Bank Indonesia Diperkirakan Tahan Suku Bunga di Agustus 2025

Rabu, 20 Agustus 2025 | 11:38:51 WIB
Bank Indonesia Diperkirakan Tahan Suku Bunga di Agustus 2025

JAKARTA - Menjelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Rabu, 20 Agustus 2025, perhatian publik dan pelaku pasar tertuju pada arah kebijakan suku bunga acuan atau BI-Rate. Sejumlah ekonom memperkirakan BI tidak akan melakukan perubahan pada periode Agustus ini, dengan mempertahankan tingkat suku bunga di level 5,25 persen.

Alasan utamanya, kondisi global dan domestik saat ini masih sarat ketidakpastian, mulai dari dampak geopolitik, risiko perang dagang, hingga dinamika kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Hal ini membuat BI dinilai lebih berhati-hati dalam menentukan langkah agar tetap sejalan dengan upaya menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Pasar Global Masih Berisiko

Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai, keputusan BI untuk menahan suku bunga tidak terlepas dari perkembangan situasi internasional yang penuh tantangan. Ia menyebutkan, risiko geopolitik dan efek perang dagang yang berlangsung saat ini masih berpotensi menekan inflasi dan memengaruhi pergerakan pasar keuangan.

“Kemungkinan masih belum dulu untuk melakukan kebijakan penurunan suku bunga. Sambil BI juga kelihatannya akan melihat dampak dari implikasi kebijakan suku bunga yang mereka lakukan,” jelas Myrdal dikutip Antara.

Ia menambahkan, arah pasar keuangan global juga tengah bergerak koreksi pasca momentum Hari Kemerdekaan RI ke-80. Pelaku pasar kini menunggu kepastian kebijakan The Fed, sementara nilai tukar rupiah masih berada di kisaran Rp16.200 per dolar AS dan relatif sulit menembus Rp16.000.

Inflasi Domestik Cenderung Naik

Dari sisi domestik, inflasi tercatat mengalami kenaikan. Pada Juli 2025, inflasi mencapai kisaran 2,37 persen (yoy), meningkat dari posisi 1,60 persen (yoy) pada Mei. Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia, Teuku Riefky, memperkirakan angka inflasi akan tetap bergerak di kisaran 2,30–2,50 persen pada Agustus.

Menurutnya, kondisi ini membuat BI cenderung menahan BI-Rate di level 5,25 persen. “Ini sembari menjaga kewaspadaan terhadap kebutuhan intervensi dalam usaha stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah potensi tekanan eksternal yang terus meningkat,” ujar Riefky.

Ia mengingatkan bahwa inflasi yang terus meningkat perlu diantisipasi agar tidak keluar dari target bank sentral, yang telah ditetapkan berada di kisaran 2,5 ±1 persen.

Arus Modal Asing Jadi Penopang

Di tengah ketidakpastian global, Indonesia masih mendapatkan aliran masuk modal asing dalam beberapa minggu terakhir. Berdasarkan catatan LPEM FEB UI, masuknya modal asing ke pasar obligasi mencapai 0,92 miliar dolar AS, sementara pasar saham mencatatkan arus masuk sekitar 0,16 miliar dolar AS.

Fenomena ini turut mendorong penguatan nilai tukar rupiah yang terapresiasi sebesar 1,04 persen (mtm), dari Rp16.265 per dolar AS pada pertengahan Juli menjadi Rp16.100 per dolar AS pada 16 Agustus 2025.

Namun, Riefky mengingatkan bahwa tekanan eksternal tetap tinggi. Kebijakan tarif dagang pemerintahan Donald Trump dinilai berpotensi memicu gelombang inflasi baru di beberapa bulan ke depan.

Pemangkasan Sebelumnya Jadi Pertimbangan

Keputusan BI pada bulan lalu yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen, dinilai sudah cukup akomodatif. Penurunan itu juga diikuti oleh penyesuaian suku bunga Deposit Facility menjadi 4,5 persen dan Lending Facility menjadi 6,0 persen.

Bagi Riefky, penurunan lebih lanjut justru bisa menimbulkan risiko baru. “Pemangkasan suku bunga lebih lanjut cenderung meningkatkan risiko naiknya inflasi dalam waktu dekat. Oleh sebab itu, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 5,25 persen pada RDG di Agustus 2025,” jelasnya.

Komitmen BI Jaga Stabilitas

Gubernur BI, Perry Warjiyo, sebelumnya menegaskan bahwa langkah bank sentral tetap sejalan dengan prospek inflasi tahun 2025–2026 yang masih berada dalam kisaran target. Ia menilai, kondisi nilai tukar rupiah juga relatif stabil dan sesuai fundamental.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dan pencapaian sasaran inflasi,” kata Perry dalam konferensi pers hasil RDG Juli lalu.

Pernyataan ini memperkuat sinyal bahwa meskipun BI membuka ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut, langkah tersebut tidak akan diambil terburu-buru. Stabilitas inflasi, nilai tukar, serta ketahanan ekonomi nasional tetap menjadi prioritas utama.

Menanti Keputusan RDG Agustus

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, baik dari sisi eksternal maupun domestik, para ekonom sepakat bahwa keputusan menahan suku bunga acuan pada Agustus merupakan pilihan paling logis. Kebijakan ini diharapkan dapat memberi waktu bagi BI untuk menilai dampak langkah sebelumnya serta menjaga stabilitas di tengah ketidakpastian global.

Kini, pasar menantikan hasil resmi RDG BI yang akan diumumkan. Apapun keputusan yang diambil, diharapkan tetap konsisten dengan tujuan menjaga kestabilan ekonomi, nilai tukar, serta inflasi, sembari mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Terkini

Inilah Besaran Gaji Pensiunan PNS 2025, Adakah Kenaikan?

Kamis, 04 September 2025 | 13:05:36 WIB

Begini Cara Mengatasi Hiperinflasi & Faktor Penyebabnya

Kamis, 04 September 2025 | 14:49:36 WIB

Refinancing Adalah: Definisi, Manfaat, dan Tips Melakukannya

Kamis, 04 September 2025 | 11:52:54 WIB

Suku Bunga Acuan BI: Fungsi, Tujuan dan Cara Kerjanya

Kamis, 04 September 2025 | 12:29:43 WIB

Inilah Perbedaan Pajak dan Retribusi Beserta Contohnya

Kamis, 04 September 2025 | 12:35:19 WIB