JAKARTA - Harga batu bara mengalami penurunan signifikan yang didorong oleh keputusan strategis pemerintah India yang tidak lagi mewajibkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara untuk mencampur batu bara impor dalam produksi listrik. Langkah ini diambil menjelang puncak permintaan listrik musim panas yang mendatang.
Penurunan Harga Kritis di Pasar Dunia
Menurut laporan, harga batu bara Newcastle mengalami penurunan sebesar US$ 0,25 menjadi US$ 102 per ton untuk pengiriman Februari 2025. Tren penurunan berlanjut pada kontrak Maret 2025, terkoreksi US$ 0,9 menjadi US$ 102,1 per ton, dan April 2025 mencatat penurunan sebesar US$ 1,1 menjadi US$ 105 per ton.
Hal serupa terjadi pada batu bara Rotterdam, dengan harga Februari 2025 turun sebesar US$ 0,35 menjadi US$ 99,75 dan Maret 2025 anjlok US$ 3,1 menjadi US$ 94,25. Pada April 2025, harga batu bara ini anjlok lebih jauh, mengalami penurunan sebesar US$ 2,9 menjadi US$ 93,7.
Keputusan Kunci Pemerintah India
Keputusan pemerintah India, yang pertama kali diberlakukan setelah lebih dari tiga tahun, didasarkan pada ketersediaan stok batu bara domestik yang mencukupi untuk memenuhi lonjakan permintaan listrik. Demikian dikatakan oleh seorang pejabat senior Kementerian Batu Bara India yang enggan disebutkan namanya, seperti dilaporkan oleh Moneycontrol.
"Kami sangat optimis bahwa stok batu bara yang ada, yaitu sekitar 51 juta ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik setidaknya selama 21 hari mendatang. Maka dari itu, kebijakan pencampuran batu bara impor untuk sementara tidak diperlukan," jelas pejabat tersebut.
Latar Belakang Kebijakan Pencampuran Batu Bara
Kebijakan pencampuran impor batu bara diperkenalkan pada Oktober 2021 saat stok batu bara domestik berada pada tahap kritis. Kebijakan tersebut telah diterapkan di setiap musim panas dan bahkan diperpanjang hingga musim hujan dan dingin.
Terakhir kali kebijakan ini diterapkan pada September 2023, dan diperpanjang hingga Oktober 2024. Meski demikian, tidak ada perintah baru yang dikeluarkan pasca periode itu.
Tantangan Ke Depan: Lonjakan Permintaan Listrik
Menteri Energi, Manohar Lal Khattar, dalam konferensi pers di New Delhi, memproyeksikan rekor permintaan listrik di kisaran 270 gigawatt (GW) untuk musim panas ini. "Kami yakin stok batu bara mampu memenuhi permintaan puncak," ujar Khattar.
Kementerian Batu Bara saat ini berencana memasok setidaknya 906 juta ton batu bara untuk memastikan PLTU beroperasi optimal guna memenuhi lonjakan permintaan tersebut. Meskipun beralih menuju sumber energi terbarukan, tenaga batu bara masih sangat vital bagi India sebagai sumber listrik utama.
Bauran Energi dan Perkembangannya
Ketua Otoritas Listrik Pusat (CEA), Ghanshyam Prasad, mengungkapkan bahwa komposisi bauran energi untuk memenuhi permintaan musim panas tahun ini tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. "Tahun lalu, PLTU menyumbang 74% dari total pasokan listrik untuk memenuhi permintaan puncak sebesar 250 GW. Prediksi kami tahun ini kontribusi PLTU akan tetap berada di kisaran 70 hingga 74%, sementara terdapat kenaikan 2 hingga 3% dari energi terbarukan. Kontribusi tenaga air diperkirakan stabil antara 7 hingga 11%," kata Prasad.
Dampak untuk Pasar Global
Langkah India ini tidak hanya mempengaruhi harga batu bara tetapi juga menandakan potensi perubahan pola perdagangan global batu bara. India merupakan salah satu negara dengan konsumsi batu bara terbesar di dunia, dan langkah tidak mewajibkan impor ini akan mengubah dinamika permintaan global.
Para analis menyoroti bahwa keputusan tersebut menggarisbawahi pentingnya menjaga keberlanjutan stok domestik dalam sektor vital seperti energi. Di tengah transisi ke sumber energi terbarukan, ancaman terhadap stabilitas pasokan energi konvensional seperti batu bara tetap relevan, terutama bagi negara berkembang dengan kebutuhan energi yang sangat besar.
Ke depan, pengambilan keputusan serupa dari negara-negara besar lainnya bisa menyebabkan pergeseran signifikan dalam pasar energi global. Namun, untuk saat ini, semua mata tertuju pada langkah selanjutnya yang diambil India dan dampaknya terhadap harga serta perdagangan batu bara di masa mendatang.