Bank Panin Optimalkan Efisiensi Operasional Hadapi Tekanan Laba

Selasa, 28 Oktober 2025 | 13:06:33 WIB
Bank Panin Optimalkan Efisiensi Operasional Hadapi Tekanan Laba

PT Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin) mencatatkan penurunan laba bersih pada kuartal III tahun 2025. Berdasarkan laporan keuangan yang telah dipublikasikan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp2,11 triliun hingga September 2025. Angka ini menurun sekitar 3,14 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,18 triliun.

Penurunan kinerja tersebut terutama disebabkan oleh kebijakan manajemen yang memperbesar pencadangan guna mengantisipasi potensi penurunan kualitas portofolio kredit. Pencadangan yang dibentuk mencapai Rp1,22 triliun atau naik 35,12 persen dibandingkan dengan kuartal III 2024. Presiden Direktur Bank Panin, Herwidayatmo, dalam keterangan tertulis menyampaikan bahwa langkah ini merupakan strategi kehati-hatian menghadapi kondisi ekonomi yang masih penuh ketidakpastian pada tahun berjalan.

Dari sisi pendapatan, Bank Panin masih menunjukkan pertumbuhan. Pendapatan bunga naik tipis sebesar 2,31 persen menjadi Rp11,66 triliun dari sebelumnya Rp11,4 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, peningkatan beban bunga yang mencapai 8,11 persen menjadi Rp5,1 triliun dari Rp4,72 triliun menyebabkan pendapatan bunga bersih menurun 1,79 persen menjadi Rp6,56 triliun.

Kebijakan Efisiensi Dorong Pengendalian Biaya Operasional

Kendati menghadapi tekanan pada laba bersih, Bank Panin menunjukkan kemampuan menjaga efisiensi operasional. Beban tenaga kerja berhasil ditekan sebesar 2,5 persen menjadi Rp1,9 triliun dari Rp1,95 triliun pada tahun sebelumnya. Selain itu, beban operasional lainnya juga menurun 3,67 persen menjadi Rp2,35 triliun dari Rp2,44 triliun.

Namun di sisi lain, beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) masih menunjukkan kenaikan signifikan sebesar 35,12 persen menjadi Rp1,22 triliun dibandingkan Rp902,98 miliar pada kuartal III 2024. Kenaikan beban cadangan tersebut mencerminkan upaya Bank Panin menjaga kesehatan portofolio kredit di tengah melambatnya permintaan pembiayaan.

Dari sisi intermediasi, kredit yang disalurkan hingga September 2025 tercatat sebesar Rp141,98 triliun, turun 4,71 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp149,02 triliun. Manajemen menilai bahwa pelemahan ini terjadi karena permintaan kredit dari pelaku usaha belum kuat, dipengaruhi oleh sikap “wait and see” serta masih tingginya suku bunga kredit.

Seiring dengan hal itu, cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan mengalami penyusutan 8,65 persen menjadi Rp6,78 triliun dari Rp7,42 triliun. Total aset Bank Panin juga menurun 1,71 persen menjadi Rp226,64 triliun, dibandingkan Rp230,58 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendanaan dan Struktur Modal Mengalami Penyesuaian

Penurunan pada total aset turut dipengaruhi oleh penurunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 2,01 persen menjadi Rp149,99 triliun dari Rp153,08 triliun. Penurunan paling signifikan terjadi pada dana murah atau CASA, yang turun 7,1 persen menjadi Rp61,13 triliun dari Rp65,81 triliun.

Manajemen menyampaikan bahwa penurunan dana pihak ketiga sebagian telah digantikan dengan sumber pendanaan jangka panjang. Bank Panin pada kuartal III tahun 2025 menyelesaikan penerbitan Obligasi Berkelanjutan IV Bank Panin Tahap III Tahun 2025 dengan total senilai Rp3,20 triliun. Obligasi tersebut terdiri atas dua seri, yakni seri A senilai Rp2,15 triliun dengan tenor tiga tahun, dan seri B senilai Rp1,05 triliun dengan tenor lima tahun.

Langkah ini menunjukkan bahwa perseroan terus memperkuat struktur pendanaan dan menjaga likuiditas dalam jangka menengah hingga panjang. Pendekatan tersebut juga menjadi strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap dana pihak ketiga yang cenderung fluktuatif di tengah kondisi suku bunga tinggi.

Rasio Keuangan Stabil di Tengah Tekanan Profitabilitas

Meski laba bersih menurun, Bank Panin masih menunjukkan ketahanan pada sejumlah rasio keuangan utama. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian per 30 September 2025, Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) meningkat menjadi 37,47 persen dari 34,08 persen pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini mencerminkan permodalan yang lebih solid.

Rasio aset produktif bermasalah dan aset nonproduktif bermasalah terhadap total aset produktif dan nonproduktif naik tipis menjadi 3,38 persen dari 3,21 persen. Sementara rasio aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif sedikit meningkat menjadi 2,26 persen dari 2,25 persen.

Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) aset keuangan terhadap aset produktif turun menjadi 3,41 persen dari 3,55 persen, menunjukkan adanya efisiensi dalam pengelolaan risiko kredit.

Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross tercatat turun tipis menjadi 3,16 persen dari 3,17 persen, sedangkan NPL net naik tipis menjadi 1,11 persen dari 1,09 persen. Dari sisi profitabilitas, Return on Asset (ROA) menurun menjadi 1,59 persen dari 1,68 persen, dan Return on Equity (ROE) turun menjadi 5,50 persen dari 6,04 persen.

Net Interest Margin (NIM) juga mengalami penurunan menjadi 4,24 persen dari 4,44 persen pada periode yang sama tahun lalu. Meskipun demikian, rasio efisiensi seperti Cost to Income Ratio (CIR) menunjukkan perbaikan menjadi 51,53 persen dari 54,08 persen, menandakan peningkatan efektivitas pendapatan terhadap biaya operasional.

Adapun rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) naik tipis menjadi 78,92 persen dari 77,45 persen.

Secara keseluruhan, meskipun Bank Panin menghadapi tekanan pada laba dan penurunan intermediasi, permodalan yang kuat serta efisiensi biaya yang terjaga menjadi fondasi penting dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Strategi konservatif yang ditempuh, seperti peningkatan pencadangan dan diversifikasi pendanaan melalui obligasi, menjadi langkah mitigasi risiko yang menunjukkan arah pengelolaan yang berhati-hati.

Terkini