Pengertian Return on Assets ROA, Rumus, Fungsi, dan Contoh

Senin, 30 Juni 2025 | 14:22:56 WIB
pengertian return on assets

JAKARTA - Pengertian return on assets merujuk pada kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba bersih. 

Dalam dunia usaha, pemahaman serta cara perhitungan ROA sangat penting karena menjadi indikator efisiensi penggunaan modal yang ditanamkan dalam bentuk aset.

ROA atau Return on Assets merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang dapat dihasilkan dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan. 

Nilai ROA diperoleh melalui perhitungan khusus yang bisa memberikan gambaran menyeluruh terkait efektivitas kinerja operasional. 

Dengan memahami ROA, perusahaan dapat melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap jalannya kegiatan bisnis demi meningkatkan hasil investasi yang diharapkan.

Namun, tak jarang perusahaan terlalu berfokus pada pencapaian margin laba tanpa memperhitungkan rasio ROA secara menyeluruh. 

Padahal, pengukuran ini sangat berguna dalam menganalisis pertumbuhan dan daya saing perusahaan dari waktu ke waktu. 

ROA juga membantu memperkirakan seberapa besar dana yang perlu dialokasikan agar target penjualan dan margin keuntungan bisa tercapai dengan efisien.

Seorang ahli dalam bidang bisnis menyebut bahwa ROA merupakan indikator penting yang menunjukkan hubungan antara penggunaan aset dan besarnya hasil yang diperoleh dari investasi tersebut, termasuk dalam pembelian aset tetap, modal kerja, hingga biaya pengembangan.

Dengan demikian, memahami pengertian return on assets menjadi langkah awal yang strategis dalam mengelola aset dan mengoptimalkan kinerja keuangan perusahaan secara menyeluruh.

Pengertian Return on Assets (ROA)

Pengertian return on assets merujuk pada kemampuan suatu perusahaan dalam memanfaatkan seluruh aset yang dimilikinya untuk menghasilkan keuntungan. 

Menurut Mardiyanto, seorang pakar di bidang keuangan, ROA merupakan indikator keuangan yang digunakan untuk mengevaluasi seberapa efektif aktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba.

Secara sederhana, rasio ini menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dihasilkan dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan dalam bentuk aset. 

Misalnya, jika seseorang menjual nasi goreng di pinggir jalan, maka alat seperti gerobak adalah bagian dari aset. ROA akan menggambarkan seberapa besar keuntungan dari hasil berjualan dibandingkan dengan biaya pembelian gerobak tersebut.

Hery, ekonom lainnya, menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai ROA, maka semakin besar pula laba yang diperoleh dari setiap rupiah yang diinvestasikan dalam aset perusahaan. 

Dengan kata lain, pengusaha yang ingin mengoptimalkan usahanya akan berupaya meningkatkan ROA, karena nilai ROA yang rendah menunjukkan bahwa aset yang ada belum digunakan secara maksimal untuk menghasilkan keuntungan.

Definisi Return on Assets (ROA) Menurut Para Ahli

Terdapat berbagai sudut pandang mengenai definisi Return on Assets (ROA) yang dikemukakan oleh para ahli. Berikut ini adalah beberapa pendapat dari para pakar terkait pengertian ROA:

Kasmir (2014)

Menurut Kasmir, ROA merupakan salah satu rasio keuangan yang berfungsi untuk menunjukkan tingkat pengembalian yang diperoleh perusahaan dari penggunaan aset yang dimilikinya.

Tandelilin (2010)

Tandelilin menjelaskan bahwa ROA mencerminkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan seluruh aset yang tersedia guna menghasilkan laba bersih setelah dikurangi pajak.

Fahmi (2014)

Fahmi mengartikan ROA sebagai sebuah instrumen analisis yang digunakan untuk menilai seberapa besar hasil yang diperoleh dari investasi modal, dan apakah hasil tersebut sejalan dengan target atau harapan investasi yang ditetapkan.

Sawir (2005)

Menurut pendapat Sawir, ROA digunakan sebagai rasio keuangan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan dalam menghasilkan keuntungan secara keseluruhan. 

Nilai ROA yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola dan memanfaatkan asetnya dengan baik dan efisien.

Home & Wachowicz (2005)

Kedua ahli ini mendefinisikan ROA sebagai alat evaluasi yang digunakan untuk menilai tingkat efisiensi perusahaan dalam memperoleh laba bersih melalui pemanfaatan aset yang dimiliki.

Apa Pentingnya Menggunakan ROA?

