pengertian sistem ekonomi tradisional

Pengertian Sistem Ekonomi Tradisional, Ciri, dan Kelebihan

Pengertian Sistem Ekonomi Tradisional, Ciri, dan Kelebihan
pengertian sistem ekonomi tradisional

JAKARTA - Pengertian sistem ekonomi tradisional mengacu pada perekonomian yang dijalankan masyarakat dengan metode konvensional dalam mengelola sumber daya.

Sistem ini berakar pada nilai-nilai tradisional yang hidup dalam masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. 

Dalam tatanan sosial, norma, adat, dan tradisi yang ada memainkan peran penting, dan sejarah serta kepercayaan yang berkembang di dalamnya turut mempengaruhi bentuk sistem ekonomi ini.

Biasanya, sistem ekonomi tradisional ditemukan di daerah perdesaan, tempat nilai-nilai leluhur dihormati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Di kawasan ini, perekonomian lebih mengedepankan cara-cara tradisional yang mengurangi produksi limbah, sehingga lebih ramah lingkungan. 

Namun, dengan pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan zaman, tantangan muncul bagi sistem ekonomi tradisional untuk beradaptasi dengan dunia yang semakin digital. 

Untuk memahami bagaimana sistem ini berperan di era modern, kita perlu lebih mendalami pengertian sistem ekonomi tradisional dan menilai kelebihan serta kekurangannya.

Pengertian Sistem Ekonomi Tradisional

Pengertian sistem ekonomi tradisional merujuk pada mekanisme perekonomian yang berkembang berdasarkan tanggapan aktif masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup melalui pola dan cara-cara yang diwariskan turun temurun. 

Sistem ini sangat erat kaitannya dengan sektor agraris, seperti pertanian, peternakan, dan perkebunan, di mana pengelolaannya bertujuan untuk mencukupi kebutuhan dasar, terutama pangan. 

Selain itu, sistem ini juga relevan dengan sistem barter, yang merupakan cara tradisional dalam pertukaran barang untuk memenuhi kebutuhan. 

Ekonomi tradisional, yang juga disebut ekonomi primitif, sangat bergantung pada sumber daya alam dan cocok diterapkan di negara yang mengandalkan hasil bumi, seperti Indonesia. 

Sistem ini sejalan dengan pandangan Mohammad Hatta, yang menganggap bahwa ekonomi ideal adalah yang berdasarkan asas kekeluargaan sesuai nilai luhur bangsa.

Peran Masyarakat dalam Sistem Ekonomi Tradisional

Dalam sistem ekonomi tradisional, masyarakat berfungsi ganda sebagai produsen dan konsumen karena terbatasnya teknologi yang digunakan. 

Alat dan fasilitas yang dipakai untuk mendukung sistem ini masih sangat sederhana dan mengandalkan metode kuno. 

Kekurangan peralatan yang memadai menyebabkan produksi barang dan jasa terbatas, dengan kualitas yang relatif rendah. Akibatnya, produktivitas ekonomi cenderung rendah.

Hingga saat ini, beberapa negara berkembang seperti Ethiopia, Malawi, dan beberapa desa di Afrika Tengah masih mempertahankan sistem ini. 

Tiga desa di Afrika Tengah yang menerapkan sistem ini adalah Mobaye, Mbaiki, dan Batangafo. Lalu, apakah Indonesia masih mengadopsi sistem ini? 

Secara umum, Indonesia telah mengadopsi sistem ekonomi berdasarkan Pancasila. Namun, beberapa wilayah di Papua, seperti Lembah Baliem di Pegunungan Jayawijaya, masih mempertahankan sistem tradisional ini.

Peran Pemerintah dalam Sistem Ekonomi Tradisional

Berbeda dengan masyarakat, pemerintah tidak berperan sebagai pengatur dalam kegiatan ekonomi. 

Peran pemerintah terbatas pada pengawasan ketertiban dalam alur ekonomi konvensional ini. Meskipun tidak terlibat dalam kekuasaan, pemerintah tetap memegang peran kecil.

Karena sistem ini tidak berfokus pada transaksi perdagangan yang menguntungkan, pemerintah tidak memiliki keterlibatan langsung dalam alur ekonomi. 

Hal ini berbeda dengan sistem ekonomi lainnya yang melibatkan pemerintah dalam kapasitas besar, bahkan sistem ekonomi Pancasila pun menempatkan pemerintah sebagai pusat utama. 

Dengan demikian, pengawasan ketertiban dalam kegiatan ekonomi menjadi ciri khas sistem ini.

Apakah kamu sudah mulai memahami sistem ini? Mungkin gambaranmu masih belum jelas, jadi mari kita telusuri lebih dalam ciri-ciri sistem ekonomi tradisional.

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Tradisional

Sistem ekonomi ini memiliki tujuan yang lebih terbatas, sehingga kurang efektif untuk mendorong perekonomian dalam skala besar. 

Hal ini disebabkan oleh fokus produksi, distribusi, dan konsumsi barang atau jasa yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih sempit.

Selain itu, ada beberapa ciri khas lain dari sistem ekonomi tradisional yang lebih mendalam, yaitu:

-Jenis produksi barang dan jasa disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat.

