Krisis Industri Sepatu di Tangerang PHK Massal 3.500 Karyawan dari Pabrik Nike

Senin, 10 Maret 2025 | 22:14:36 WIB
Krisis Industri Sepatu di Tangerang PHK Massal 3.500 Karyawan dari Pabrik Nike

JAKARTA - Dua pabrik sepatu ternama di Kabupaten Tangerang mengalami gejolak besar dengan merumahkan sekitar 3.500 karyawan secara massal. PT Victory Chingluh dan PT Adis Dimension Footwear, dua perusahaan produsen sepatu dengan brand terkenal, Nike, terpaksa mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat permintaan pasar yang terus merosot.

Berita ini menjadi perhatian publik setelah ribuan karyawan dari PT Victory Chingluh, yang berlokasi di Kecamatan Pasar Kemis, terlihat masih beraktivitas seperti biasa di tengah badai PHK yang melanda. Pada kenyataannya, PHK sudah mulai dilaksanakan awal pekan ini di pabrik tersebut.

Proses PHK Dimulai, Nasib Karyawan di Ujung Tanduk

Salah seorang karyawan PT Victory Chingluh, Zahroh, mengungkapkan bahwa pengurangan tenaga kerja di perusahaannya sudah dimulai. "Pengurangan kurang lebih 200 karyawan, saat ini yang terkena pengurangan itu yang line-off aja. Kalau bagian quality control belum ada pengurangan, hanya di bagian produksi ada pengurangan," ungkap Zahroh kepada B Universe.

Meski belum ada kepastian apakah PHK akan meluas, kekhawatiran tetap menyelimuti para pekerja. Zahroh berharap kebijakan pengurangan karyawan tidak berlanjut. “Terkait informasi ada pengurangan karyawan atau tidak ke depannya kurang tahu. Mudah-mudahan aja gak ada lagi yang di PHK,” tambah Zahroh, mengekspresikan harapannya.

Penurunan Permintaan Pasar, Akar Masalah Krisis Tenaga Kerja

Kepala Bidang Perselisihan Hubungan Kerja Industrial dan Pengendalian Ketenagakerjaan Disnaker Kabupaten Tangerang, Desyanti, memaparkan bahwa PHK di PT Victory Chingluh sudah berlangsung sejak Januari 2025. “PHK di PT Victory Chingluh terjadi sejak Januari 2025. Sebanyak 2.000 karyawan yang terkena dampak PHK. Alasan mereka kelebihan tenaga kerja dan juga demand atau permintaan yang menurun,” jelas Desyanti.

Lebih lanjut, Desyanti menerangkan bahwa PT Victory Chingluh sebelumnya telah berusaha keras untuk menahan diri dari langkah pengurangan tenaga kerja meskipun pasar mulai mengalami penurunan sejak 2020. "Perusahaan coba bertahan meski permintaan pasaran mulai mengalami penurunan sejak 2020, namun sampai Januari 2025 kemarin sudah tidak bisa menghindari efisiensi pengurangan tenaga kerja melalui PHK,” terangnya.

Satu Tahun Lalu yakni Peristiwa Serupa di PT Adis Dimension Footwear

Dampak buruk menurunnya permintaan pasar juga dirasakan PT Adis Dimension Footwear satu tahun sebelumnya. Desyanti mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, 1.500 karyawan harus rela kehilangan pekerjaan mereka di pabrik tersebut akibat kebutuhan efisiensi menghadapi beban operasional yang tinggi. “PHK di PT Adis Dimension Footwear itu tahun lalu karena alasan efisiensi karena beban operasional tinggi dan permintaan pasar menurun. Tapi untuk tahun ini tidak ada PHK karena mereka masih mencoba untuk bertahan,” ungkap Desyanti.

Berita tentang PHK massal ini memberikan cerminan suram mengenai kondisi industri sepatu di Indonesia, khususnya bagi sektor-sektor yang bergantung pada permintaan global yang fluktuatif.

Pemandangan Industri Tekstil dan Garmen, Sunset Industry

Bersaing di industri tekstil dan garmen memang tidak pernah mudah. Tantangan yang dihadapi produsen sepatu di Tangerang ini mengingatkan kita pada diskusi mengenai industri yang mungkin telah memasuki fase 'sunset', di mana kejayaan sektor ini di masa lampau kini mengalami penurunan seiring dengan perubahan pasar global dan teknologinya.

Pernyataan Rhenald Kasali, pakar ekonomi, mengenai eksekusi PHK massal tepat sebelum Ramadan dan Lebaran, menyoroti dampak sosial dan ekonomi dari langkah-langkah tersebut, yang bisa memperburuk situasi pekerja yang sudah rentan.

Seiring dengan berita PHK ini, sektor tekstil dan garmen lainnya, seperti yang dialami oleh Sritex dengan pemutusan hubungan kerja 12.000 karyawan, menjadi bukti nyata dari tantangan besar yang dihadapi industri ini.

Harapan Untuk Solusi Berkelanjutan

Di tengah badai ini, solusi berkelanjutan sangat diperlukan baik oleh perusahaan lokal maupun pemangku kepentingan lainnya termasuk pemerintah dan organisasi buruh. Kerja sama ini harus diarahkan untuk mencari langkah konkret yang dapat mengganggu siklus PHK, menjaga ekonomi tetap stabil, dan membangun daya saing yang lebih baik di pasar global.

Kini, langkah lebih lanjut, seperti diversifikasi produk, peningkatan efisiensi melalui inovasi teknologi, serta menjajaki pasar baru menjadi krusial untuk kelangsungan industri sepatu dan pembebasan dari ancaman ‘sunset’. Bagaimana semua pihak terkait dapat menangani krisis ini akan sangat menentukan wajah industri di masa depan.

Dalam kenyataan ini, upaya kolektif untuk memitigasi risiko PHK lebih lanjut menjadi imperatif bagi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan pekerja di sektor-sektor rentan tersebut.

Terkini