Minyak Menguat Seiring Sensitivitas Pasar Global

Rabu, 06 Agustus 2025 | 14:39:12 WIB
Minyak Menguat Seiring Sensitivitas Pasar Global

JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia menunjukkan tanda-tanda pemulihan seiring meningkatnya sensitivitas pasar terhadap dinamika geopolitik. Ketidakpastian yang muncul dari kemungkinan kebijakan tarif baru Amerika Serikat terhadap India memberikan dorongan pada harga minyak mentah global. Brent naik sekitar 0,6%, diperdagangkan di kisaran USD 68 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami kenaikan ke rentang USD 65,5–66 per barel setelah sempat tertekan pada titik terendah lima minggu terakhir.

Perubahan harga ini mencerminkan bagaimana pasar merespons dengan cepat terhadap ancaman yang berpotensi memengaruhi keseimbangan pasokan. Ancaman tersebut datang dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mempertimbangkan penerapan tarif baru terhadap India, yang tetap melakukan pembelian minyak dari Rusia.

Ancaman Tarif Jadi Sinyal Potensial Gangguan Pasokan

Meskipun pernyataan Trump masih bersifat spekulatif, reaksi pasar menunjukkan bahwa ancaman tersebut dinilai cukup serius. Pasalnya, bila tarif benar-benar diterapkan, maka hal itu bisa menciptakan gangguan pada aliran minyak ke pasar internasional. Kekhawatiran ini menjadi sinyal penting yang langsung diterjemahkan ke dalam dinamika harga.

Kondisi ini menjadi indikasi bahwa pasar minyak saat ini berada dalam fase yang sangat sensitif terhadap kemungkinan perubahan kebijakan, terutama dari negara-negara besar yang memiliki peran strategis dalam distribusi energi global.

OPEC+ dan Inventori AS Jadi Penyeimbang Tekanan

Di sisi lain, kebijakan OPEC+ juga turut menjadi bagian dari lanskap pergerakan harga. Organisasi negara pengekspor minyak dan sekutunya itu sebelumnya telah menyepakati penambahan produksi sebesar 547.000 barel per hari yang mulai berlaku pada September. Langkah ini sempat menimbulkan kekhawatiran akan kelebihan pasokan (oversupply), yang menekan harga secara temporer.

Namun demikian, sentimen tersebut berhasil ditekan oleh penurunan signifikan dalam stok minyak mentah Amerika Serikat. Data menunjukkan adanya penurunan sebesar 4,2 juta barel dalam minggu terakhir, yang akhirnya mendorong kepercayaan pasar dan memperkuat harga minyak mentah, baik Brent maupun WTI.

India Tegaskan Komitmen Energi Nasional

India berada di tengah pusaran perhatian pasar energi global. Negara ini terus melanjutkan pembelian minyak mentah dari Rusia, dengan volume mencapai sekitar 1,75 juta barel per hari. Angka ini menjadikan India sebagai pembeli utama minyak Rusia setelah Tiongkok.

Pemerintah India menegaskan bahwa langkah ini didasarkan pada kebutuhan menjaga kestabilan energi dalam negeri. Dalam pernyataannya, India menyebut bahwa ancaman tarif yang dilontarkan AS tidak memiliki dasar yang kuat. Selain itu, India juga menegaskan kesiapan untuk menjaga kepentingan ekonominya, termasuk dari sisi energi.

Kebijakan impor tersebut, menurut pemerintah India, bukanlah bentuk keberpihakan politik, melainkan strategi pragmatis untuk memastikan ketahanan energi nasional tetap terjaga.

Stabilitas Pasar Bergantung pada Respons Global

Sejumlah analis menilai bahwa arah pasar minyak dalam waktu dekat akan bergantung pada kejelasan kebijakan dari Amerika Serikat maupun perubahan perilaku dari negara-negara konsumen utama seperti India dan Tiongkok. Tim analis dari UBS menyebut bahwa kondisi pasar masih relatif stabil, namun rentan terhadap perubahan kebijakan mendadak.

Sementara itu, strategi global juga menjadi sorotan dari lembaga seperti ING, yang menyampaikan bahwa penghentian impor dari Rusia oleh lebih banyak negara besar dapat memicu dampak signifikan terhadap ketersediaan pasokan. Jika itu terjadi, maka lonjakan harga minyak bisa menjadi hal yang tak terhindarkan.

Proyeksi Pergerakan Harga Masih dalam Rentang Wajar

Untuk sementara, harga WTI diproyeksikan masih bergerak di kisaran USD 60–70 per barel. Proyeksi ini diasumsikan dengan pertimbangan bahwa India akan tetap konsisten membeli minyak dari Rusia. Namun, apabila terjadi pengurangan impor oleh India atau Tiongkok, maka respons pasar diperkirakan akan berbentuk peningkatan harga lebih lanjut.

Situasi ini menunjukkan bahwa pasar sangat responsif terhadap sinyal kebijakan dari negara-negara besar. Setiap langkah strategis yang diambil akan membawa dampak nyata pada dinamika harga dalam waktu cepat.

Dinamika Positif di Tengah Ketidakpastian

Harga minyak menunjukkan penguatan sebagai respons terhadap kemungkinan gangguan pasokan akibat tekanan tarif AS terhadap India. Meskipun pasar diwarnai kekhawatiran akan potensi oversupply dari peningkatan produksi OPEC+, data penurunan stok di Amerika Serikat menjadi faktor penyeimbang yang cukup kuat dalam menjaga kestabilan harga.

Di tengah kondisi global yang dinamis, India tetap pada posisinya sebagai konsumen besar yang mengutamakan kestabilan energi domestik. Keputusan-keputusan strategis dari negara besar seperti India dan Tiongkok diprediksi akan menjadi penentu utama arah harga dalam jangka pendek.

Dengan berbagai faktor tersebut, pasar minyak dunia memperlihatkan fleksibilitas dan ketahanan yang positif, memberikan ruang optimisme dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan di tengah ketidakpastian geopolitik yang berkembang.

Terkini