Hilirisasi Dorong Kemandirian Energi Nasion

Sabtu, 02 Agustus 2025 | 09:30:24 WIB
Hilirisasi Dorong Kemandirian Energi Nasion

JAKARTA - Pengembangan sektor energi kini tidak hanya mengandalkan potensi sumber daya alam, tetapi juga diarahkan untuk mendorong kemandirian nasional secara menyeluruh. Dalam forum energi dan pertambangan nasional, pemerintah kembali menegaskan bahwa batubara akan tetap menjadi bagian penting dari transisi energi, sekaligus pendorong utama dalam hilirisasi untuk menghasilkan produk bernilai tambah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan pentingnya strategi jangka pendek dalam memperkuat pilar kemandirian energi nasional. Langkah ini sekaligus menjadi salah satu bagian dari delapan prioritas pembangunan nasional yang dirancang dalam kerangka Asta Cita untuk lima tahun ke depan.

Arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mempercepat penggunaan energi terbarukan serta pencapaian target emisi nol bersih turut menjadi bagian dari agenda besar transformasi sektor energi. Dalam kerangka tersebut, investasi besar pun dirancang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung proses dekarbonisasi yang tetap realistis dan menguntungkan.

Airlangga menyampaikan bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen hanya dapat tercapai jika disertai dengan investasi yang kuat. Pemerintah memproyeksikan kebutuhan investasi sebesar Rp13.000 triliun selama periode lima tahun ke depan. Pada tahun pertama, target investasi telah ditetapkan sebesar Rp2.100 triliun, meningkat dari capaian sebelumnya.

Di tengah upaya transformasi energi, Indonesia tetap memiliki kekuatan besar pada sektor batubara. Cadangan batubara nasional yang melimpah menjadikan komoditas ini sebagai aset penting, baik dari sisi energi domestik maupun ekspor. Dengan strategi yang tepat, batubara tidak hanya berkontribusi terhadap pasokan energi nasional, tetapi juga menjadi alat untuk mempercepat industrialisasi melalui hilirisasi.

Pemerintah terus mendorong pengolahan batubara menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah tinggi. Salah satu langkah nyata adalah pengembangan dimetil eter (DME) sebagai bahan bakar alternatif yang bisa menggantikan LPG. Upaya ini tidak hanya mengurangi ketergantungan terhadap impor, tetapi juga meringankan beban subsidi energi yang selama ini cukup besar.

Selain itu, pemanfaatan batubara untuk menghasilkan metanol juga menjadi fokus penting. Metanol berperan sebagai bahan baku dalam produksi biodiesel, yang menjadi salah satu solusi jangka panjang dalam memperkuat ketahanan energi nasional berbasis energi bersih.

Untuk mendukung langkah besar ini, pemerintah telah menyusun peta jalan hilirisasi bagi 28 komoditas unggulan. Proyeksi dari program ini cukup menjanjikan, dengan potensi investasi mencapai lebih dari USD618 miliar dan menyerap lebih dari tiga juta tenaga kerja. Nilai ekspor ditaksir mencapai USD857,9 miliar, sementara kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dapat mencapai USD235,9 miliar hingga tahun 2040.

Secara khusus, proyek-proyek hilirisasi mineral dan batubara diperkirakan membutuhkan investasi sebesar USD20 miliar. Dengan besarnya alokasi tersebut, diharapkan terjadi lompatan dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi tinggi, termasuk teknologi clean coal yang ramah lingkungan.

Penggabungan teknologi batubara dengan pembakaran amonia atau hidrogen menjadi salah satu strategi jangka menengah yang sedang dikaji. Langkah ini menjadi penting untuk memastikan keberlanjutan energi nasional yang tetap sejalan dengan komitmen lingkungan.

Lebih lanjut, Airlangga menyebut bahwa sektor minyak dan gas juga memiliki peran besar dalam mendukung strategi ini. Teknologi seperti carbon capture and storage (CCS) kini dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi gas melalui enhanced gas recovery. Teknologi ini juga mendukung target emisi yang lebih rendah karena memungkinkan penangkapan karbon dari proses industri.

Pemerintah tetap menekankan bahwa setiap bentuk hilirisasi yang dilakukan harus memenuhi prinsip tata kelola yang baik dan berkelanjutan. Pendekatan environment, social, and governance (ESG) menjadi syarat mutlak agar industri ekstraktif tetap memberikan manfaat luas tanpa mengorbankan aspek lingkungan dan sosial.

Prinsip pertambangan yang baik dan berwawasan lingkungan (good mining practice dan green mining practice) menjadi pondasi dalam membangun industri energi masa depan. Hal ini diharapkan memperkuat kepercayaan investor sekaligus memastikan pembangunan yang inklusif.

Sejumlah proyek hilirisasi bahkan telah memperoleh status sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang memungkinkan adanya dukungan regulasi serta insentif dari pemerintah. Langkah ini memberikan keleluasaan bagi pelaku usaha untuk mengembangkan inovasi dan meningkatkan daya saing produk energi nasional di pasar global.

Dengan arah kebijakan yang jelas dan dukungan penuh dari pemerintah, transformasi energi berbasis hilirisasi dan teknologi terbarukan menjadi fondasi penting dalam membangun masa depan energi Indonesia yang mandiri, inklusif, dan berkelanjutan.

Terkini