JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melanjutkan wacana merger dua perusahaan pengelola bandara, PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero), sebagai langkah strategis untuk menciptakan sinergi operasional yang lebih efisien dan terstandarisasi. Menteri BUMN, Erick Thohir, memastikan bahwa integrasi ini tidak akan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK), melainkan memperkuat layanan dan menyiapkan Angkasa Pura sebagai pemain global yang unggul.
Tujuan: Integrasi, Efisiensi, dan Standardisasi
Rencana merger tersebut diarahkan untuk mendatangkan efisiensi dari segi sistem dan struktur organisasi. “Angkasa Pura ini dengan ada penggabungan akan lebih efisien,” tegas Erick Thohir saat memberikan penjelasan di Gedung DPR RI.
Menurut Erick, kedua perusahaan akan digabung dalam satu entitas yang memanfaatkan skala ekonomi pada 37 bandara di seluruh Indonesia 15 di bawah AP I dan 22 di bawah AP II. Hal ini memungkinkan adanya business model yang berbeda sesuai tipe bandara, namun tetap terkoneksi secara terintegrasi.
“Business model masing-masing bandara bisa berbeda, tergantung tipe bandaranya,” tambah Erick.
Lebih lanjut, Erik menekankan pentingnya standarisasi pelayanan yang merata di seluruh bandaranya, yang akan memperkuat positioning Angkasa Pura sebagai perusahaan pengelola bandara kelas dunia
Tidak Ada PHK, Justru Pengembangan Tenaga Kerja
Isu klasik terkait merger BUMN adalah potensi PHK. Erick jelas menepis kekhawatiran tersebut. “Kalau masalah, dulu merger‑merger kan ditakuti mengurangi pegawai, ternyata tidak terbukti, justru meningkatkan. Lihat saja seperti Pelindo makin hari makin besar,” ujarnya merujuk pada pengalaman merger Pelindo I-IV.
Dalam konteks Angkasa Pura, Erick menegaskan: “Jadi isu lay off tidak ada, justru ini isu pengembangan”
Sejarah merger Pelindo menjadi contoh nyata bahwa konsolidasi BUMN bisa berjalan tanpa pengurangan pegawai, bahkan menambah peluang karier dan pembinaan talent.
Proses Merger: Roadmap 3 Bulan dan Tahapan Strategis
Erick menyatakan bahwa fase awal penjajakan merger sudah dimulai tahun 2023, dengan estimasi waktu pelaksanaan maksimal tiga bulan. “Mengenai Angkasa Pura memang ini rencana perlu 3 bulan, jadi tahun ini sudah ada penjajakan awal,” katanya saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR.
Rencana ini mencakup studi forming subholding, integrasi sistem TI, human resources, serta penyusaian model bisnis sesuai tipe bandara—wisata, bisnis, maupun domestik.
Menhub Dukung, Investor Berminat
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyambut positif langkah ini. Menurutnya, merger akan memungkinkan skala lebih besar, efisiensi, dan menarik minat investor global. “Secara entitas, barang yang merger itu barangnya jadi besar dan menarik untuk menjadi efisien di mata investor,” katanya.
Budi Karya mengambil contoh 4 Pelindo yang kemudian menyatu menjadi Pelindo bersama sebuah situasi yang mengubah Singapura sebagai global hub pelabuhan. “Dengan disatukan ini, Insya Allah memberikan kebaikan dan competitiveness terhadap airport yang lainnya,” tambah dia.
Dari Angkasa Pura ke InJourney Airports
Hasil merger dua entitas tersebut adalah kelahiran PT Angkasa Pura Indonesia, yang juga dikenal sebagai InJourney Airports, bagian dari subholding PT Aviasi Pariwisata Indonesia (IAS). Subholding ini berfungsi mengelola 37 bandara dalam satu payung, dengan tujuan agar pelayanan, operasional, dan komersial menjadi lebih terpadu.
Berdasarkan data dari Wikipedia, sejak Juli 2024, InJourney Airports resmi beroperasi dan menduduki peringkat kelima dunia sebagai operator bandara dengan total penumpang mencapai 172 juta per tahun.
Skema Model Bisnis Bandara yang Selaras
Dalam implementasi operasional, merger memungkinkan diferensiasi model bisnis berdasarkan segmentasi bandara. Beberapa bandara besar seperti Soekarno–Hatta, Ngurah Rai, dan Kualanamu akan dijalankan model hub dengan layanan lengkap dan terpadu. Sedangkan bandara di daerah seperti Banda Aceh atau Jayapura akan mengadopsi model optimal sesuai kebutuhan lokal, dengan estetika, fungsionalitas, dan efisiensi biaya investasi .
Erick menegaskan fokus pengembangan di bandara pariwisata: “Bandara yang difokuskan untuk kawasan wisata akan dibangun lebih estetik demi menarik wisatawan” dan “daerah yang airport-nya tidak perlu bermewah tapi hanya butuh perbaikan fasilitas pendukung saja” .
Peningkatan Pendapatan Non-Aero
Salah satu prioritas utama bagi InJourney Airports adalah memperbesar pendapatan non-aero (non-penerbangan), seperti komersial, logistik, retail, dan jasa bandara lainnya. Dony Oskaria, Direktur Utama InJourney, menyatakan bahwa kontribusi non-aero naik hingga 49% YoY, dan akan diperkuat dalam jangka panjang.
Strategi ini sejalan dengan evolusi bandara global yang berubah menjadi ekosistem kehidupan modern, tidak hanya sebagai tempat transit, tetapi pusat kegiatan ekonomi dan sosial .
Dampak ke Depan: Dari Regional ke Global
Dengan merger ini, Angkasa Pura diposisikan lebih kompetitif di panggung regional dan global. Status sebagai operator bandara kelima terbesar dunia membukakan peluang peningkatan kualitas operasional, menarik investor global, dan potensi ekspansi ke manajemen bandara luar negeri melalui joint venture seperti yang telah dilakukan bersama Incheon International Airport Cooperation .
Aspek efisiensi skala dan standardisasi pelayanan diperkirakan mendorong perbaikan reputasi Indonesia dalam industri transportasi udara sekaligus mempercepat pemulihan pariwisata domestik.
Merger Angkasa Pura I dan II menjadi satu entitas Angkasa Pura Indonesia / InJourney Airports merupakan momen penting dalam transformasi pengelolaan bandara di Indonesia. Dengan tujuan utama efisiensi, integrasi operasional, dan penyeragaman layanan, rencana ini tidak hanya menjanjikan kinerja lebih solid dan daya saing global, tetapi juga memperkuat posisi industri penerbangan dan pariwisata nasional. Meskipun perjalanan merger masih melalui proses administratif, jajakan selama tiga bulan hingga akhir 2023, prospeknya sangat positif. Apalagi, kepastian tidak ada PHK, investor mendukung, serta pendapatan non-aero yang naik signifikan menunjukkan arah strategis merger ini tepat sasaran.