Energi

Harga Minyak Terus Melonjak Didukung Kemajuan Negosiasi Dagang AS China, Pasar Energi Reaktif

Harga Minyak Terus Melonjak Didukung Kemajuan Negosiasi Dagang AS China, Pasar Energi Reaktif
Harga Minyak Terus Melonjak Didukung Kemajuan Negosiasi Dagang AS China, Pasar Energi Reaktif

JAKARTA – Harga minyak dunia terus mengalami kenaikan signifikan, didorong oleh perkembangan positif dalam negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China. Kenaikan ini menjadi perhatian pelaku pasar energi global, yang mencermati dinamika geopolitik dan dampaknya terhadap permintaan minyak mentah.

Pada perdagangan Selasa pagi waktu Asia, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli diperdagangkan stabil di level US$65,36 per barel, setelah sebelumnya menguat lebih dari 1%. Kenaikan ini menandai penutupan tertinggi WTI sejak awal April tahun ini. Sementara itu, harga Brent acuan global untuk minyak juga menunjukkan tren serupa, dengan penutupan naik 0,9% ke level US$67,04 per barel untuk pengiriman Agustus.

Peningkatan harga minyak ini terjadi setelah sinyal positif dari kelanjutan negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan bahwa pertemuan dengan delegasi China di London membuahkan hasil. "Diskusi kami dengan pejabat dari Beijing telah membuahkan hasil," ungkap Lutnick dalam keterangannya kepada media. Hal senada juga disampaikan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menyebut bahwa pertemuan bilateral tersebut berlangsung kondusif. "Pertemuan berjalan baik," ujarnya singkat.

Pernyataan dari dua pejabat penting dalam pemerintahan AS ini langsung memicu optimisme pasar energi, yang sebelumnya diliputi kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat ketegangan dagang yang terus berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. Pasar menyambut baik potensi peredaan konflik dagang dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu karena berkorelasi langsung dengan permintaan terhadap energi, khususnya minyak mentah.

Sejak awal tahun 2025, harga minyak global sebenarnya mengalami tekanan besar. Sepanjang tahun berjalan, harga minyak mentah telah anjlok sekitar 9%. Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi global yang melemah sebagai dampak dari ketegangan perdagangan yang berkepanjangan, serta kekhawatiran akan melambatnya konsumsi energi global.

Namun, kabar terbaru mengenai kelanjutan dialog dagang yang lebih konstruktif mengubah sentimen pasar. Pelaku pasar energi kini melihat adanya potensi pemulihan permintaan minyak di tengah upaya AS dan China untuk mencari titik temu dalam isu perdagangan, tarif, dan investasi bilateral.

Tak hanya itu, pasar energi juga menghadapi tekanan dari sisi pasokan. Kesepakatan dalam organisasi OPEC+ (yang mencakup negara-negara anggota OPEC dan sekutunya seperti Rusia) untuk meningkatkan produksi minyak dengan kecepatan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, juga turut mempengaruhi sentimen harga. Langkah OPEC+ tersebut dinilai oleh sebagian analis bisa menimbulkan risiko kelebihan pasokan di pasar global.

Namun begitu, sinyal positif dari perkembangan negosiasi dagang AS-China tampaknya berhasil mengimbangi kekhawatiran terhadap potensi surplus pasokan ini. Pelaku pasar saat ini lebih fokus pada prospek peningkatan permintaan minyak, yang kemungkinan akan terjadi jika kedua negara benar-benar mencapai kesepakatan final dalam waktu dekat.

Menurut pengamat energi global dari New York Energy Consultancy, Mark Delaney, pasar saat ini sedang bergerak dalam spektrum antara ketakutan dan harapan. "Harga energi, terutama minyak, sangat sensitif terhadap isu geopolitik. Setiap tanda-tanda kemajuan dalam hubungan dagang AS-China bisa menjadi katalis positif bagi permintaan minyak," ujarnya.

Delaney juga menambahkan bahwa jika negosiasi ini benar-benar menghasilkan kesepakatan permanen, maka harga minyak bisa mengalami rebound yang lebih signifikan dalam beberapa pekan ke depan. "Pasar energi membutuhkan stabilitas geopolitik untuk mendorong permintaan. Jika AS dan China berdamai secara dagang, itu akan mendorong sektor industri dan transportasi kembali bergairah, yang ujungnya menaikkan permintaan energi secara global," paparnya.

Di sisi lain, tantangan lain yang sedang dihadapi pasar energi adalah peningkatan produksi dari negara-negara non-OPEC, seperti Amerika Serikat sendiri yang terus mencatatkan rekor dalam produksi minyak serpih (shale oil). Produksi dari AS menjadi salah satu faktor yang turut menciptakan dinamika pasokan yang fluktuatif di pasar internasional.

Selain itu, pengaruh dari kondisi makroekonomi dunia, termasuk angka inflasi, suku bunga acuan di negara maju, dan ketegangan geopolitik di wilayah lain seperti Timur Tengah, juga menjadi faktor yang terus dipantau para pelaku pasar.

Berdasarkan data perdagangan terakhir, berikut adalah posisi harga minyak mentah dunia:

-WTI (West Texas Intermediate) untuk pengiriman Juli: US$65,36 per barel (stabil pada pukul 07.19 waktu Singapura).

-Brent untuk pengiriman Agustus: US$67,04 per barel, naik 0,9% pada perdagangan hari Senin.

Dengan tren yang berkembang ini, investor dan analis kini memantau dengan ketat perkembangan negosiasi dagang antara Washington dan Beijing, terutama pada pertemuan lanjutan yang dijadwalkan berlangsung pada Selasa ini.

Pasar berharap adanya pernyataan resmi dari Presiden AS atau delegasi China mengenai langkah konkret berikutnya. Presiden AS sebelumnya juga sempat mengatakan bahwa perundingan dengan China "tidak mudah", namun terbuka untuk mencapai kesepakatan yang adil bagi kedua belah pihak.

Secara keseluruhan, sektor energi global berada pada titik persimpangan. Di satu sisi, ada tekanan dari peningkatan pasokan yang bisa membanjiri pasar, namun di sisi lain muncul optimisme dari potensi pulihnya permintaan jika konflik dagang utama bisa diselesaikan.

Dengan demikian, pelaku usaha, pengambil kebijakan, dan investor global harus mencermati perkembangan isu ini secara seksama. Energi akan tetap menjadi sektor strategis dalam lintasan pemulihan ekonomi global, dan harga minyak yang stabil adalah salah satu indikator utamanya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index