JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengumumkan perubahan penting terkait target bauran energi baru terbarukan (EBT) Indonesia. Semula ditetapkan untuk dicapai pada tahun 2025, target 23% kini diundur ke tahun 2030. Pengumuman ini diungkapkan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Eniya Listiani Dewi, pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI pada Rabu 19 Februari 2025.
Dalam perkembangan terakhir, realisasi proporsi EBT dalam bauran energi nasional baru mencapai 14,68% hingga akhir tahun lalu. Angka ini menunjukkan bahwa masih ada jarak yang cukup lebar dari target awal yang ditetapkan pada Kebijakan Energi Nasional (KEN). "Kalau tadi disebutkan 23% di 2025, masih ada gap di situ untuk mencapai target tersebut," ungkap Eniya. Oleh karena itu, menurut pembaruan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) mengenai KEN, target ini direvisi menjadi 20% pada tahun 2025 dan diharapkan akan mencapai 23% pada tahun 2030.
Tantangan Menuju Target Bauran Energi Baru Terbarukan
Penundaan ini bukan tanpa alasan. Indonesia saat ini masih menghadapi beragam tantangan dalam mencapai target bauran energi yang ambisius. Infrastruktur yang belum sepenuhnya siap, regulasi yang memerlukan penyempurnaan, serta tantangan investasi dalam negeri masih menjadi beberapa hambatan utama. Percepatan pengembangan proyek-proyek EBT juga memerlukan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor swasta.
Sektor energi di Indonesia masih didominasi oleh sumber energi konvensional seperti batu bara dan minyak bumi, yang menawarkan pasokan energi yang lebih stabil dan murah dibandingkan dengan sumber EBT. Oleh karena itu, transisi menuju EBT memerlukan perubahan signifikan dalam kebijakan dan investasi.
Harapan dari Revisi Target
Meski target mundur, pemerintah tetap optimis bahwa dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa menggapai proporsinya sebesar 46% di tahun 2045. Ini sejalan dengan komitmen global untuk menekan emisi karbon dan mencapai pembangunan berkelanjutan. Peluncuran proyek strategis seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), pemanfaatan energi panas bumi, dan peningkatan efisiensi energi diharapkan menjadi pendorong utama dalam mencapai target ini.
Dalam upaya mempercepat laju perkembangan EBT, pemerintah perlu mengakselerasi penyusunan regulasi dan kebijakan yang mendukung investasi EBT, memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, serta memfasilitasi kemitraan dengan swasta. Pemerintah juga perlu memastikan ketersediaan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di sektor energi terbarukan.
Lebih lanjut, dukungan dari lembaga finansial juga dinilai krusial dalam menyediakan skema pembiayaan yang menarik bagi investasi di bidang EBT. Ini menjadi salah satu poin penting yang harus diakselerasi untuk memenuhi target yang telah ditetapkan.
Peluang dan Dukungan Internasional
Dalam upaya ini, kerja sama internasional dapat memainkan peran penting. Indonesia bisa memanfaatkan bantuan teknologi dan investasi dari negara-negara yang lebih maju dalam pengembangan EBT. Selain itu, perjanjian iklim internasional seperti Paris Agreement menjadi pengingat akan pentingnya langkah konkret yang harus segera diambil.
Dengan menetuskan target baru, Indonesia dapat memperkuat posisi dalam peta energi global dan menunjukkan komitmen terhadap transisi energi bersih. "Kami yakin bahwa dengan kerja sama yang solid dan kebijakan yang tepat, kita dapat mencapai target ini pada waktunya," ujar Eniya optimis.
Langkah Selanjutnya
Seiring dengan tantangan dan peluang yang ada, Indonesia diharapkan mampu mengoptimalkan sumber daya energi terbarukan yang dimilikinya, seperti tenaga air, surya, dan angin. Peningkatan penelitian dan pengembangan (R&D) di sektor EBT juga perlu didorong untuk menemukan solusi yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Kesadaran masyarakat dan edukasi mengenai pentingnya peralihan ke energi bersih juga harus ditingkatkan. Keterlibatan masyarakat dalam proyek EBT dapat mempercepat transisi dan menguatkan dukungan terhadap kebijakan pemerintah.
Penundaan target bauran EBT menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait, bahwa transisi energi ke EBT bukanlah proses yang mudah dan memerlukan kerja keras serta pembaruan strategi yang berkelanjutan.
Penundaan target ini mungkin mengecewakan beberapa kalangan, namun dengan kebijakan yang lebih matang dan dukungan lintas sektor, Indonesia diharapkan mampu memainkan peran penting dalam menyokong pertumbuhan energi berkelanjutan di masa mendatang.