Perumahan

Perumahan Kebanjiran Aktivitas Warga Terhenti

Perumahan Kebanjiran Aktivitas Warga Terhenti
Perumahan Kebanjiran Aktivitas Warga Terhenti

JAKARTA - Banjir kembali menjadi mimpi buruk bagi warga di Perumahan Dosen IKIP, Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi. Kali ini, air setinggi lebih dari setengah meter membenamkan jalan utama perumahan dan membuat warga terkurung di dalam rumah. Sejak limpasan air dari Kali Cakung menggenangi kawasan tersebut, memaksa warga bertahan dan menunggu bantuan.

Pagi, genangan belum surut sepenuhnya. Pantauan di lokasi sekitar pukul 10.00 WIB memperlihatkan bahwa air masih menggenangi jalanan perumahan dengan ketinggian mencapai 65 sentimeter. Kondisi itu membuat aktivitas warga terganggu, kendaraan tak bisa melintas, bahkan akses keluar masuk perumahan menjadi terhambat total.

Untuk mengatasi genangan air, dua unit mesin pompa dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi dikerahkan ke lokasi. Mesin-mesin tersebut terus bekerja menyedot air yang tergenang di area permukiman, meski belum mampu mengeringkan seluruh wilayah secara cepat.

Salah satu warga setempat, Ilham Saputra (38), mengungkapkan keresahannya. Ia menilai banjir yang kerap terjadi ini telah sangat mengganggu kehidupan warga. Ketika ditemui di lokasi, Ilham mengaku tidak bisa melakukan aktivitas apa pun sejak air mulai merendam lingkungan tempat tinggalnya. “Sangat terganggu aktivitas banjir seperti ini, karena mau ke mana-mana pun tidak bisa,” ujar Ilham, Senin.

Ia menambahkan, banjir pada Minggu malam sempat lebih parah. Air mencapai ketinggian sekitar 1,5 meter dan merendam hampir seluruh rumah. Kendati pada hari Senin air mulai surut, kekhawatiran masih membayangi warga karena tidak ada jaminan banjir tidak akan terulang dalam waktu dekat.

“Ini bisa dibilang langganan banjir juga ya, jadi kami meminta untuk Pemerintah Kota Bekasi mengatasi banjir yang serius, bukan hanya menyediakan pompa,” tambahnya.

Warga di sekitar pun sudah mulai jenuh dengan pola penanganan banjir yang dinilai tidak tuntas. Penempatan mesin pompa dinilai hanya sebagai solusi sementara yang tidak menyentuh akar permasalahan. Dalam beberapa tahun terakhir, kawasan ini memang dilaporkan kerap terdampak banjir, terutama ketika curah hujan tinggi dan Kali Cakung meluap.

Perumahan Dosen IKIP bukan satu-satunya kawasan permukiman di wilayah Jabodetabek yang terdampak banjir. Beberapa wilayah lain di Bekasi, Bogor, dan Depok juga mengalami hal serupa, termasuk Perumahan Lembah Nirmala 1 di Depok yang sempat terendam akibat tanggul jebol.

Kondisi semacam ini menunjukkan bahwa penanganan banjir di kawasan permukiman padat perlu menjadi perhatian serius, bukan hanya pada saat air meluap, tetapi juga dalam jangka panjang melalui perbaikan infrastruktur dan tata kelola lingkungan.

Warga berharap adanya upaya yang lebih menyeluruh, seperti perbaikan saluran air, pengerukan sungai, serta pembangunan sistem drainase yang memadai. Tanpa langkah preventif dan sistematis, wilayah langganan banjir seperti Perumahan Dosen IKIP akan terus menjadi korban saat musim hujan tiba.

Beberapa warga bahkan mengaku sudah berkali-kali harus mengungsi atau mengevakuasi barang-barang berharga ketika banjir terjadi. Meskipun mereka mencoba beradaptasi, kenyataan bahwa banjir menjadi bagian dari hidup sehari-hari tetap menyisakan kekhawatiran besar, apalagi jika genangan air semakin tinggi dan berbahaya.

Di sisi lain, BPBD Kota Bekasi juga terus memantau situasi dan telah berupaya menurunkan personel serta peralatan sejak Minggu sore. Namun, keterbatasan daya pompa dan luasnya wilayah terdampak membuat proses penyedotan air memerlukan waktu lebih lama.

Selain itu, dari laporan warga, banjir tak hanya berasal dari luapan sungai, tetapi juga karena buruknya saluran pembuangan air di dalam perumahan itu sendiri. Banyak drainase yang tersumbat atau terlalu sempit untuk menampung debit air hujan yang besar.

Permasalahan ini seakan menjadi siklus tahunan yang belum terselesaikan. Setiap kali terjadi banjir, warga hanya bisa berharap air cepat surut, sementara pemerintah datang dengan solusi sementara seperti pemasangan pompa.

Kondisi ini menambah daftar panjang kawasan permukiman di Bekasi yang belum mendapatkan sistem penanganan banjir yang permanen. Warga pun kerap mempertanyakan komitmen pemerintah daerah dalam menyelesaikan persoalan ini secara menyeluruh, terutama pada perumahan yang dihuni oleh banyak keluarga dan anak-anak.

Banjir juga berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti pendidikan anak-anak yang terganggu karena sulit berangkat ke sekolah, aktivitas kerja orang tua yang terhambat, hingga potensi kerugian ekonomi karena peralatan rumah tangga rusak akibat terendam air.

Seiring makin tingginya risiko cuaca ekstrem dan intensitas hujan di wilayah Jabodetabek, warga mendesak agar Pemerintah Kota Bekasi tidak lagi bersikap reaktif. Dibutuhkan perencanaan jangka panjang dan kolaborasi lintas sektor agar masalah banjir tidak terus-menerus membelenggu kehidupan warga di perumahan seperti IKIP Jatikramat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index