Jepang

Kebakaran Hutan Terbesar di Jepang dalam Setengah Abad Melanda Prefektur Iwate, Ribuan Warga Mengungsi

Kebakaran Hutan Terbesar di Jepang dalam Setengah Abad Melanda Prefektur Iwate, Ribuan Warga Mengungsi
Kebakaran Hutan Terbesar di Jepang dalam Setengah Abad Melanda Prefektur Iwate, Ribuan Warga Mengungsi

JAKARTA — Kebakaran hutan terparah dalam lima dekade menghantam prefektur Iwate di timur laut Jepang, menewaskan setidaknya satu orang dan memaksa ribuan warga meninggalkan rumah mereka. Menurut laporan harian berbahasa Inggris, The Japan Times, kebakaran ini telah menghanguskan sekitar 2.600 hektar lahan hingga Selasa, 4 Maret 2025.

Kebakaran tersebut terjadi di kota Ofunato, dan telah berlangsung selama enam hari berturut-turut. Luas lahan yang terbakar mencapai lebih dari tujuh kali luas Central Park di New York, menjadi salah satu kebakaran terbesar yang tercatat di Jepang sejak 1975, di mana 2.700 hektar lahan terbakar di Kushiro, wilayah Hokkaido.

Hampir 2.000 petugas pemadam kebakaran diterjunkan dari udara dan darat untuk meredam kobaran api yang terus membesar. Namun, upaya tersebut masih menghadapi banyak tantangan. "Tidak banyak yang khawatir kebakaran akan mencapai wilayah kota yang lebih padat penduduknya," ungkap seorang pejabat kota. Dia menjelaskan bahwa pihak berwenang telah melakukan segala upaya untuk memastikan api tidak merembet ke area permukiman.

Salah satu faktor yang memperumit situasi adalah kondisi cuaca ekstrem. Tahun ini, wilayah tersebut mengalami curah hujan terendah yang pernah tercatat saat musim tersebut, ditambah musim panas lalu tercatat sebagai yang terpanas di kawasan Asia Timur. Kondisi tersebut menciptakan lingkungan yang sangat mendukung terjadinya kebakaran hutan.

Kebakaran berdampak luas terhadap penduduk lokal. Dari 4.600 orang yang disarankan untuk mengungsi oleh pihak berwenang, hampir 4.000 orang telah meninggalkan rumah mereka. Keadaan darurat ini tentu menambah tekanan emosional dan fisik bagi banyak orang, kehilangan tidak hanya tempat tinggal, tetapi juga keamanan dan kenyamanan yang mereka miliki.

Selain itu, sejumlah besar infrastruktur mengalami kerusakan. Data sementara menyatakan setidaknya 80 bangunan rusak akibat kebakaran. Adapun pada Kamis lalu, tim penyelamat menemukan sebuah mayat yang diyakini adalah seorang pria, menambah deretan korban dari bencana ini. "Kami sedang dalam proses identifikasi," ujar salah satu petugas penyelamat di lokasi kejadian sembari menolak memberikan keterangan lebih lanjut sebelum ada pengumuman resmi.

Dari perspektif sejarah, kebakaran yang menghabiskan lahan dalam skala besar ini mengingatkan warga Jepang pada bencana kebakaran tahun 1975 di Kushiro. Meskipun kronologinya berbeda, pola ini memberikan gambaran tentang tantangan lingkungan yang dihadapi negeri ini dalam menangani kebakaran hutan yang disebabkan oleh perubahan iklim dan faktor-faktor lain yang saling mempengaruhi.

Berbagai pihak kini berkolaborasi untuk mengendalikan situasi. Pihak berwenang lokal bekerja sama dengan pemerintah pusat, tim pemadam kebakaran, dan lembaga non-pemerintah untuk mengatasi bencana ini. Mereka berlomba dengan waktu untuk mencegah kobaran api membesar dan merusak lebih banyak wilayah vital.

Para ahli lingkungan dan meteorologi telah lama memperingatkan bahwa perubahan iklim akan meningkatkan frekuensi serta intensitas kebakaran hutan di berbagai belahan dunia, termasuk Jepang. Suhu global yang naik, ditambah dengan pola cuaca yang semakin tak menentu, membuat skenario ini semakin mungkin terjadi.

Kondisi ini menuntut langkah cepat dan terpadu dari pemerintah dan masyarakat Jepang untuk mengembangkan strategi mitigasi dan adaptasi terhadap risiko lingkungan yang kian meningkat. Penting bagi setiap elemen bangsa untuk bersatu dalam menghadapi ancaman yang datang dari perubahan lingkungan yang tidak menentu ini.

Sebagai penutup, pihak berwenang mendesak masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti arahan resmi mengenai keselamatan dan evakuasi. Solidaritas dan kerja sama menjadi kunci dalam menghadapi tantangan kebakaran hutan yang melanda Jepang saat ini. Waktu akan menunjukkan sejauh mana kebijakan dan tindakan kolektif dapat mencegah kejadian semacam ini di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index