JAKARTA — Untuk merespons krisis pasokan akibat gangguan transformator, PT PLN (Persero) mengambil langkah tegas dengan mulai menerapkan pembatasan pemakaian listrik di perumahan mewah. Kebijakan ini akan diberlakukan dalam waktu dekat dengan memasang perangkat pembatas daya otomatis.
General Manager PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, Purnomo Willy, menyampaikan bahwa langkah ini menyasar rumah-rumah dengan kapasitas daya tinggi, terutama yang berada di kawasan elit ibu kota seperti Pondok Indah dan Menteng. Setidaknya terdapat 200 rumah yang akan dipasangi alat pengendali beban listrik (load controller) untuk membatasi konsumsi daya secara otomatis.
“Perumahan yang dayanya di atas 30 kilovolt ampere akan dibatasi penggunaannya,” kata Purnomo saat meninjau langsung Gardu Induk Cawang, Jakarta Timur, hari ini.
Kawasan Elite Jadi Target Awal
Menurut Purnomo, alat pengatur konsumsi listrik ini dipasang sebagai upaya penghematan dan stabilisasi jaringan. Jika pemakaian listrik melebihi batas yang ditentukan, alat tersebut akan secara otomatis memutus arus listrik ke rumah yang bersangkutan. Teknologi serupa sudah lebih dulu diterapkan di sektor industri.
“Rumah-rumah itu akan dipasangi alat load controller dari PLN sehingga jika melewati batas yang diberikan, listrik akan otomatis padam,” jelas Purnomo.
Penerapan load controller ini merupakan salah satu cara PLN mengoptimalkan sistem distribusi listrik, terutama di tengah situasi darurat pasokan saat ini. Sayangnya, batas konsumsi yang akan diberlakukan masih dalam tahap kajian.
PLN memperkirakan, jika pembatasan diberlakukan secara efektif, potensi penghematan daya bisa mencapai 22 hingga 23 megawatt. Angka tersebut cukup signifikan untuk mendukung stabilitas kelistrikan, terutama pada jam-jam beban puncak.
Biaya Ditanggung Penuh oleh PLN
Purnomo menegaskan bahwa seluruh biaya pembelian dan pemasangan alat ini tidak akan dibebankan kepada masyarakat, melainkan sepenuhnya ditanggung oleh PLN. Adapun alat pengendali beban tersebut merupakan produk buatan Korea Selatan, dan PLN akan segera mengimpor dan mendistribusikannya ke rumah-rumah terpilih.
“Pembelian alat itu menelan biaya tak lebih dari Rp 1 miliar. Semua biayanya ditanggung PLN,” tegasnya.
Pada tahap awal, PLN sempat berencana melakukan pemasangan alat tersebut dalam kurun waktu tiga minggu. Namun, target waktu itu kemudian dipersingkat menjadi hanya sepuluh hari, setelah mendapat arahan langsung dari pemerintah.
Permintaan Percepatan dari Menteri BUMN
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Mustafa Abubakar, yang turut melakukan inspeksi di Gardu Induk Cawang, meminta agar proses pemasangan alat pembatas daya ini dipercepat. Awalnya, Mustafa mendorong agar pemasangan bisa diselesaikan dalam waktu satu pekan saja.
Setelah melalui pembicaraan dan evaluasi teknis, akhirnya disepakati bahwa pemasangan dapat dilakukan dalam jangka waktu sepuluh hari sejak pengumuman ini disampaikan.
“Mustafa juga meminta data perumahan yang akan dipasangi alat sudah diterima sore ini,” kata Purnomo.
Instruksi tersebut segera ditindaklanjuti PLN. Purnomo memastikan bahwa tim teknis PLN akan bekerja secara intensif agar seluruh target bisa tercapai sesuai dengan tenggat waktu baru.
Strategi Darurat di Tengah Krisis Listrik
Langkah pembatasan ini merupakan bagian dari strategi darurat PLN dalam menghadapi kondisi kelistrikan yang terganggu akibat kerusakan peralatan utama. Salah satu pemicunya adalah gangguan pada transformator atau trafo, yang berdampak pada pasokan listrik di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Sebagai perusahaan penyedia energi, PLN dituntut bertindak cepat untuk memastikan pasokan listrik tetap stabil, terutama di wilayah padat dan strategis. Sektor perumahan mewah menjadi sasaran pertama karena dianggap memiliki kapasitas daya tinggi dan konsumsi energi yang bisa ditekan tanpa mengganggu kebutuhan dasar.
Reaksi dan Tindak Lanjut
Meski kebijakan ini masih dalam tahap awal, tidak tertutup kemungkinan akan muncul tanggapan dari masyarakat, khususnya dari penghuni perumahan elite yang terdampak. Namun hingga kini, belum ada laporan penolakan atau keberatan atas rencana ini.
Di sisi lain, kebijakan ini juga menjadi sinyal bagi sektor lain untuk lebih bijak dalam mengelola konsumsi listrik. Penerapan teknologi seperti load controller bisa menjadi solusi jangka panjang untuk penghematan energi dan pengendalian beban secara otomatis.
Dalam waktu dekat, PLN juga berencana mengevaluasi efektivitas pemasangan alat ini. Jika hasilnya positif, bukan tidak mungkin penerapan teknologi serupa akan diperluas ke wilayah atau segmen pelanggan lainnya.
Komitmen PLN Mengutamakan Kepentingan Umum
Sebagai BUMN strategis, PLN terus berupaya menjaga kelancaran distribusi listrik nasional, meski dihadapkan pada berbagai tantangan teknis maupun operasional. Melalui program pembatasan konsumsi ini, PLN berharap dapat menciptakan sistem yang lebih seimbang antara permintaan dan ketersediaan daya.
“Langkah ini diambil semata-mata untuk menjaga kestabilan pasokan listrik nasional, terutama di tengah situasi yang tidak normal seperti sekarang,” ungkap Purnomo.
Dengan penanganan cepat dan dukungan dari Kementerian BUMN, PLN optimistis bahwa krisis pasokan ini bisa segera diatasi. Ke depan, perusahaan juga akan terus berinovasi untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem kelistrikan di seluruh Indonesia.