BSI

BSI Optimistis Bisnis Emas Melonjak, Targetkan Transaksi Capai 315 Ton dalam Lima Tahun

BSI Optimistis Bisnis Emas Melonjak, Targetkan Transaksi Capai 315 Ton dalam Lima Tahun
BSI Optimistis Bisnis Emas Melonjak, Targetkan Transaksi Capai 315 Ton dalam Lima Tahun

JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) semakin percaya diri dalam mengembangkan bisnis emas di Tanah Air. Sebagai bank pertama di Indonesia yang mengelola Bank Bullion, BSI menargetkan volume transaksi emas mencapai 315 ton dalam lima tahun ke depan.

Pada tahun 2024, total emas yang dikelola BSI mencapai 17,5 ton dengan volume transaksi sebesar 29,7 ton. Hal ini menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam sektor emas syariah yang semakin diminati masyarakat.

Emas sebagai Game Changer di Perbankan Syariah

Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna, menegaskan bahwa BSI terus memperkuat komitmennya dalam menjadikan ekonomi syariah sebagai salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional. Kepercayaan ini semakin kuat setelah ditunjuk sebagai pengelola bisnis Bank Bullion pertama di Indonesia pada 26 Februari lalu.

“Emas menjadi komoditas yang terus dikembangkan perseroan sebagai new game changer di industri perbankan syariah,” ujar Anton dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (5/3/2025) malam.

BSI saat ini memiliki total emas kelolaan sebanyak 239 ton, dengan omzet bisnis emas mencapai Rp 1.087 triliun. Selain itu, BSI menawarkan BSI Gold Karatase dengan kadar 99,99 persen berstandar SNI dan bersertifikasi halal. Jumlah pelanggan BSI juga mencapai 21 juta nasabah, didukung oleh 100 ribu agen BSI, jaringan sebanyak 1.130, serta 8 juta pengguna aplikasi Byond By BSI.

Anton optimistis bahwa dalam lima tahun mendatang, potensi volume transaksi bisa meningkat hingga 315 ton. “Potensi pengembangan bisnis emas akan memberikan nilai investasi lebih bagi masyarakat,” tambahnya.

Mendorong Hilirisasi dan Optimalisasi Ekosistem Syariah

Anton juga menyatakan bahwa keberadaan Bank Bullion diharapkan dapat menarik minat para pelaku industri emas dari hulu hingga hilir. Pasalnya, hilirisasi logam mulia dapat meningkatkan nilai tambah bijih emas hingga 10 kali lipat.

“Bisnis Bank Bullion berpotensi memberikan manfaat bagi masyarakat, industri, serta pertumbuhan ekonomi nasional melalui optimalisasi ekosistem ekonomi syariah,” ungkap Anton.

Saat ini, permintaan emas per kapita Indonesia masih tergolong rendah di Asia Tenggara, hanya 0,16 gram per orang. Berdasarkan kajian McKinsey, total emas yang beredar di masyarakat Indonesia mencapai 1.800 ton, dari sektor hulu hingga hilir. Sementara itu, jumlah emas batangan yang dapat dimonetisasi diperkirakan mencapai 321 ton.

Indonesia juga memiliki cadangan emas terbesar keenam di dunia, sekitar 2.600 ton, serta masuk dalam daftar 10 besar negara penghasil emas global dengan produksi mencapai 100 ton pada tahun 2020.

Bank Bullion, Kebijakan Strategis Maksimalkan Pengelolaan Emas

Pakar ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menilai keberadaan Bank Bullion di BSI sebagai langkah strategis dalam memaksimalkan pengelolaan emas dalam negeri.

“Pembentukan Bank Bullion akan memberikan banyak manfaat, termasuk mengurangi ketergantungan terhadap devisa negara karena hasil emas bisa disimpan di dalam negeri,” kata Piter kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Ia menambahkan, dengan cadangan emas Indonesia yang besar, keberadaan Bank Bullion menjadi kebijakan strategis yang dapat meningkatkan minat masyarakat dalam berinvestasi emas.

“Bank Bullion di BSI akan memperkaya pilihan investasi bagi masyarakat dan diproyeksikan terus berkembang,” pungkasnya.

Ekspansi Layanan ATM Emas dan Produk Baru

Sejalan dengan perkembangan bisnis emas, BSI terus mengembangkan berbagai layanan dan produk baru, termasuk ATM Emas. Anton menjelaskan bahwa BSI akan berfokus pada dua lini utama dalam bisnis Bank Bullion, yakni penitipan emas dan perdagangan emas, melalui tiga layanan utama:

  1. BSI Emas Digital – Layanan jual-beli dan penitipan emas secara digital melalui aplikasi Byond by BSI.
  2. BSI Gold – Kemudahan pembelian emas fisik secara tunai maupun cicilan dengan harga kompetitif.
  3. ATM Emas BSI – Layanan cetak emas yang akan tersedia di beberapa cabang BSI.

BSI menargetkan pemasangan 50 ATM Emas dalam waktu dekat. Saat ini, BSI masih menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk operasional ATM tersebut. “Kami masih terus mengembangkannya,” kata Anton.

Selain itu, BSI juga berencana memperoleh izin untuk dua kegiatan usaha tambahan, yaitu pembiayaan emas dan penyimpanan emas. Saat ini, perseroan baru mengantongi izin untuk produk penitipan emas dan perdagangan emas. “Mudah-mudahan tahun ini kami bisa menambahkan dua produk tersebut, namun semuanya tergantung pada assessment dari OJK,” ujarnya.

Emas sebagai Solusi Investasi Haji

Anton juga menyoroti bahwa investasi emas bisa menjadi solusi bagi masyarakat dalam mempersiapkan biaya ibadah haji, mengingat masa tunggunya yang panjang, sekitar 15-20 tahun. Dengan harga emas yang cenderung meningkat setiap tahun, investasi emas menjadi pilihan yang lebih stabil dibandingkan tabungan konvensional.

Ia memberikan simulasi berdasarkan biaya haji yang terus naik setiap tahun dan jumlah emas yang diperlukan:

  • Jika biaya haji sebesar Rp 49,8 juta, maka setara dengan 55,3 gram emas.
  • Jika biaya haji Rp 55,6 juta, setara dengan 42,7 gram emas.
  • Jika biaya haji Rp 60,2 juta, setara dengan 37,6 gram emas.
  • Jika biaya haji Rp 65,2 juta, setara dengan 32,6 gram emas.

“Dengan investasi emas, masyarakat bisa lebih siap menghadapi kenaikan biaya haji di masa depan,” pungkas Anton.

BSI terus mengembangkan bisnis emasnya dengan optimisme tinggi. Sebagai Bank Bullion pertama di Indonesia, BSI menargetkan volume transaksi emas mencapai 315 ton dalam lima tahun ke depan. Dengan berbagai inovasi, termasuk ATM Emas dan layanan digital, BSI semakin memperkuat posisinya dalam industri perbankan syariah. Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah dalam mengoptimalkan ekonomi syariah dan meningkatkan daya saing industri emas nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index