JAKARTA - Kasus campak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, telah menelan 17 korban jiwa pada periode Februari hingga Agustus 2025. Menurut penyelidikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sebagian besar korban meninggal adalah anak-anak yang tidak pernah diimunisasi.
“Terdapat 17 kasus kematian dengan mayoritas tidak memiliki riwayat diimunisasi,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman.
Campak adalah penyakit menular yang dapat dicegah melalui imunisasi. Vaksin yang digunakan adalah MR (Measles-Rubella) atau MMR (Measles-Mumps-Rubella), yang merangsang tubuh membentuk antibodi pelindung. Menyadari tingginya risiko, Kemenkes telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumenep, Dinkes Jawa Timur, dan mitra lokal untuk melakukan penanganan terpadu.
“Termasuk mengirimkan tim untuk melakukan penyelidikan epidemiologi untuk mencari sumber penularan dan kontak erat kasus serta mendampingi Dinkes untuk melakukan survei cepat menentukan target sasaran Outbreak Response Immunization (ORI),” terang Aji.
Imunisasi Massal sebagai Langkah Pencegahan
Sebagai upaya menekan penyebaran penyakit, Outbreak Response Immunization (ORI) bakal digelar di Sumenep pada 25 Agustus hingga 12 September 2025. Target utama adalah anak usia 9 bulan hingga enam tahun.
Selain imunisasi massal, Dinkes bekerja sama dengan fasilitas layanan kesehatan untuk menguatkan imunisasi rutin serta melengkapi status imunisasi bagi anak-anak yang belum lengkap. Program ini dilengkapi dengan pemberian vitamin A untuk mencegah komplikasi berat akibat campak.
Para tenaga kesehatan (nakes) di Sumenep juga melakukan sosialisasi ke masyarakat, menekankan kewaspadaan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I), terutama campak pada balita.
Pemetaan Kelompok Risiko
Meningkatnya kasus campak mendorong Dinkes Sumenep melakukan surveilans dan pemetaan kelompok masyarakat berisiko tinggi, seperti bayi, ibu hamil, anak dengan penyakit berat, dan anak malnutrisi. Langkah ini diharapkan meningkatkan deteksi dini kasus suspek campak.
“Lalu, melaporkan setiap kasus dengan gejala demam dan ruam maculopapular ke Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR),” tambah Aji, sebagai bagian dari strategi pengendalian penyebaran.
Imbauan Kemenkes untuk Masyarakat
Kemenkes menekankan beberapa langkah penting agar penyebaran campak bisa dikendalikan:
-Lengkapi imunisasi bagi anak yang belum atau tidak lengkap statusnya.
-Jaga kebersihan diri dan lingkungan, termasuk rajin mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker, dan memastikan ventilasi rumah baik.
-Penuhi kebutuhan gizi dan cairan anak, dengan makanan bergizi seimbang dan cukup minum untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
-Segera periksakan anak dengan ruam campak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk meminimalkan risiko komplikasi fatal.
-Isolasi sementara anak yang sakit campak di rumah, hindari sekolah atau kegiatan ramai.
-Hindari hoaks terkait imunisasi dan selalu merujuk pada informasi resmi dari Kemenkes, Dinkes, atau tenaga medis.
Data Terbaru dan Status KLB
Menurut Pemerintah Provinsi Jawa Timur per 21 Agustus 2025, kasus suspek campak di Sumenep mencapai 2.035 kasus, dengan korban meninggal 17 orang. Penyebaran telah terjadi di 26 kecamatan dan kasus ini telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, telah mengirimkan 9.825 botol vaksin MR dari Kemenkes ke Dinkes Sumenep untuk pelaksanaan ORI.
“KLB Campak yang terjadi di Sumenep menjadi perhatian kita bersama. Kami sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Sumenep dan Dinas Kesehatan Jatim serta dengan Kemenkes,” ujar Khofifah.
Selain pengiriman vaksin, digelar pertemuan koordinasi lintas batas Madura Raya dan Surabaya Raya. Output dari pertemuan ini berupa dokumen kesepakatan untuk penanggulangan KLB Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
“Jadi penting juga melibatkan Surabaya Raya untuk mencegah campak ini agar tidak menyebar ke daerah lain. Bersamaan dengan pengamanan ini kita juga langsung bergerak cepat memasifkan imunisasi terutama anak-anak,” tambah Gubernur Khofifah.
Kasus campak di Sumenep menjadi pengingat pentingnya imunisasi lengkap bagi anak-anak sebagai perlindungan utama terhadap penyakit yang dapat dicegah. Langkah cepat dari Kemenkes, Dinkes, serta dukungan pemerintah provinsi dan daerah diharapkan dapat menekan angka penyebaran, menyelamatkan nyawa anak, dan mencegah KLB meluas.
Pendekatan ini menekankan bahwa kewaspadaan, imunisasi rutin, dan koordinasi lintas sektor adalah kunci dalam menangani penyakit menular yang masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan anak di Indonesia.