JAKARTA - Dorongan pembaruan kembali menggema bagi PT Kereta Api Indonesia (KAI) setelah peristiwa yang menimpa KA 1 Argo Bromo Anggrek di Subang. Ketua DPR RI Puan Maharani menilai, kejadian tersebut seharusnya menjadi pemicu lahirnya perubahan besar dalam sistem dan manajemen transportasi kereta api nasional.
Menurut Puan, momentum ini sangat tepat dimanfaatkan KAI untuk melakukan langkah-langkah perbaikan yang tidak hanya bersifat simbolik, tetapi juga berdampak nyata bagi masyarakat. Ia menegaskan, kepercayaan publik terhadap penyelenggara transportasi tidak dibangun dalam sehari, melainkan melalui komitmen dan tanggung jawab yang konsisten.
“Permintaan maaf itu baik, tapi jangan berhenti di situ. Yang dibutuhkan publik bukan sekadar simbol empati, tapi langkah konkret untuk membenahi sistem. Jangan sampai ini hanya menjadi gimik,” kata Puan.
Apresiasi Sikap Terbuka KAI
Sebelumnya, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo menyampaikan permintaan maaf secara terbuka terkait insiden yang terjadi pada perjalanan KA 1 Argo Bromo Anggrek relasi Surabaya Pasarturi ke Gambir di Stasiun Pagedenbaru, Subang. Permintaan maaf itu disampaikan dengan penuh hormat, bahkan Didiek membungkuk sebagai wujud empati dan tanggung jawab, didampingi jajarannya.
KAI juga mengambil langkah konkret sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat. Sebanyak 440 ribu pemilik tiket yang terdampak akan menerima pengembalian dana secara penuh. Selain itu, KAI mengatur ulang perjalanan untuk meminimalisasi dampak lanjutan bagi penumpang.
Puan mengapresiasi sikap terbuka tersebut. Ia menilai, langkah yang diambil Dirut KAI mencerminkan kepemimpinan yang berani dan transparan. “Kita butuh lebih banyak pemimpin yang berani mengakui kesalahan, bukan yang sibuk mencari pembenaran. Kepercayaan publik bukan sesuatu yang diberikan secara otomatis, tapi harus diperjuangkan melalui transparansi dan tanggung jawab,” ujarnya.
Perbaikan Menyeluruh dan Reformasi Sistem
Bagi Puan, permintaan maaf hanyalah langkah awal dari rangkaian perbaikan yang harus dilakukan. Ia menekankan pentingnya reformasi menyeluruh, mulai dari pembenahan Standar Operasional Prosedur (SOP), peningkatan mitigasi risiko, hingga perbaikan kualitas layanan bagi pengguna kereta api.
“Bukan hanya keretanya yang harus kembali ke rel, tapi juga kepercayaan rakyat juga harus bisa kembali. Itu tidak bisa dibangun hanya dengan kata-kata, tapi dengan pembenahan menyeluruh dan sikap bertanggung jawab,” tutur mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan itu.
Puan juga mendorong adanya evaluasi mendalam terhadap pola koordinasi antara operator dan regulator. Menurutnya, celah komunikasi atau pengawasan teknis yang kurang optimal dapat menjadi penyebab timbulnya kendala di lapangan.
“Kurangnya koordinasi bisa memicu kelalaian yang fatal. Karena itu, setelah permintaan maaf, yang harus dilakukan adalah duduk bersama untuk merombak sistem transportasi yang ada,” tambahnya.
Penguatan Teknologi untuk Keselamatan Penumpang
Selain perbaikan manajemen dan koordinasi, Puan menilai teknologi memiliki peran vital dalam menjaga keselamatan dan kenyamanan perjalanan kereta api. Ia mendorong KAI untuk melakukan pembaruan sistem monitoring dan pengendalian perjalanan dengan memanfaatkan teknologi digital yang modern.
“Keselamatan penumpang adalah hal utama. Kita sudah tidak bisa lagi bergantung pada sistem manual. Keselamatan publik menuntut kecepatan, transparansi, dan teknologi yang mumpuni,” tegasnya.
Penggunaan teknologi canggih, lanjut Puan, dapat membantu mendeteksi potensi gangguan lebih awal, sehingga penanganan bisa dilakukan secara cepat dan terkoordinasi. Langkah ini dinilai tidak hanya meningkatkan keamanan, tetapi juga membuat layanan KAI semakin efisien dan dapat diandalkan.
Momentum Meningkatkan Kepercayaan Publik
Bagi Puan, reformasi sistem transportasi kereta api tidak hanya berfungsi untuk mencegah terulangnya peristiwa yang merugikan penumpang, tetapi juga untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat. Kepercayaan tersebut, menurutnya, merupakan aset penting yang harus dijaga oleh KAI sebagai penyelenggara transportasi publik.
KAI dinilai memiliki potensi besar untuk memperkuat citra positif melalui pelayanan yang prima, inovasi teknologi, serta transparansi dalam pengelolaan. Dukungan penuh dari regulator dan kerja sama lintas pihak juga diperlukan agar pembaruan yang dilakukan bisa berjalan efektif.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat, peningkatan kualitas SDM, serta investasi pada infrastruktur dan teknologi, KAI diharapkan dapat semakin kokoh sebagai tulang punggung transportasi massal yang aman, nyaman, dan modern.