Panas Bumi Perkuat Langkah Strategis PGEO

Senin, 04 Agustus 2025 | 11:57:35 WIB
Panas Bumi Perkuat Langkah Strategis PGEO

JAKARTA - Pengembangan energi bersih terus menjadi bagian penting dari agenda pembangunan nasional, dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menunjukkan posisi kuatnya sebagai pelaku utama di sektor panas bumi. Dengan dukungan operasional yang solid serta arah kebijakan pemerintah yang berpihak pada energi baru terbarukan, kinerja PGEO selama semester pertama 2025 mencerminkan potensi sektor panas bumi yang terus bertumbuh di Indonesia.

Pendapatan yang dibukukan oleh PGEO pada paruh pertama 2025 mencapai USD 204,85 juta, mengalami pertumbuhan 0,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, laba tahun berjalan perusahaan tercatat sebesar USD 68,93 juta, yang telah memenuhi 48 persen dari estimasi yang disusun Trimegah Sekuritas dan sekitar 44 persen dari proyeksi konsensus pasar. Capaian ini menunjukkan bagaimana PGEO mengelola performa keuangannya dengan stabil di tengah tantangan sektor energi global.

Dari sisi operasional, peningkatan performa dari sejumlah pembangkit listrik tenaga panas bumi menjadi kontributor utama bagi peningkatan pendapatan kuartalan PGEO, yang tercatat naik sebesar 1,8 persen atau setara dengan USD 103,3 juta dibandingkan kuartal sebelumnya. Dua unit PLTP andalan—Kamojang dan Ulubelu—menjadi pusat perhatian. Tingkat utilisasi PLTP Kamojang bahkan mencapai 90 persen, jauh di atas rata-rata normal yang umumnya hanya berada di kisaran 70 persen. Ini menjadi indikasi bahwa infrastruktur dan pemeliharaan pembangkit berjalan dengan efisien.

Analis Trimegah Sekuritas, Sabrina, menilai kebijakan energi pemerintah yang semakin mendukung pemanfaatan panas bumi membuka ruang positif bagi pelaku industri. Menurutnya, PGEO memiliki posisi yang sangat strategis untuk memanfaatkan peluang ini. “PGEO adalah pemain utama di sektor panas bumi Indonesia. Dengan kapasitas terpasang 1.932 megawatt (MW), di mana 727 MW dikelola langsung dan sisanya melalui skema kerja sama, perusahaan memiliki skala dan pengalaman operasional yang solid,” ujarnya di Jakarta dalam keterangan resmi.

Keunggulan PGEO tidak hanya terletak pada operasional yang sudah matang, tetapi juga pada strategi ekspansi yang tengah berjalan. Upaya perusahaan untuk menambah kapasitas terkelola langsung menjadi 1 gigawatt (GW) dalam dua hingga tiga tahun ke depan menunjukkan visi jangka panjang dalam mendorong pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia. Ini menjadi penting mengingat target nasional untuk memperbesar porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional.

Salah satu langkah konkret dari strategi ekspansi PGEO terlihat dari pengoperasian PLTP Lumut Balai Unit 2 pada akhir Juni 2025, yang menambah kapasitas sebesar 55 MW. Di samping itu, pengembangan proyek Hululais Unit 1 dan 2 dengan total kapasitas 110 MW, proyek co-generation di Ulubelu dan Lahendong, serta eksplorasi wilayah kerja Gunung Tiga, menandai komitmen perusahaan dalam memperluas kontribusi terhadap penyediaan energi bersih.

“Kinerja positif PGEO mencerminkan potensi sektor EBT di Indonesia yang terus berkembang. Apalagi dengan adanya rencana ekspor listrik EBT sebesar 3 GW ke Singapura yang menjadi sinyal positif bagi masa depan industri energi bersih nasional,” jelas Sabrina.

Rencana ekspor tersebut memberi dorongan tambahan terhadap optimisme pasar atas kemampuan dan peluang yang dimiliki oleh pemain geothermal dalam negeri. Ekspor energi bersih bukan hanya berkontribusi pada devisa negara, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara.

Dari sisi valuasi, Sabrina menyampaikan bahwa PGEO masih tergolong menarik. Dengan potensi panas bumi nasional yang mencapai 24 GW sebagaimana tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru, ruang pertumbuhan bagi PGEO dan pelaku lainnya di sektor ini masih sangat terbuka lebar.

Harapan terhadap percepatan pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) antara Independent Power Producer (IPP) dan PLN juga menjadi faktor penting. Kesepakatan-kesepakatan baru tersebut akan memperkuat kepastian proyek dan mendorong percepatan investasi dalam sektor panas bumi. Hal ini akan memberikan dampak positif, baik terhadap performa keuangan perusahaan seperti PGEO maupun terhadap perluasan akses energi bersih di berbagai daerah.

Di tengah transisi energi dan peningkatan kebutuhan listrik berkelanjutan, PGEO tampaknya berada di posisi yang tepat. Kombinasi antara pengalaman teknis, strategi ekspansi yang jelas, serta arah kebijakan yang mendukung menjadikan emiten ini semakin relevan dalam peta energi nasional.

Panas bumi sebagai sumber energi andalan tak hanya menyumbang kinerja korporasi yang sehat, tetapi juga menyiratkan harapan besar bagi transformasi energi di Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Terkini