JAKARTA — PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), perusahaan yang selama ini dikenal sebagai pemain utama di industri batu bara, mulai menunjukkan ketertarikan untuk memperluas bisnis ke sektor logam, khususnya nikel. Langkah ini menandakan kesiapan ITMG dalam merespons dinamika pasar global yang kini makin menuntut pergeseran menuju energi bersih dan berkelanjutan.
Di tengah fluktuasi harga batu bara yang memengaruhi stabilitas pendapatan, ITMG mulai mengkaji secara serius potensi diversifikasi bisnis ke sektor mineral strategis. Salah satu komoditas yang menjadi sorotan utama adalah nikel logam yang sangat dibutuhkan dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Melirik Nikel Sebagai Langkah Strategis
Direktur Utama ITMG, Mulianto, menegaskan bahwa perusahaan tengah aktif menjajaki peluang pengembangan bisnis di luar batu bara, termasuk mineral dan energi terbarukan. Menurutnya, nikel merupakan salah satu komoditas dengan prospek jangka panjang, terutama karena permintaannya yang meningkat tajam untuk kebutuhan produksi baterai EV. “Kami sedang melakukan penjajakan terhadap proyek-proyek potensial di bidang mineral, terutama nikel, serta peluang di sektor energi terbarukan,” kata Mulianto dalam paparan publik.
Meski batu bara tetap menjadi fokus utama, ITMG tidak menutup kemungkinan untuk memperluas portofolio melalui sektor yang lebih ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan tren dekarbonisasi yang terus berkembang dan menjadi sorotan global.
Transisi ke Energi Bersih
Dengan meningkatnya tekanan terhadap penggunaan bahan bakar fosil, perusahaan-perusahaan energi kini didorong untuk mengambil peran aktif dalam transisi ke sumber energi rendah emisi. ITMG menangkap peluang ini dengan menelaah sektor-sektor yang mendukung agenda energi bersih, salah satunya dengan mempertimbangkan investasi pada nikel.
Mulianto mengakui bahwa perusahaan juga tengah meninjau peluang di bidang energi baru dan terbarukan seperti tenaga surya (solar panel). Namun, ia menegaskan bahwa semua inisiatif ini masih dalam tahap awal dan akan dilaksanakan secara bertahap serta selektif. “ITMG tetap fokus pada pertambangan batu bara sebagai core business, namun kami juga membuka diri untuk peluang diversifikasi ke komoditas seperti nikel yang memiliki prospek jangka panjang, khususnya di sektor kendaraan listrik,” ujarnya.
Kinerja Keuangan dan Prospek
Dari sisi keuangan, ITMG mencatatkan pendapatan sebesar US$1,07 miliar hingga kuartal pertama 2024. Laba bersih perusahaan mencapai US$125 juta. Meski mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, ITMG tetap menunjukkan ketahanan di tengah pasar yang penuh tantangan. “Fluktuasi harga batu bara global memang memengaruhi kinerja keuangan kami, namun ITMG tetap menjaga efisiensi operasional serta optimalisasi produksi untuk mempertahankan margin,” jelas Mulianto.
Perusahaan memiliki cadangan batu bara sebesar 220 juta ton dan sumber daya 690 juta ton. Untuk mendukung operasional dan investasi, ITMG mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar US$75 juta pada 2024. Dana ini akan digunakan untuk perawatan alat berat, pengembangan infrastruktur tambang, serta peluang investasi lainnya.
Sambut Kebijakan Hilirisasi Pemerintah
Langkah ITMG dalam melirik sektor nikel dinilai selaras dengan kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi industri mineral. Pemerintah Indonesia telah lama mencanangkan penguatan industri baterai dan kendaraan listrik, menjadikan nikel sebagai bahan baku utama yang sangat dibutuhkan.
Dalam konteks ini, ketertarikan ITMG terhadap nikel mencerminkan upaya adaptif untuk mengamankan pertumbuhan jangka panjang. Diversifikasi ini juga dipandang sebagai strategi antisipatif terhadap potensi penurunan permintaan batu bara akibat transisi global menuju energi rendah karbon.
Pandangan Analis Pasar
Pengamat pasar modal dari PT Sucor Sekuritas, Hendriko Gani, menilai langkah ITMG sebagai strategi yang tepat. Menurutnya, permintaan global terhadap nikel sebagai bahan baku baterai EV akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan. “Permintaan global terhadap nikel, khususnya untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik, sedang tumbuh signifikan. Jika ITMG bisa masuk pada lini produksi yang punya nilai tambah tinggi, ini bisa jadi sumber pertumbuhan baru di masa depan,” tutur Hendriko.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa sektor nikel memiliki tantangan tersendiri, baik dari sisi teknis maupun regulasi. Karena itu, pendekatan yang selektif dan penuh perhitungan menjadi sangat penting bagi ITMG sebelum mengambil keputusan investasi besar. “Yang penting, ITMG tetap selektif dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Melihat potensi pasar saja tidak cukup, harus disertai perhitungan risiko yang tepat,” imbuhnya.
Komitmen terhadap Keberlanjutan
ITMG tidak hanya memprioritaskan pertumbuhan bisnis, tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dalam setiap ekspansinya. Prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) menjadi landasan dalam penyusunan strategi perusahaan, termasuk jika kelak masuk ke sektor nikel. “Setiap rencana investasi kami akan mempertimbangkan aspek keberlanjutan jangka panjang, termasuk kepatuhan terhadap standar lingkungan dan manfaat sosial bagi masyarakat sekitar,” ujar Mulianto.
Pendekatan ini penting untuk menjaga keberlanjutan bisnis dan reputasi perusahaan di mata investor, regulator, dan publik.
Menuju Transformasi Energi yang Lebih Luas
Langkah ITMG yang perlahan membuka peluang di luar batu bara menjadi sinyal kuat bahwa transformasi energi kini menjadi bagian dari strategi bisnis para pemain besar. Di tengah dinamika global yang menuntut pengurangan emisi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil, diversifikasi ke sektor seperti nikel menjadi pilihan logis.
Peralihan ini, meskipun tidak terjadi secara drastis, menunjukkan adaptasi yang diperlukan untuk mempertahankan daya saing. Dalam jangka panjang, strategi semacam ini tidak hanya memperkuat posisi ITMG di pasar, tetapi juga memperluas kontribusi perusahaan terhadap agenda pembangunan berkelanjutan.
Dengan segala potensi dan tantangan yang ada, langkah ITMG menuju komoditas nikel patut dicermati sebagai bagian dari transformasi lebih besar di sektor pertambangan Indonesia.