Membahas ROA berarti membahas sejauh mana sebuah perusahaan mampu mengelola dan memaksimalkan aset yang dimilikinya secara optimal. 

Kinerja manajemen perusahaan akan tercermin dari nilai ROA—semakin tinggi nilainya, maka semakin baik efisiensi penggunaan aset yang dilakukan. 

Sebaliknya, ROA yang rendah dapat menjadi indikator kurangnya efektivitas dalam pengelolaan sumber daya perusahaan.

Meski begitu, ROA hanya relevan jika digunakan untuk membandingkan kinerja keuangan antar perusahaan yang beroperasi di subsektor industri yang sama. 

Sebagai ilustrasi, ROA dari PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) akan lebih tepat jika dibandingkan dengan PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), karena keduanya berada di sektor pertambangan batu bara.

Hal utama yang perlu disadari dalam dunia usaha adalah pentingnya kemampuan perusahaan dalam mencetak laba dari aset yang dimiliki, meskipun aset tersebut terbatas. 

Nilai ROA menjadi cerminan dari kemampuan tersebut, menggambarkan seberapa besar keuntungan yang berhasil diperoleh dari setiap unit aset yang digunakan.

Rumus ROA untuk Mengukur Efisiensi Perusahaan

Untuk menghitung Return on Asset (ROA), terdapat dua komponen utama yang diperlukan, yaitu laba bersih dan total aset. 

Data mengenai laba bersih biasanya dapat ditemukan pada laporan laba rugi perusahaan, di mana angka tersebut merupakan hasil dari total pendapatan dikurangi seluruh beban atau biaya yang dikeluarkan.

Sementara itu, total aset bisa dilihat dalam laporan neraca (balance sheet). Di dalam neraca, total aset merupakan hasil penjumlahan antara kewajiban (liabilitas) dan modal pemilik (ekuitas). 

Liabilitas mengacu pada seluruh utang atau kewajiban finansial yang harus dibayar oleh perusahaan, sedangkan ekuitas adalah bagian dari aset yang pada akhirnya akan menjadi hak pemilik saham.

Nilai ROA diperoleh dengan membagi laba bersih dengan total aset, lalu dikalikan 100 agar hasilnya berupa persentase. Rumus dasar ROA dapat dituliskan sebagai:

Return on Asset = (Laba Bersih ÷ Total Aset) × 100%

Untuk memahami cara kerjanya secara sederhana, berikut adalah ilustrasi perhitungan ROA pada dua perusahaan dalam industri yang sama. Misalnya, Perusahaan X memiliki total aset sebesar Rp200 juta dan menghasilkan laba bersih Rp30 juta. 

Di sisi lain, Perusahaan Y memiliki aset senilai Rp150 juta dengan laba bersih sebesar Rp25 juta.

Sekilas, Perusahaan X terlihat lebih menguntungkan karena laba bersihnya lebih besar. Namun, untuk melihat efisiensi penggunaan aset, kita perlu menghitung ROA masing-masing:

ROA Perusahaan X = (30.000.000 ÷ 200.000.000) × 100 = 15%

ROA Perusahaan Y = (25.000.000 ÷ 150.000.000) × 100 = 16,66%

Dari hasil tersebut, meskipun Perusahaan X menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi, Perusahaan Y ternyata lebih efisien dalam menggunakan asetnya untuk memperoleh keuntungan. 

ROA Perusahaan Y lebih besar, yang berarti manajemen asetnya lebih optimal. Inilah sebabnya mengapa ROA menjadi salah satu alat analisis penting dalam pengambilan keputusan investasi. 

Laba bersih yang besar belum tentu menjamin efisiensi perusahaan jika nilai ROA-nya tidak menunjukkan hasil yang memuaskan.

Fungsi ROA untuk Perusahaan

Menilai Tingkat Profitabilitas dan Efisiensi Operasional

Return on Asset (ROA) memberikan gambaran tentang seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dari setiap unit aset yang dimiliki perusahaan. 

Semakin tinggi nilai pengembaliannya, maka semakin besar pula tingkat keuntungan dan efisiensi dari operasional bisnis yang dijalankan.

Membandingkan Performa Perusahaan dalam Industri yang Sama

Perlu dipahami bahwa nilai ROA sebaiknya tidak digunakan untuk membandingkan perusahaan lintas sektor industri, karena setiap industri memiliki karakteristik penggunaan aset yang berbeda. 

Beberapa jenis usaha, seperti manufaktur atau energi, membutuhkan investasi besar pada peralatan, properti, atau fasilitas produksi, yang tentu berbeda dibandingkan perusahaan yang beroperasi di sektor jasa atau teknologi yang asetnya lebih minimal. 

