Bursa Asia Terjebak di Zona Merah, Dampak Kebijakan Tarif Trump: Tinjauan Komprehensif

Jumat, 14 Februari 2025 | 09:36:21 WIB
Bursa Asia Terjebak di Zona Merah, Dampak Kebijakan Tarif Trump: Tinjauan Komprehensif

JAKARTA - Bursa Asia menghadapi hari yang suram pada awal perdagangan Jumat, 14 Februari 2025, ketika mayoritas bursa berada di zona merah. Fenomena ini terkait erat dengan langkah terbaru dari Presidensi AS dan kebijakan internasional yang berdampak langsung pada dinamika pasar. Sejak pagi hari, bursa Asia menunjukkan performa yang melemah seiring kekhawatiran investor terhadap kebijakan perdagangan baru yang diajukan oleh Presiden Donald Trump.

Pada pukul 08.45 WIB, indeks Nikkei 225 di Jepang turun sebanyak 232 poin atau setara dengan 0,59%, menempatkannya pada posisi 39.226. Bursa Hong Kong juga mengalami penurunan, dengan indeks Hang Seng merosot 43,55 poin atau 0,20% menjadi 21.814,37. Sementara itu, indeks Kospi di Korea Selatan naik 7,02 poin atau 0,27% ke 2.590,35, menunjukkan sedikit sentimen positif di tengah gejolak pasar. Di lain pihak, Straits Times di Singapura turun 17,15 poin atau 0,44% menjadi 3.865,57, serta Bursa Malaysia KLSE mengalami penurunan 1,56 poin atau 0,10% ke 1.590,72.

Kondisi bursa Asia yang lemah ini tidak lepas dari pengumuman Presiden Trump, yang pada Kamis, 13 Februari 2025 menandatangani memorandum presiden mengenai tarif perdagangan baru untuk bermitra secara timbal balik dengan banyak negara. Trump menyampaikan rencananya untuk menerapkan tarif yang lebih seimbang terhadap mitra dagang AS, sebuah strategi yang bertujuan untuk mengatasi apa yang dianggapnya sebagai ketidakadilan dalam sistem tarif perdagangan yang berjalan saat ini.

Langkah ini memicu kekhawatiran di kalangan investor, yang takut akan potensi keluarnya dana asing dari pasar keuangan Asia. "Kebijakan ini berpotensi mengganggu stabilitas pasar global, terutama di Asia yang banyak berinteraksi dengan perdagangan AS," ujar Dr. James Lee, seorang pakar ekonomi internasional di Universitas Tokyo.

Pengaruh Global dan Respon Pasar

Penandatanganan memorandum oleh Trump mengarahkan Perwakilan Perdagangan AS dan Menteri Perdagangan untuk merumuskan tarif baru secara spesifik untuk setiap negara, dengan tujuan menyeimbangkan kembali hubungan perdagangan. Rencana tersebut diharapkan dapat melahirkan perundingan baru dan penyesuaian kebijakan ekonomi yang signifikan di antara negara-negara mitra AS.

Sementara bursa Asia bergulat dengan penyesuaian ini, Wall Street bereaksi lebih optimis terhadap pengumuman tersebut. Pada penutupan perdagangan Kamis (13/2/2025), indeks Dow Jones mengalami kenaikan sebesar 0,77% mencapai 44.711,49. S&P 500 mencatat peningkatan signifikan sebesar 1,04% menjadi 6.115,07, dan Nasdaq bertahan kuat dengan kenaikan 1,50% pada level 19.945,64. Saham-saham teknologi seperti Tesla (TSLA.O), Nvidia (NVDA.O), dan Apple (AAPL.O) masing-masing mengalami kenaikan, yaitu 5,9%, 3,2%, dan 2%, memberikan dorongan yang lebih besar kepada S&P 500 hingga mendekati rekor tertingginya sejak 23 Januari.

Dampak dan Spekulasi Ekonomi

Analis pasar berpendapat bahwa bursa Asia yang melemah mencerminkan kekhawatiran investor mengenai potensi perlambatan ekonomi jika tarif resiprokal yang diusulkan oleh Trump diberlakukan tanpa ada negosiasi lebih lanjut. Salah satu analis dari JP Morgan di Singapura menyatakan, "Adanya ketidakpastian mengenai tarif baru ini memaksa investor untuk bersikap lebih hati-hati, mengingat potensi dampak negatif terhadap ekspor dari negara-negara Asia."

Meskipun nilai saham di Asia mengalami penurunan, tidak semua sektor terkena dampak negatif. Beberapa investor melihat ini sebagai kesempatan untuk membeli saham yang tertekan, dengan asumsi bahwa situasi pasar mungkin akan stabil setelah beberapa waktu.

Situasi terkini di bursa Asia menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap kebijakan perdagangan global. Kebijakan tarif resiprokal yang diusulkan oleh Presiden Trump menjadi faktor krusial dalam menentukan arah pergerakan pasar dalam beberapa waktu ke depan. Dengan perhatian dunia tertuju pada keputusan AS, setiap perubahan dan pembicaraan lebih lanjut mengenai kebijakan tarif ini akan terus diawasi secara ketat oleh para pelaku pasar.

Bagi investor, ini adalah saat yang krusial untuk mengatur portofolio dan menilai kembali risiko yang ada. Bagi pembuat kebijakan, situasi ini menjadi pengingat pentingnya keseimbangan dalam mengambil keputusan yang memiliki implikasi global. Dengan kehati-hatian yang diperlukan dan kebijakan yang bijaksana, pasar diharapkan dapat menemukan titik keseimbangan baru. Apakah Asia dapat bangkit kembali dari zona merah, atau apakah kebijakan ini akan menciptakan tantangan jangka panjang? Kita tunggu perkembangan selanjutnya.

Terkini