-Alat produksi yang digunakan masih sederhana dan bergaya konvensional.

-Proses produksi dilakukan dengan teknik yang diwariskan secara turun-temurun.

-Produktivitas dalam sektor produksi cenderung rendah dan terbatas.

-Tidak terdapat pembagian kerja atau peran yang rinci.

-Menjunjung tinggi asas kekeluargaan dan adat istiadat.

-Bergantung pada hasil bumi sebagai sumber utama kegiatan ekonomi.

-Proses distribusi barang dan jasa didasarkan pada kebiasaan yang sudah ada.

-Mengandalkan sektor pertanian, peternakan, atau perikanan sebagai kegiatan utama.

-Kurang terbuka terhadap inovasi atau hal-hal baru dalam sistemnya.

Ciri-ciri ini jelas berbeda dengan sistem ekonomi Pancasila (SEP) yang diterapkan di Indonesia. Namun, prinsip kekeluargaan dalam sistem ekonomi tradisional ternyata sejalan dengan nilai-nilai demokrasi dalam ekonomi Pancasila.

Sekarang kamu pasti sudah memiliki gambaran yang lebih jelas tentang sistem ini, kan? Mari kita lanjutkan dengan membahas contoh penerapan sistem ekonomi tradisional di dalam negeri dan luar negeri. 

Contoh Sistem Ekonomi Tradisional

Di Papua, tepatnya di Lembah Baliem, masih ada kegiatan produksi pangan yang mengandalkan metode tradisional, seperti bercocok tanam. 

Sistem ini sangat cocok dengan lokasinya yang berada di dataran tinggi, sekitar 1.600 meter di atas permukaan laut. Lembah Baliem juga menjadi tempat tinggal bagi tiga suku mayoritas. 

Selain itu, banyak wilayah di Papua yang terisolasi dari dunia luar dan pengaruh modernisasi, sehingga masyarakat setempat tetap mempertahankan tradisi dalam mencari nafkah.

Berpindah ke Afrika Tengah dan Ethiopia, kita akan menemui tiga wilayah yang masih mempertahankan sistem tradisional. Di ibu kota Mbaiki, lahan pertanian kopi dan kayu mendominasi perekonomian. 

Sementara itu, di wilayah Malawi yang terletak di bagian selatan, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada hasil pertanian, tanpa akses modern yang signifikan.

Kelemahan Sistem Ekonomi Tradisional

Sistem tradisional memiliki beberapa kelemahan yang membuatnya kurang efektif dalam memajukan perekonomian suatu negara atau wilayah. 

Keterbatasan utama tidak hanya terletak pada kuatnya ikatan tradisi, tetapi juga pada kurangnya keterbukaan terhadap perkembangan teknologi. Berikut adalah beberapa kelemahannya:

-Beberapa wilayah masih mengandalkan barter yang sudah usang.

-Penentuan kesesuaian dan kelayakan nilai tukar dalam barter sangat sulit.

-Fokus kegiatan ekonomi terlalu terbatas pada pemenuhan kebutuhan, tanpa meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

-Kegiatan ekonomi tidak diarahkan untuk peningkatan keuntungan.

-Penerimaan terhadap teknologi modern masih sangat rendah.

-Pola pikir yang konservatif seringkali menolak kemajuan.

-Kualitas barang dan jasa yang dihasilkan umumnya rendah.

Kelemahan-kelemahan ini sebagian besar berasal dari kebiasaan mengikuti tradisi. Hal ini menghambat perkembangan masyarakat di desa yang sebenarnya memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. 

Penolakan terhadap perubahan juga menyebabkan kesulitan dalam menjalin hubungan antara pihak desa dan pihak lain. Kesimpulannya, sistem ini sangat bergantung pada kinerja yang efektif untuk memastikan kesejahteraan masyarakat desa. 

Meskipun banyak kekurangannya, sistem ekonomi tradisional tetap memiliki beberapa kelebihan.

Kelebihan Sistem Ekonomi Tradisional

Kelebihan utama dari sistem ekonomi tradisional terletak pada kuatnya rasa kekeluargaan yang terjalin antarwarga, seperti yang dijelaskan berikut ini:

-Setiap warga memiliki kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa.

-Asas kekeluargaan mengurangi ketimpangan sosial yang ada.

-Tidak ada monopoli kekuasaan karena pemerintah tidak ikut campur.

-Sistem barter mendorong terciptanya kerukunan, kepedulian, dan kejujuran tinggi.

-Kegiatan ekonomi berlangsung sehat tanpa adanya persaingan negatif untuk meraih keuntungan.

-Produksi yang sederhana turut menjaga kelestarian alam.

-Limbah produksi yang dihasilkan sangat minim, sehingga tidak mengganggu kehidupan masyarakat.

Dalam sistem ini, tercipta peluang kerja sama yang lebih jujur dan tidak kompetitif.

Sebagai kesimpulan, pengertian sistem ekonomi tradisional mencerminkan cara perekonomian yang sederhana, terikat pada tradisi, dan mengutamakan kebersamaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index