JAKARTA – PT Adhi Karya (Persero) Tbk, salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Indonesia, kini menghadapi tantangan baru yang signifikan dalam sektor kontruksi. Hal ini terjadi seiring dengan perubahan kebijakan pemerintah yang mengharuskan perusahaan untuk fleksibel dan mampu beradaptasi terhadap perubahan. Menanggapi situasi ini, Direktur Utama PT Adhi Karya, Entus Asnawi Mukhson, menekankan bahwa perusahaan tidak bisa lagi sepenuhnya bergantung pada pembangunan infrastruktur sebagai sumber pendapatan utama.
“Dengan situasi terakhir ini, ada beberapa hal yang harus kami antisipasi terkait perubahan kebijakan. Namun, kami berharap tetap dapat memberikan kontribusi positif dalam kondisi seperti ini,” ujar Entus dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta.
Pernyataan ini menyoroti fokus baru Adhi Karya yang mulai mengalihkan perhatian ke proyek hilirisasi dan sektor pangan, mengikuti panduan dari kebijakan baru pemerintah. Melihat berbagai peluang baru yang muncul, Entus menyampaikan optimisme perusahaan dalam menavigasi perubahan ini.
“Ketika ada pengurangan di satu sisi, harapannya di sisi lain ada peluang baru, seperti program hilirisasi dan pencetakan lahan pangan yang sebelumnya tidak dianggarkan,” tambahnya. Dengan demikian, perusahaan berharap bisa lebih berperan dalam mendukung perekonomian nasional dengan cara yang berbeda dari sebelumnya.
Selama tahun 2024, Adhi Karya berhasil mencatatkan perolehan kontrak baru senilai Rp 20,1 triliun. Di samping itu, perusahaan juga masih memiliki sisa kontrak yang diangkut ke tahun berikutnya (carry over) sebesar Rp 35,2 triliun. Sektor konstruksi mendominasi dengan kontribusi sebesar 91 persen terhadap total perolehan kontrak, sementara sektor properti dan manufaktur menyumbang 4 persen, dan investasi sebesar 1 persen.
Ragam Proyek Unggulan
Selain dari sektor konstruksi yang tetap menjadi andalan, Adhi Karya saat ini terlibat dalam sejumlah proyek unggulan yang memiliki nilai strategis tinggi. Beberapa proyek signifikan yang tengah dikerjakan oleh perusahaan antara lain:
1. Tambak Udang Sumbawa KKP RI dengan nilai kontrak mencapai Rp 3,2 triliun.
2. Istana Wakil Presiden yang memiliki nilai kontrak senilai Rp 1,3 triliun.
3. EPCC Jetty and Propylene Storage Tank dengan nilai kontrak Rp 700 miliar.
4. Jembatan Pulau Balang Bentang Pendek Fase 2 senilai Rp 500 miliar.
5. Tol IKN Paket IB Segmen Bandara Sepinggan hingga Tol Balsam dengan nilai kontrak Rp 500 miliar.
Proyek-proyek ini tidak hanya menjadi penanda kemampuan Adhi Karya dalam menjalankan tugas sulit namun juga strategis, tetapi sekaligus menegaskan posisi BUMN ini sebagai pelaku utama di sektor konstruksi dan infrastruktur nasional.
Berbagai proyek tersebut bervariasi berdasarkan jenis pekerjaan yang digarap, yaitu 44% proyek gedung, 22% sumber daya air, 22% jalan dan jembatan, serta 12% lainnya. Hal ini menunjukkan komposisi portofolio Adhi Karya yang beragam dan adaptif terhadap kebijakan terbaru.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Perubahan arah fokus kebijakan ini tentunya membawa tantangan besar yang harus dihadapi oleh Adhi Karya. Namun, Entus percaya bahwa dengan adaptasi yang tepat, perusahaan dapat terus membangun dan menyejahterakan masyarakat melalui proyek-proyek baru yang selaras dengan kebijakan pemerintah.
Peralihan fokus kepada sektor hilirisasi dan pangan diharapkan akan membangun ketahanan ekonomi yang lebih baik dan membuka peluang baru bagi pertumbuhan bisnis Adhi Karya. Sektor pangan yang menjadi salah satu prioritas pemerintah juga diproyeksikan dapat meningkatkan kapasitas produksi pangan nasional, sementara proyek hilirisasi dapat mengoptimalkan nilai tambah dari proses industri.
Dalam suasana ekonomi yang dinamis, langkah-langkah adaptif akan menjadi penentu keberhasilan perusahaan di masa depan. Adhi Karya harus tetap waspada dan terus melakukan inovasi agar bisa bersaing dan bertahan di pasar.
Dengan demikian, strategi perusahaan untuk lebih menekankan pada diversifikasi proyek, serta fokus pada pengembangan sektor hilir dan pangan, menjadi jawaban atas tantangan kebijakan pemerintah. Dengan keberhasilan pelaksanaan proyek-proyek tersebut, Adhi Karya diharapkan dapat mempertahankan posisi kuatnya di industri sambil terus memberikan kontribusi nyata kepada pembangunan nasional.