Bank Indonesia

Bank Indonesia All Out Jaga Stabilitas Rupiah di Tengah Ketidakpastian Global

Bank Indonesia All Out Jaga Stabilitas Rupiah di Tengah Ketidakpastian Global
Bank Indonesia All Out Jaga Stabilitas Rupiah di Tengah Ketidakpastian Global

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mempertegas komitmennya dalam menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global. Melalui serangkaian kebijakan intervensi cermat dan terukur, BI berupaya mempertahankan daya saing dan stabilitas perekonomian nasional.

Bank Indonesia (BI) terus mengupayakan stabilisasi nilai tukar Rupiah, yang belakangan ini menunjukkan tren penguatan meskipun kondisi pasar global sedang tidak menentu. Salah satu strategi utama yang saat ini dijalankan BI adalah kebijakan smart intervention, yang berfokus pada pasar non-deliverable forward (NDF) dan pasar offshore.

“BI akan all out untuk membuat rupiah itu lebih stabil, dan tentunya BI sudah akan mengoptimalkan instrumen yang ada, melakukan intervensi di pasar offshore, melakukan intervensi di pasar sport, pasar DNDF, dan juga apabila diperlukan BI akan melakukan transaksi, terutama pembelian di pasar SBN di dalam negeri,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan kepada media di Kantor BI, Jakarta.

Rupiah Menguat di Tengah Ketidakpastian

Berdasarkan data Bloomberg nilai tukar Rupiah tercatat menguat sebesar 5,50 poin atau 0,03 persen ke level Rp16.212 per dolar AS. Penguatan ini menunjukkan respons pasar yang positif terhadap langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan oleh BI.

Menurut Ramdan Denny Prakoso, penguatan Rupiah tersebut tidak lepas dari kerja keras BI dalam melakukan intervensi yang cermat dan fokus. Pendekatan intervensi yang difokuskan pada instrumen-instrumen tertentu memberikan ruang bagi BI untuk mengelola tekanan nilai tukar secara lebih efektif.

“Intinya sekarang bagaimana kita bisa membuat rupiah stabil dulu ya. Karena memang sama-sama kita ketahui, sebagaimana juga dengan pendapat atau pandangan dari Pak Gubernur, bahwa perkembangan global masih tidak pasti,” ujar Denny.

Posisi Rupiah Kuat di Asia Tenggara

BI mencatat bahwa Rupiah telah mengalami penguatan sebesar 2,6 persen terhadap dolar AS. Capaian ini menempatkan Rupiah sebagai salah satu mata uang dengan performa terbaik di kawasan Asia Tenggara.

“Kita lihat bahwa Indonesia Rupiah sampai dengan tanggal 26 itu mengalami penguatan 2,6 persen. Kemudian di atasnya Indonesia ada Baht Thailand yang menguat 2,95 persen, (Ringgit) Malaysia menguat 2,64 persen. Di bawah Indonesia ada Singapura menguat 1,9 persen. Kemudian Filipina menguat 1,03 persen,” jelas Denny.

Kinerja positif Rupiah ini dinilai sebagai hasil dari kombinasi kebijakan moneter yang responsif serta dukungan dari faktor fundamental ekonomi domestik yang masih cukup kuat, meskipun gejolak eksternal masih berlangsung.

Langkah-Langkah Strategis BI

Bank Indonesia terus mengembangkan berbagai strategi untuk menjaga kestabilan nilai tukar, termasuk melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar domestik sebagai bagian dari strategi stabilisasi likuiditas. Denny menegaskan bahwa BI siap memanfaatkan semua instrumen yang dimiliki untuk mendukung stabilitas.

“BI akan all out dan terus menyesuaikan langkahnya sesuai perkembangan dinamika pasar. Kami tidak akan ragu untuk menggunakan instrumen pasar keuangan untuk menjaga stabilitas makroekonomi, termasuk nilai tukar,” tambahnya.

Dalam hal ini, BI juga memantau kondisi pasar keuangan global secara ketat, termasuk kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia seperti The Federal Reserve (The Fed) dan dampaknya terhadap aliran modal asing ke pasar domestik.

Stabilitas Domestik Jadi Pilar Penting

Stabilitas ekonomi domestik menjadi kunci utama BI dalam memperkuat ketahanan terhadap tekanan global. Oleh karena itu, BI juga menekankan pentingnya menjaga inflasi tetap rendah dan terkontrol serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Bank Indonesia komit untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi. Sehingga semuanya itu membuat Indonesia mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap ketidakpastian yang sedang terjadi di pasar global ini,” pungkas Denny.

Dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut dilakukan melalui kebijakan moneter yang akomodatif namun tetap berhati-hati. BI juga menjalin koordinasi erat dengan pemerintah dalam menjaga stabilitas sektor keuangan dan mendorong penguatan sektor riil.

Kinerja Makroekonomi Tetap Terjaga

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih diperkirakan berada dalam kisaran 4,7% hingga 5,5% pada 2025, dengan titik tengah di angka 5,1%. Proyeksi tersebut mempertimbangkan berbagai tantangan global, termasuk tekanan geopolitik dan perubahan arah kebijakan moneter global.

Kebijakan suku bunga juga menjadi bagian penting dalam kerangka kebijakan BI. Meskipun BI telah menurunkan suku bunga acuan dalam beberapa bulan terakhir, efek dari pelonggaran tersebut diperkirakan baru akan terasa signifikan dalam 1 hingga 1,5 tahun ke depan.

Komitmen BI Tak Tergoyahkan

Langkah-langkah Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah menunjukkan keseriusan dan kesiapan menghadapi berbagai kemungkinan di tengah ketidakpastian global. Melalui pendekatan yang cermat dan instrumen yang fleksibel, BI memastikan bahwa nilai tukar Rupiah tetap dalam kondisi yang terkendali.

Dengan strategi smart intervention, koordinasi lintas sektor, serta penguatan ketahanan domestik, BI optimis Rupiah akan tetap stabil dan menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index