JAKARTA - Di tengah tantangan likuiditas yang masih membayangi industri, sektor perbankan justru mencatatkan perkembangan positif dalam penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Capaian ini menjadi penanda bahwa kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan nasional tetap tinggi dan terus menguat seiring waktu.
Data per Juni 2025 menunjukkan bahwa total DPK perbankan berhasil tumbuh signifikan hingga mencapai Rp 8.991 triliun, meningkat 6,6% secara tahunan (YoY). Kinerja ini sekaligus mencerminkan adanya penyesuaian strategi oleh pelaku industri keuangan untuk tetap kompetitif dan adaptif terhadap kondisi pasar.
Padahal, pada bulan sebelumnya, pertumbuhan DPK tercatat hanya sekitar 3,8% YoY, yang menggambarkan adanya percepatan pertumbuhan yang cukup tajam dalam waktu satu bulan. Lonjakan ini dinilai sebagai respons positif masyarakat terhadap berbagai inovasi dan penawaran produk simpanan yang diberikan oleh perbankan nasional.
Giro Tumbuh Paling Agresif
Jika ditelaah lebih dalam, kenaikan DPK paling mencolok datang dari instrumen giro yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 8,8% YoY. Meskipun kontribusinya masih lebih kecil dibandingkan dengan instrumen lainnya seperti tabungan dan deposito, pertumbuhan yang agresif ini menunjukkan bahwa pelaku usaha dan korporasi masih aktif menaruh dana likuid di sistem perbankan.
Giro sendiri kerap dimanfaatkan oleh nasabah korporasi untuk transaksi bisnis harian. Dengan adanya kenaikan signifikan, maka aktivitas transaksi harian di sektor bisnis juga dapat diasumsikan meningkat, menandakan bahwa roda perekonomian terus berputar dengan stabil.
Deposito Masih Jadi Pilar Utama
Kontribusi terbesar dalam struktur DPK masih ditopang oleh simpanan berjangka atau deposito, dengan nilai mencapai Rp 3.233 triliun. Meskipun pertumbuhannya terpantau paling lambat yakni hanya 4,2% YoY, perannya tetap vital dalam menopang stabilitas likuiditas bank.
Deposito menjadi pilihan utama bagi nasabah yang menginginkan keuntungan pasti dengan risiko minimal. Oleh karena itu, walau tidak tumbuh agresif, keberadaan dana di instrumen ini mencerminkan stabilitas jangka menengah dari arus kas perbankan.
Tabungan Menyusul dengan Pertumbuhan Stabil
Di posisi kedua, terdapat instrumen tabungan yang menjadi pilihan utama masyarakat ritel. Nilai dana yang tersimpan dalam bentuk tabungan mencapai Rp 2.952 triliun, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,1% YoY.
Capaian ini menjadi sinyal bahwa edukasi keuangan yang dijalankan oleh berbagai institusi mulai menunjukkan hasil. Kesadaran masyarakat dalam menabung serta kemudahan akses layanan digital banking menjadi pendorong utama pertumbuhan tabungan.
Kondisi ini juga memperlihatkan bahwa ekosistem inklusi keuangan terus membaik, dengan masyarakat semakin aktif memanfaatkan produk simpanan perbankan sebagai bagian dari perencanaan keuangan mereka.
Dominasi Valuta Rupiah
Dari sisi jenis mata uang, DPK dalam valuta rupiah menjadi penopang utama dengan total nilai mencapai Rp 7.635 triliun, tumbuh 7,4% YoY. Tren ini menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat dalam menyimpan dananya di mata uang domestik.
Stabilitas nilai tukar rupiah, suku bunga acuan yang relatif terkendali, serta berbagai kebijakan makroprudensial yang diterapkan regulator menjadi faktor yang ikut mendorong masyarakat untuk terus mengandalkan instrumen perbankan berbasis rupiah.
Di sisi lain, DPK dalam valuta asing hanya tumbuh sebesar 1,8% YoY, dengan nilai sekitar Rp 1.355 triliun. Kenaikan yang relatif kecil ini sejalan dengan pilihan masyarakat yang lebih cenderung menyimpan dana dalam bentuk rupiah. Selain itu, volatilitas global yang masih tinggi membuat nasabah lebih berhati-hati dalam memanfaatkan mata uang asing sebagai instrumen simpanan.
Optimisme Perbankan Tetap Terjaga
Pertumbuhan DPK yang terjadi saat likuiditas sedang ketat menjadi penanda positif bagi industri perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa bank mampu menjaga kepercayaan masyarakat melalui inovasi layanan dan pengelolaan dana yang prudent.
Kondisi ini juga memberikan ruang yang lebih luas bagi perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor produktif, yang pada gilirannya dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional secara lebih merata.
Industri perbankan diperkirakan akan terus memperkuat strategi penghimpunan dana melalui berbagai kanal, termasuk digitalisasi layanan, promo bunga simpanan yang menarik, serta edukasi literasi keuangan kepada masyarakat luas.
Menuju Stabilitas Sistem Keuangan
Secara keseluruhan, pertumbuhan DPK hingga Rp 8.991 triliun menegaskan pentingnya fungsi intermediasi yang dijalankan oleh perbankan. Dana yang dihimpun tersebut bukan hanya berperan sebagai sumber likuiditas, namun juga sebagai pendorong utama pembiayaan bagi berbagai sektor ekonomi.
Di tengah tantangan global dan domestik, perbankan nasional tetap mampu menjaga momentum positif. Capaian ini diharapkan menjadi landasan yang kuat dalam menjaga stabilitas sistem keuangan serta mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.