JAKARTA - Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan pada triwulan II tahun 2025. Dengan angka tumbuh mencapai 7,14 persen secara tahunan, Kepri menjadi wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Pulau Sumatera. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran sektor industri pengolahan dan migas yang menjadi tulang punggung penggerak perekonomian daerah.
Adidoyo Prakoso, Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepri, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Kepri pada periode tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 5,16 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan hingga pertengahan tahun 2025 sudah mencapai 6,15 persen, menandakan akselerasi positif dalam berbagai sektor.
Peran Industri Pengolahan dalam Menggenjot Produksi
Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 6,96 persen. Lonjakan ini dipicu oleh meningkatnya produksi elektronik menjelang penerapan tarif resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat. Dengan adanya kebijakan tarif tersebut, produsen lokal dapat memperluas pasar ekspor sehingga mendorong aktivitas produksi dalam negeri.
Perkembangan positif ini menjadi sinyal kuat bahwa industri pengolahan di Kepri semakin berdaya saing dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi ekonomi daerah.
Lonjakan Besar di Sektor Pertambangan dan Konstruksi
Tidak kalah mencolok adalah pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 24,21 persen, tertinggi di antara sektor lainnya. Adidoyo menjelaskan, lonjakan ini didukung oleh beroperasinya Lapangan Forel dan Terubuk di Natuna, sekaligus didorong oleh efek basis rendah dari tahun sebelumnya. Kontribusi sektor ini tercermin dari sumbangan sebesar 2,18 poin terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepri.
Sektor konstruksi juga mengalami pertumbuhan sehat sebesar 7,75 persen, seiring dengan berlangsungnya proyek strategis nasional di wilayah Kepri. Pengembangan Terminal 2 Bandara Hang Nadim dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Kesehatan Internasional menjadi faktor pendorong utama dalam meningkatkan aktivitas konstruksi. Proyek-proyek ini tidak hanya memperkuat infrastruktur, tetapi juga membuka lapangan kerja dan memperkuat daya tarik investasi.
Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Ekspor Meningkat
Dari sisi pengeluaran, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami peningkatan yang cukup pesat, yakni 8,70 persen. Komponen ini memberikan kontribusi sebesar 3,57 poin terhadap pertumbuhan ekonomi Kepri. Kenaikan ini mencerminkan optimisme pelaku usaha dan pemerintah daerah dalam memperkuat kapasitas produksi dan investasi jangka panjang.
Selain itu, ekspor neto Kepri turut mengalami peningkatan seiring dengan ekspansi sektor industri pengolahan dan beroperasinya proyek migas baru. Aktivitas ekspor yang kuat memberikan sinyal positif bagi perekonomian daerah dalam menjaga neraca perdagangan dan mendorong pendapatan daerah.
Konsumsi Rumah Tangga dan Inflasi Terkendali
Konsumsi rumah tangga di Kepri tetap stabil dan menunjukkan mobilitas tinggi, terutama selama masa libur panjang dan hari besar keagamaan. Kondisi ini mencerminkan ketahanan daya beli masyarakat sekaligus menjadi faktor penting dalam mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi.
Inflasi di wilayah ini juga tercatat terkendali dengan angka 0,19 persen secara bulanan pada Juli 2025, setelah sempat mengalami deflasi. Inflasi tahunan berada di level 1,97 persen, masih dalam batas target nasional yang sehat. Kota-kota utama seperti Batam, Tanjungpinang, dan Karimun mengalami inflasi ringan, terutama akibat kenaikan harga beberapa komoditas pokok seperti bawang merah, ikan tongkol, dan telur ayam.
Optimisme Pertumbuhan Berkelanjutan di Kepri
Deputi Direktur BI Kepri, Adidoyo Prakoso, menegaskan bahwa tren positif ini diperkirakan akan terus berlanjut. Ia mengaitkan prospek pertumbuhan dengan keberadaan proyek strategis nasional, investasi yang masuk ke Kawasan Ekonomi Khusus, serta meningkatnya jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke daerah tersebut.
Meski demikian, BI tetap waspada terhadap risiko-risiko eksternal yang mungkin muncul, seperti kebijakan tarif dagang Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik di tingkat global. “Bersama pemerintah daerah dan Tim Pengendali Inflasi Daerah, kami terus menjaga stabilitas harga,” ujar Adidoyo. Berbagai langkah seperti operasi pasar, penguatan cadangan pangan, dan peningkatan produksi lokal dilakukan untuk memastikan kestabilan ekonomi tetap terjaga.
Dengan dukungan sektor industri pengolahan dan migas yang semakin kuat, serta berbagai proyek strategis yang berjalan dengan baik, Provinsi Kepulauan Riau tampak berada pada jalur pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan. Kepri semakin memperkuat posisi sebagai daerah yang mampu berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya secara berkelanjutan.