Minyak

Minyak Menguat Tipis, Pasar Waspadai Langkah OPEC+

Minyak Menguat Tipis, Pasar Waspadai Langkah OPEC+
Minyak Menguat Tipis, Pasar Waspadai Langkah OPEC+

JAKARTA - Harga minyak global mencatatkan kenaikan tipis menjelang pertemuan penting OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung akhir pekan ini. Meski penguatan tidak signifikan, sinyal permintaan yang solid dari pasar global terutama China mendorong sentimen positif di kalangan pelaku pasar.

Pada perdagangan, harga minyak dunia bergerak naik. Brent Crude tercatat menguat 0,6% dan ditutup di level US$67,11 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) naik 0,5% ke posisi US$65,45 per barel.

Kenaikan tersebut terjadi di tengah kewaspadaan investor menjelang pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) yang akan digelar pada 6 Juli. Fokus utama pasar saat ini adalah bagaimana aliansi produsen itu akan menentukan arah kebijakan produksinya di bulan-bulan mendatang.

Dukungan Sentimen dari China

Sentimen pasar mendapat dorongan dari data positif ekonomi China. Berdasarkan survei sektor swasta, aktivitas manufaktur negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu kembali menunjukkan ekspansi pada bulan sebelumnya. Hal ini menandakan adanya peningkatan permintaan energi dari sektor industri, yang selama ini menjadi indikator penting bagi prospek harga minyak global.

Pemulihan aktivitas manufaktur di China menambah optimisme bahwa konsumsi energi global akan tetap kuat, meskipun sejumlah negara lain masih menghadapi tekanan ekonomi akibat inflasi dan ketegangan geopolitik.

Selain itu, Arab Saudi sebagai eksportir minyak terbesar dunia dilaporkan akan menaikkan harga jual resmi (official selling price/OSP) minyaknya ke level tertinggi dalam empat bulan. Langkah ini mencerminkan keyakinan bahwa permintaan minyak mentah di pasar internasional akan tetap solid, sehingga mendukung pergerakan harga ke arah positif.

Indikasi Permintaan Global Tetap Kuat

Di samping itu, harga minyak jenis ESPO dari Rusia tetap bertahan di level tinggi. Situasi ini dianggap sebagai sinyal bahwa permintaan minyak global tidak hanya terfokus pada satu wilayah saja, namun merata di berbagai kawasan.

Namun, kekhawatiran mulai muncul terkait potensi peningkatan pasokan dari OPEC+. Jika kelompok ini memutuskan untuk kembali menaikkan produksi dalam pertemuan mendatang, maka tekanan terhadap harga minyak bisa kembali terjadi.

"OPEC+ diperkirakan akan menambah produksi pada Agustus sekitar 411.000 barel per hari, mengikuti pola kenaikan yang telah dilakukan pada bulan Mei, Juni, dan Juli," kata Analis Energi dari StoneX, Alex Hodes.

Menurut Hodes, keputusan OPEC+ akan sangat menentukan arah harga dalam beberapa bulan ke depan, terutama karena kelompok ini kini juga harus bersaing dengan produsen shale oil dari Amerika Serikat yang agresif meningkatkan produksi mereka.

Tekanan Internal di Tubuh OPEC+

Selain tantangan eksternal dari AS, OPEC+ kini juga menghadapi tekanan internal dari beberapa anggotanya yang memproduksi melebihi kuota. Salah satunya adalah Kazakhstan yang dilaporkan telah meningkatkan produksi minyaknya hingga mencapai rekor tertinggi pada bulan lalu.

Arab Saudi pun tidak tinggal diam. Negara ini menaikkan ekspor minyak mentahnya pada bulan Juni ke tingkat tercepat dalam satu tahun terakhir. Bahkan, laju ekspor itu disebut-sebut telah melebihi batas produksi yang ditetapkan dalam kesepakatan OPEC+.

"Ekspor ini meningkat lebih cepat dibanding yang disepakati OPEC+, bahkan saat musim panas yang biasanya digunakan untuk konsumsi domestik tinggi," ujar Hodes dalam keterangannya.

Fenomena ini dikhawatirkan dapat memicu ketegangan dalam tubuh OPEC+ dan menyulitkan kelompok tersebut untuk mempertahankan komitmen kolektifnya dalam menstabilkan pasar minyak global.

Ketidakpastian dari Arah Kebijakan AS

Tak hanya faktor pasokan dan permintaan yang menjadi sorotan. Para investor juga mengawasi dinamika geopolitik dan arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat. Terutama, menjelang batas waktu pengenaan tarif oleh Presiden AS Donald Trump pada 9 Juli mendatang.

Trump secara terbuka menyatakan tidak akan memperpanjang tenggat waktu tersebut, yang semakin menambah ketidakpastian di pasar global. Pernyataan ini menciptakan kekhawatiran bahwa ketegangan dagang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dunia dan menekan permintaan energi secara keseluruhan.

Di sisi lain, Trump mengindikasikan bahwa kesepakatan dagang dengan India mungkin dapat tercapai dalam waktu dekat. Namun, ia juga menyampaikan keraguannya terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan serupa dengan Jepang.

Menanti Keputusan OPEC+

Dengan semua faktor tersebut baik dari sisi permintaan, pasokan, maupun ketidakpastian kebijakan global pasar kini menunggu dengan cermat keputusan OPEC+ pada 6 Juli mendatang. Keputusan ini dinilai sangat krusial dalam menentukan arah harga minyak pada paruh kedua tahun ini.

Jika OPEC+ memutuskan untuk kembali menambah produksi secara signifikan, pasar kemungkinan akan melihat tekanan lanjutan terhadap harga. Namun, jika keputusan kelompok ini lebih hati-hati dan mempertimbangkan kondisi permintaan global yang masih fluktuatif, maka harga minyak bisa tetap bertahan pada level saat ini atau bahkan menguat lebih lanjut.

Kondisi pasar yang kompleks dan penuh pertimbangan ini menunjukkan bahwa harga minyak saat ini sangat sensitif terhadap kebijakan produsen utama dan perkembangan ekonomi global. Oleh karena itu, para pelaku pasar diharapkan tetap waspada dan fleksibel dalam menghadapi pergerakan harga yang dinamis dalam beberapa pekan ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index