yang menjadi tulang punggung perekonomian rakyat.
Menurut data internal BRI, sebagian besar debitur mikro yang dilayani berasal dari sektor produktif seperti perdagangan, pertanian, peternakan, dan industri kecil. Hal ini menunjukkan bahwa dana yang disalurkan tidak sekadar untuk konsumsi, tetapi betul-betul dipakai untuk mengembangkan usaha dan menciptakan nilai tambah ekonomi di tingkat lokal.
Digitalisasi Layanan Mikro
Selain memperluas jangkauan, BRI juga terus berinovasi dengan mengintegrasikan layanan digital untuk nasabah mikro. Salah satunya adalah penggunaan platform BRISPOT, aplikasi yang digunakan oleh mantri BRI untuk memproses kredit mikro secara lebih cepat dan efisien, bahkan bisa dilakukan di tempat usaha nasabah.
Digitalisasi proses kredit ini mempercepat waktu persetujuan, meningkatkan akurasi analisis risiko, dan mempermudah pemantauan performa nasabah. Ini menjadi bagian dari transformasi BRI untuk menciptakan layanan keuangan inklusif berbasis teknologi.
Akhmad menyebutkan bahwa pendekatan digital tetap mengedepankan sentuhan manusia, mengingat karakteristik pelaku usaha mikro di Indonesia yang sebagian besar masih membutuhkan bimbingan langsung. “Kami mengombinasikan teknologi digital dengan kehadiran fisik petugas kami di lapangan. BRI tidak sekadar menyalurkan dana, tetapi juga menjadi mitra pertumbuhan bagi pelaku UMKM,” tambahnya.
Sejalan dengan Strategi Jangka Panjang
Capaian penyaluran kredit mikro BRI juga tidak terlepas dari strategi korporasi jangka panjang yang menempatkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan sebagai prioritas utama. BRI percaya bahwa kekuatan ekonomi nasional terletak pada kekokohan fondasi mikro dan ultra mikro.
Langkah ini diperkuat melalui kehadiran Holding Ultra Mikro (UMi) yang terdiri dari BRI, Pegadaian, dan PNM (Permodalan Nasional Madani). Sinergi ini memungkinkan terwujudnya ekosistem pembiayaan yang menyeluruh dari ultra mikro hingga mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Salah satu wujud konkret sinergi tersebut adalah layanan co-location di bawah nama Sentra Layanan Ultra Mikro (SenyuM), yang memudahkan pelaku usaha dalam mengakses berbagai produk pembiayaan, tabungan, dan pendampingan usaha dari ketiga lembaga anggota holding.
Dorongan terhadap Ekonomi Nasional
Kontribusi BRI dalam penyaluran kredit mikro memiliki dampak makro terhadap perekonomian nasional. Dengan ratusan triliun rupiah mengalir ke sektor produktif mikro, terjadi efek domino dalam penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya beli, dan perluasan basis pajak dari sektor informal yang kian terdokumentasi dan terdigitalisasi.
Analis perbankan menilai bahwa keberhasilan BRI menjaga keseimbangan antara inklusi keuangan dan kualitas portofolio menjadi salah satu model ideal dalam pengembangan keuangan mikro di negara berkembang.
Hal ini juga tercermin dari kualitas kredit (Non Performing Loan/NPL) mikro BRI yang tetap terjaga di bawah batas aman, berkat strategi mitigasi risiko dan pendekatan berbasis komunitas yang diterapkan oleh para petugas lapangan.
Komitmen Terus Berlanjut
Dengan melihat tren pertumbuhan dan peningkatan kebutuhan pembiayaan sektor mikro, BRI optimistis bahwa kredit mikro akan terus menjadi pilar utama pertumbuhan bisnis perseroan ke depan. Target penyaluran kredit mikro di tahun 2025 pun dipatok lebih tinggi, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan tetap positif. “Kami tidak berhenti di sini. Ke depan, BRI akan terus memperluas jangkauan, meningkatkan kualitas layanan, serta memperdalam integrasi digital untuk menjangkau lebih banyak pelaku usaha mikro yang potensial,” pungkas Akhmad Purwakajaya.
Langkah strategis BRI dalam memperluas dan memperdalam pembiayaan mikro membuktikan bahwa perbankan nasional bisa menjadi motor penggerak perubahan ekonomi yang berkeadilan. Kredit mikro senilai Rp632,22 triliun bukan sekadar angka, tetapi simbol dari komitmen untuk memberdayakan rakyat kecil agar naik kelas, lebih sejahtera, dan berdaya saing di tengah tantangan ekonomi global.