Wijaya Karya

Wijaya Karya (WIKA) Catat Rugi Bersih Rp 780,17 Miliar pada Kuartal I 2025, Tapi Tekanan Kinerja Mulai Mereda

Wijaya Karya (WIKA) Catat Rugi Bersih Rp 780,17 Miliar pada Kuartal I 2025, Tapi Tekanan Kinerja Mulai Mereda
Wijaya Karya (WIKA) Catat Rugi Bersih Rp 780,17 Miliar pada Kuartal I 2025, Tapi Tekanan Kinerja Mulai Mereda

JAKARTA – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wijaya Karya (WIKA) melaporkan kinerja keuangan yang masih mencatat kerugian pada kuartal I 2025. Namun, secara tahunan, beban kerugian ini mulai menunjukkan perbaikan signifikan. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perseroan, WIKA mengalami rugi bersih sebesar Rp 780,17 miliar pada periode tiga bulan pertama tahun ini, jauh lebih baik dibanding kerugian Rp 1,13 triliun pada kuartal I 2024.

Meski mencatat kerugian, manajemen menilai hasil ini menunjukkan adanya kemajuan dari strategi perbaikan bisnis yang tengah dijalankan. Penurunan rugi bersih ini disebabkan oleh upaya efisiensi melalui program transformasi internal dan lean construction yang terus digencarkan perusahaan. “Namun dibalik itu, program transformasi dan lean construction yang WIKA jalankan membuat operasional bisnis semakin efisien, ditambah juga upaya manajemen untuk terus menurunkan beban pendanaan,” ujar Sekretaris Perusahaan WIKA, Mahendra Vijaya.

Pendapatan Turun, Beban Pokok Lebih Rendah

Pendapatan bersih Wijaya Karya pada kuartal I 2025 tercatat sebesar Rp 3,11 triliun, turun 11,87% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 3,53 triliun. Turunnya pendapatan ini tak lepas dari tantangan di sektor konstruksi nasional yang masih terdampak perlambatan ekonomi global dan tekanan pada belanja infrastruktur.

Segmen infrastruktur dan gedung masih menjadi kontributor terbesar terhadap pendapatan WIKA dengan total Rp 1,21 triliun. Diikuti segmen industri Rp 1,02 triliun, energi dan industrial plant Rp 748,43 miliar, serta hotel Rp 50,04 miliar. Sementara segmen realty dan properti menyumbang Rp 40,97 miliar, dan investasi Rp 33,32 miliar.

Walaupun pendapatan menurun, WIKA berhasil menekan beban pokok pendapatan menjadi Rp 2,88 triliun, dibandingkan Rp 3,24 triliun di kuartal I 2024. Penurunan ini menjadi salah satu penopang efisiensi yang berkontribusi terhadap perbaikan kinerja operasional.

Laba kotor yang dihasilkan tercatat Rp 231,33 miliar, atau turun 18,77% secara tahunan dari sebelumnya Rp 284,82 miliar. Penurunan laba kotor sejalan dengan turunnya pendapatan usaha utama.

Pendapatan Lain-Lain Meningkat Tajam

Di sisi lain, WIKA mencatat peningkatan tajam pada pos pendapatan lain-lain, yang melonjak dari Rp 180,26 miliar menjadi Rp 816,92 miliar pada akhir Maret 2025. Peningkatan ini memberikan bantalan terhadap tekanan dari sisi pendapatan utama dan menjadi bukti bahwa strategi diversifikasi sumber pendapatan mulai membuahkan hasil.

Kondisi ini juga tercermin dari penurunan rugi per saham dasar dari Rp 126,28 di kuartal I 2024 menjadi hanya Rp 19,57 pada akhir Maret 2025. Meski masih negatif, tren ini memberi harapan bagi perbaikan kinerja ke depan.

Tantangan Industri Konstruksi

Mahendra Vijaya mengakui bahwa sektor konstruksi nasional belum sepenuhnya pulih. Tantangan ekonomi global dan tekanan makro ekonomi domestik memberikan dampak pada proyek-proyek pembangunan dan perolehan kontrak baru. “Kondisi ekonomi global dan sektor konstruksi yang menantang memberikan tekanan yang cukup besar terhadap industri konstruksi. Hal itu turut mempengaruhi perolehan kontrak baru dan penjualan perseroan,” tegas Mahendra.

Meski begitu, hingga kuartal I 2025, Wijaya Karya tetap mampu mencatat kontrak baru sebesar Rp 2,16 triliun, sebagai bentuk keberlanjutan operasional di tengah kondisi yang belum ideal. Kontrak ini diharapkan menjadi katalis dalam meningkatkan pendapatan kuartal-kuartal berikutnya.

Posisi Keuangan Masih Kuat, Meski Ada Penurunan Aset

Secara posisi keuangan, aset Wijaya Karya tercatat sebesar Rp 61,12 triliun per 31 Maret 2025. Angka ini menurun dibanding posisi akhir Desember 2024 yang mencapai Rp 63,55 triliun. Penurunan aset sebagian besar berasal dari pergeseran pada pos kas dan setara kas serta aset lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional dan investasi.

Liabilitas juga menurun dari Rp 51,68 triliun menjadi Rp 50,04 triliun di akhir Maret 2025. Penurunan ini menjadi cerminan keberhasilan perusahaan dalam menekan kewajiban jangka pendek dan panjang di tengah pembiayaan proyek yang menantang.

Sementara itu, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 11,08 triliun, lebih rendah dibandingkan Rp 11,87 triliun pada akhir 2024. Penurunan ini terjadi seiring dengan akumulasi rugi bersih yang dialami perusahaan.

Kas dan setara kas per 31 Maret 2025 juga tercatat Rp 1,60 triliun, lebih rendah dari posisi Rp 1,95 triliun di periode yang sama tahun lalu. Hal ini mencerminkan peningkatan kebutuhan likuiditas untuk mendukung proyek-proyek yang sedang berjalan.

Optimisme Ke Depan

Terlepas dari kondisi sulit, manajemen Wijaya Karya tetap optimistis bahwa langkah-langkah efisiensi, transformasi bisnis, serta fokus pada proyek-proyek dengan margin tinggi akan mampu memperbaiki kinerja keuangan pada semester II 2025.

Perusahaan juga terus melakukan evaluasi proyek secara selektif untuk meminimalisasi risiko gagal bayar dan memperkuat arus kas operasional. Penyesuaian portofolio proyek menjadi salah satu strategi utama WIKA untuk menjaga keberlanjutan usaha.

Dengan rekam jejak sebagai salah satu BUMN konstruksi terbesar, Wijaya Karya menargetkan pemulihan kinerja secara bertahap mulai pertengahan 2025, seiring dengan mulai pulihnya permintaan infrastruktur nasional dan dukungan dari belanja negara.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index