JAKARTA - Konsumen bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah wilayah Indonesia perlu kembali mencermati perubahan harga BBM non-subsidi. Sejumlah penyedia layanan SPBU seperti Pertamina, Shell, BP AKR, dan Vivo kompak menyesuaikan tarif, dengan tren utama mengarah pada kenaikan harga.
Kenaikan ini menjadi perhatian publik, mengingat penyesuaian tarif BBM sangat erat kaitannya dengan pengeluaran harian masyarakat, terutama pengguna kendaraan bermotor. Berdasarkan pantauan per 2 Juli 2025, harga baru mulai diberlakukan di seluruh jaringan SPBU yang telah disebutkan.
Penyesuaian Harga BBM Pertamina
PT Pertamina Patra Niaga, selaku badan usaha yang menyalurkan BBM non-subsidi dari Pertamina, telah mengumumkan penyesuaian harga untuk produk Pertamax Series dan Dex Series. Meski sempat mengalami dua kali penurunan dalam dua bulan terakhir, harga BBM kini kembali naik mulai awal Juli.
Penyesuaian ini dilakukan sebagai bentuk pelaksanaan dari Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022, yang merupakan perubahan dari Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020. Regulasi tersebut mengatur formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran jenis bensin dan solar di SPBU.
Dalam pengumuman di laman resminya, Pertamina menyebut bahwa harga BBM non-subsidi yang berlaku mulai 1 Juli 2025, khusus untuk wilayah seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara adalah sebagai berikut:
-Pertamax (RON 92): Rp 12.500/liter (naik dari Rp 12.100)
-Pertamax Green (RON 95): Rp 13.250/liter (naik dari Rp 12.800)
-Pertamax Turbo (RON 98): Rp 13.500/liter (naik dari Rp 13.050)
-Dexlite (CN 51): Rp 13.320/liter (naik dari Rp 12.740)
-Pertamina Dex (CN 53): Rp 13.650/liter (naik dari Rp 13.200)
-Pertamax di Pertashop: Rp 12.400/liter (naik dari Rp 12.000)
Kenaikan Harga BBM Shell
Kenaikan harga tak hanya terjadi di SPBU Pertamina. Per 1 Juli 2025, SPBU Shell juga melakukan penyesuaian harga untuk beberapa produknya. Kenaikan harga BBM Shell berkisar Rp 400 hingga Rp 500 per liter, tergantung jenis BBM.
Mengacu pada laman resmi Shell Indonesia, berikut daftar harga BBM Shell terbaru:
-Shell Super: Rp 12.810/liter (naik dari Rp 12.370)
-Shell V-Power: Rp 13.300/liter (naik dari Rp 12.840)
-Shell V-Power Diesel: (naik, harga sebelumnya belum disebutkan)
-Shell V-Power Nitro+: (naik, harga sebelumnya belum disebutkan)
Peningkatan harga ini menunjukkan adanya tren seragam di antara penyedia BBM non-subsidi untuk menyesuaikan harga jual mereka, yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh dinamika harga minyak mentah dunia maupun kurs rupiah terhadap dolar AS.
Penyesuaian di BP AKR dan Vivo
Selain Pertamina dan Shell, dua pemain lain di sektor distribusi BBM non-subsidi yakni BP AKR dan Vivo, juga menerapkan penyesuaian harga per awal Juli 2025. Sayangnya, dalam laporan kali ini tidak disertakan secara rinci angka perubahan harga dari SPBU BP AKR dan Vivo.
Namun, berdasarkan tren sebelumnya, BP AKR dan Vivo biasanya menyesuaikan harga mengikuti mekanisme pasar serta mempertimbangkan harga referensi yang diatur oleh pemerintah.
Kebijakan Penyesuaian Harga BBM
Sebagaimana telah diatur dalam Kepmen ESDM, penetapan harga BBM non-subsidi dilakukan dengan mempertimbangkan sejumlah faktor, termasuk harga minyak dunia, kurs valuta asing, biaya distribusi dan margin keuntungan badan usaha.
Kebijakan ini memberi ruang bagi badan usaha seperti Pertamina, Shell, BP AKR, dan Vivo untuk menyesuaikan harga jual BBM secara berkala sesuai kondisi pasar. Masyarakat pun diharapkan memahami bahwa harga BBM non-subsidi bersifat fluktuatif dan dapat berubah sewaktu-waktu.
Respons Masyarakat dan Harapan ke Depan
Kenaikan harga BBM tentu berpotensi memicu kekhawatiran masyarakat, khususnya pengguna kendaraan pribadi dan sektor usaha kecil yang sangat tergantung pada efisiensi bahan bakar. Namun, kebijakan penyesuaian ini dinilai perlu untuk menjaga keseimbangan antara keekonomian bisnis penyedia BBM dan daya beli masyarakat.
Diharapkan, transparansi dalam penetapan harga dan ketersediaan informasi melalui kanal resmi masing-masing SPBU dapat membantu konsumen mengambil keputusan yang bijak dalam memilih jenis BBM yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial.
Di sisi lain, pemerintah juga diharapkan terus mendorong upaya diversifikasi energi, termasuk mempercepat penggunaan BBM ramah lingkungan dan mendorong transisi ke kendaraan listrik.
Kenaikan harga BBM non-subsidi menandai dinamika pasar energi yang terus bergerak. Masyarakat sebagai konsumen perlu tetap mencermati perkembangan harga dan mempertimbangkan efisiensi dalam penggunaan energi harian.
Sementara itu, badan usaha penyedia BBM diharapkan tetap konsisten memberikan pelayanan terbaik dan keterbukaan informasi agar keputusan konsumen bisa lebih rasional dan terukur.