JAKARTA - Kesadaran petani sawit swadaya terhadap pentingnya praktik berkelanjutan mulai tumbuh seiring dengan peluang peningkatan kapasitas melalui pelatihan bersertifikasi. Di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, sebanyak 32 petani sawit swadaya kini sedang mengikuti pelatihan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) secara gratis program yang digagas oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bersama PT Forestcitra Sejahtera atau Mutu Institute.
Langkah ini menjadi angin segar bagi petani-petani kecil yang selama ini menghadapi tantangan dalam hal legalitas, produktivitas, hingga akses pasar. Pelatihan ini dianggap sebagai pintu masuk menuju pengelolaan kebun yang lebih bertanggung jawab dan sekaligus peluang untuk menembus pasar global melalui sertifikasi ISPO. “Pelatihan seperti ini sangat penting untuk memastikan bahwa petani swadaya memiliki pemahaman yang tepat tentang prinsip keberlanjutan dan siap untuk masuk dalam sistem sertifikasi ISPO,” ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Paser, Djoko Bawono, saat dihubungi dari Samarinda, Senin.
Mengasah Kemampuan dalam Enam Hari Intensif
Selama enam hari penuh, para peserta dibimbing untuk memahami berbagai aspek fundamental dalam pengelolaan perkebunan sawit yang berkelanjutan. Materi pelatihan disusun secara menyeluruh, mencakup teori dan praktik langsung di lapangan, sehingga tidak hanya mengisi wawasan, tetapi juga menguatkan keterampilan teknis petani dalam mengelola kebunnya.
Fokus pelatihan mencakup legalitas lahan, upaya konservasi lingkungan, serta penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Tiga hal ini merupakan kriteria utama yang harus dipenuhi dalam proses menuju sertifikasi ISPO.
Program ini sekaligus membuka wawasan baru bagi para petani bahwa ISPO bukan sekadar dokumen administratif, melainkan sebuah standar yang membawa dampak nyata terhadap kualitas produk dan keberlangsungan lingkungan.
ISPO: Bukan Sekadar Sertifikasi, Tapi Jalan Menuju Pasar Lebih Luas
Keberadaan sertifikasi ISPO memang kian menjadi sorotan seiring meningkatnya tuntutan pasar global terhadap produk sawit yang berkelanjutan. Namun, bagi petani skala kecil, ISPO kerap dianggap sebagai standar yang sulit dijangkau, baik karena keterbatasan sumber daya maupun minimnya informasi.
Melalui program pelatihan gratis ini, para petani mulai mendapatkan gambaran utuh bahwa ISPO justru bisa menjadi alat strategis untuk mendongkrak daya saing produk mereka. “Para petani dapat melihat langsung bagaimana standar ISPO diimplementasikan, memecah anggapan bahwa sertifikasi ini sulit dijangkau oleh petani kecil,” kata Direktur Mutu Institute, Wahyu Riyadi.
Ia juga mengapresiasi semangat dan keterlibatan aktif para peserta dalam mengikuti seluruh rangkaian pelatihan. “Kami mendorong peserta agar menyerap setiap materi dengan baik dan membagikan kembali pengetahuan ini di komunitas mereka,” tambahnya.
Kunjungan Lapangan: Bukti Praktik Berkelanjutan Itu Nyata
Salah satu momen paling penting dalam pelatihan ini adalah kunjungan lapangan ke PT Alam Jaya Persada, sebuah perusahaan sawit yang telah mengantongi sertifikasi ISPO. Di lokasi ini, para petani menyaksikan langsung bagaimana prinsip-prinsip keberlanjutan dijalankan dalam operasional sehari-hari.
Mereka melihat bagaimana dokumentasi lahan dilakukan dengan rapi, pengelolaan limbah dipantau secara ketat, serta penerapan keselamatan kerja yang menjadi bagian dari budaya kerja.
Kunjungan tersebut menjadi bukti konkret bahwa standar ISPO bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diterapkan. Bahkan, bagi petani swadaya yang mengelola lahan dalam skala terbatas, pendekatan yang terstruktur dan disiplin bisa menjadi kunci keberhasilan.
Manfaat Jangka Panjang bagi Petani dan Lingkungan
Lebih dari sekadar peningkatan pengetahuan, pelatihan ISPO ini disebut sebagai investasi jangka panjang bagi masa depan para petani sawit di Kabupaten Paser. Dengan memahami standar keberlanjutan, mereka tidak hanya akan mendapatkan nilai tambah dari hasil panen, tetapi juga bisa memperkuat posisi tawar di pasar dalam negeri maupun internasional.
Selain itu, pendekatan yang bertanggung jawab dalam mengelola lahan sawit diyakini mampu mengurangi konflik agraria, meredam kerusakan lingkungan, dan mendukung agenda pembangunan hijau di tingkat lokal. “Pelatihan ini bukan sekadar soal kepatuhan terhadap aturan, tetapi menjadi tonggak penting untuk membangun reputasi sebagai produsen sawit yang bertanggung jawab,” ujar Djoko Bawono.
Langkah ini juga diharapkan bisa mendorong lebih banyak petani swadaya di daerah lain untuk mengikuti jejak yang sama.
Dorongan Berkelanjutan dari Pemerintah dan Mitra Lainnya
Kolaborasi antara BPDPKS dan Mutu Institute menjadi contoh nyata sinergi antara pemerintah dan sektor swasta dalam mendukung transformasi sektor perkebunan sawit rakyat. Dengan memberikan akses pelatihan gratis, inisiatif ini menghapus hambatan finansial yang selama ini menjadi kendala utama dalam proses sertifikasi.
Melalui pendekatan yang lebih inklusif, diharapkan akan lahir lebih banyak kelompok tani yang siap memenuhi standar ISPO dan memperkuat citra sawit Indonesia di mata dunia.
Ke depan, dukungan serupa sangat dibutuhkan untuk memperluas cakupan program ini, mencakup pembinaan lanjutan, pendampingan teknis, hingga akses pembiayaan ramah petani.