Oleh karena itu, ROA hanya relevan jika digunakan untuk mengevaluasi performa perusahaan-perusahaan dalam industri yang serupa.

Menilai Tingkat Ketergantungan Perusahaan terhadap Aset

ROA juga berguna dalam menilai seberapa besar ketergantungan suatu perusahaan terhadap aset yang dimilikinya. 

Jika nilai ROA rendah, hal ini menandakan bahwa perusahaan beroperasi dalam bisnis dengan intensitas aset yang tinggi—contohnya adalah industri penerbangan atau manufaktur berat. 

Sebaliknya, nilai ROA yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tidak terlalu bergantung pada aset fisik besar untuk menjalankan operasinya, seperti yang terlihat pada perusahaan teknologi atau pengembang perangkat lunak.

Secara umum, perusahaan dengan ROA di bawah 5% biasanya tergolong dalam kategori bisnis padat aset, sedangkan ROA di atas 20% mencerminkan bisnis yang beroperasi dengan aset yang lebih ringan.

Manfaat ROA bagi Perusahaan

Setelah memahami apa itu ROA dan seberapa penting peran rumus ini dalam dunia bisnis, kini saatnya meninjau manfaat praktisnya bagi perusahaan. Berikut beberapa kegunaan utama dari Return on Asset:

ROA sebagai Indikator Profitabilitas dan Efisiensi Operasional

Nilai ROA yang tinggi menunjukkan bahwa sebuah perusahaan mampu menghasilkan laba secara maksimal dari aset yang dimilikinya. Ini menjadi sinyal positif bahwa manajemen perusahaan menjalankan operasional dengan efisien. 

Informasi ini sangat penting terutama bagi calon investor, karena ROA yang kuat dapat meningkatkan kepercayaan mereka untuk menanamkan modal, sebab menunjukkan potensi keuntungan yang menarik.

ROA untuk Perbandingan Kinerja dengan Pesaing

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ROA idealnya digunakan untuk membandingkan kinerja keuangan antar perusahaan yang bergerak di sektor atau industri yang sama. 

Oleh karena itu, investor kerap menggunakan rasio ini sebagai alat pembanding saat mengevaluasi calon perusahaan tempat mereka akan berinvestasi. 

ROA membantu memberikan gambaran seberapa unggul efisiensi dan profitabilitas suatu bisnis dibandingkan para pesaing langsungnya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return on Assets (ROA) 

Menurut Kasmir, terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA), yaitu margin laba bersih dan tingkat perputaran aset secara keseluruhan. 

Ketika ROA menunjukkan angka yang rendah, hal ini bisa jadi disebabkan oleh rendahnya margin laba, yang kemudian berdampak pada menurunnya keuntungan bersih, serta disebabkan oleh lambatnya perputaran total aset perusahaan.

Munawir juga menyampaikan pandangan serupa bahwa besar kecilnya nilai ROA sangat bergantung pada dua elemen penting. Pertama, tingkat perputaran aset yang berasal dari laba operasional perusahaan. 

Kedua, tingkat margin keuntungan, yang diukur berdasarkan persentase dari total penjualan bersih. Rasio margin ini digunakan untuk menilai seberapa besar laba yang bisa diperoleh perusahaan dibandingkan dengan nilai penjualannya.

Secara umum, ROA termasuk dalam kategori rasio profitabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Selain faktor-faktor di atas, terdapat beberapa elemen lain yang juga dapat memengaruhi besarnya ROA, antara lain:

1. Perputaran Kas (Cash Turnover)

Cash turnover mencerminkan efisiensi perusahaan dalam mengelola ketersediaan kas untuk mendukung operasional dan mencapai target bisnis. 

Rasio ini digunakan untuk menilai apakah modal kerja yang tersedia cukup untuk menutupi kewajiban seperti utang dan biaya penjualan. 

Kasmir menjelaskan bahwa rasio ini membantu perusahaan memahami seberapa efektif kas digunakan untuk membayar tagihan dan menunjang kegiatan operasional.

2. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas kebijakan penjualan kredit yang diterapkan perusahaan. 

Sawir menjelaskan bahwa receivable turnover dapat menunjukkan seberapa cepat perusahaan mampu menagih piutang dalam satu periode, atau seberapa sering dana yang tertanam dalam piutang tersebut berputar dalam satu tahun. 

Tinggi rendahnya rasio ini ditentukan oleh seberapa besar modal yang dialokasikan untuk piutang. Semakin cepat piutang berputar, semakin cepat pula modal kembali dan dapat digunakan kembali.

3. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Persediaan termasuk dalam aktiva lancar yang memiliki peran penting dalam proses operasional perusahaan. Perputaran persediaan yang baik memungkinkan kas lebih cepat kembali melalui penjualan. 

Kasmir menambahkan bahwa rasio ini mengukur seberapa besar dana yang digunakan untuk persediaan dan seberapa sering dana tersebut berputar dalam satu tahun. 

Semakin efisien perputaran persediaan, semakin lancar pula siklus produksi dan distribusi barang ke pelanggan, yang tentunya mendukung kelancaran operasional secara keseluruhan.

Kelebihan dan Kekurangan Return on Assets (ROA)

Kelebihan:

  • Dapat Dibandingkan dengan Rata-Rata Industri

ROA memungkinkan perusahaan untuk membandingkan kinerjanya dengan standar rata-rata dalam industri yang sama. 

Hal ini bermanfaat dalam mengevaluasi posisi perusahaan di pasar serta menjadi landasan dalam merancang strategi bisnis yang lebih tepat sasaran.

  • Mengukur Efisiensi Penggunaan Modal secara Menyeluruh

Apabila perusahaan telah menerapkan sistem akuntansi yang baik dan benar, ROA bisa digunakan sebagai alat untuk menilai seberapa efisien modal digunakan dalam operasional. 

ROA juga cukup responsif terhadap berbagai perubahan yang berdampak pada kondisi keuangan perusahaan, sehingga bisa menjadi alat analisis yang cukup akurat.

Kekurangan:

  • Terpengaruh oleh Metode Akuntansi dan Nilai Aset Tetap

Sebagai alat pengukur kinerja, ROA sangat dipengaruhi oleh metode penyusutan (depresiasi) dan penilaian aset tetap yang digunakan. Dalam situasi inflasi, ROA dapat menimbulkan penyimpangan atau distorsi yang signifikan. 

Ini terjadi karena harga jual yang telah disesuaikan meningkat, sedangkan beberapa elemen biaya masih dinilai dengan harga lama yang tidak mencerminkan kondisi riil, sehingga ROA tampak lebih tinggi dari yang sebenarnya.

Contoh Perhitungan dari Rumus Return on Assets (ROA)

Untuk memahami cara kerja perhitungan Return on Assets (ROA) secara lebih mendalam, mari kita tinjau beberapa contoh konkret di bawah ini:

Contoh 1: Studi Kasus Mayora Indah Tbk (MYOR)

Data diambil dari laporan keuangan tahun 2019 milik PT Mayora Indah Tbk, salah satu perusahaan publik di Indonesia. Pada tahun tersebut, perusahaan mencatat total aset sebesar Rp19.037,9 miliar dan laba bersih mencapai Rp1.987,8 miliar.

Rumus ROA:

ROA = (Laba Bersih ÷ Total Aset) × 100%

ROA = (1.987,8 ÷ 19.037,9) × 100%

ROA = 10,44%

Dari hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap satu rupiah aset yang dimiliki Mayora menghasilkan sekitar 10,44% keuntungan bersih.

Contoh 2: Perbandingan antara Dua Perusahaan Serupa

Misalnya terdapat dua perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang sama: Perusahaan A dan Perusahaan B.

Perusahaan A memiliki total aset sebesar Rp400 juta dan mencatat laba bersih sebesar Rp60 juta.

Perusahaan B memiliki aset lebih kecil, yaitu Rp300 juta, namun menghasilkan laba bersih sebesar Rp50 juta.

Sekilas, Perusahaan A tampak lebih menguntungkan karena menghasilkan laba bersih yang lebih besar. Namun, mari kita lihat efisiensi penggunaan asetnya melalui perhitungan ROA.

ROA Perusahaan A

= (60.000.000 ÷ 400.000.000) × 100%

= 15%

ROA Perusahaan B

= (50.000.000 ÷ 300.000.000) × 100%

= 16,67%

Dari hasil tersebut terlihat bahwa Perusahaan B lebih efisien dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba, meskipun total asetnya lebih kecil dibandingkan Perusahaan A. 

Kesimpulannya, besarnya aset tidak selalu menjamin tingginya keuntungan. 

Yang lebih penting adalah bagaimana perusahaan memanfaatkan aset tersebut secara optimal untuk menghasilkan laba. ROA membantu menyoroti efisiensi ini dan menjadi salah satu tolok ukur penting dalam analisis kinerja keuangan.

Sebagai penutup, dengan memahami pengertian return on assets, perusahaan dapat mengevaluasi efisiensi penggunaan aset untuk menghasilkan laba, yang penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan bisnis.

Terkini