Minyak

Minyak Tertekan Tarif dan Suplai

Minyak Tertekan Tarif dan Suplai
Minyak Tertekan Tarif dan Suplai

JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami pelemahan pada perdagangan sesi Asia hari Selasa, di tengah tekanan dari meningkatnya pasokan dan kekhawatiran atas kebijakan tarif Amerika Serikat. Pelemahan ini memicu kehati-hatian investor meskipun harga sempat menyentuh level tertinggi dalam dua pekan terakhir.

Penurunan ini terjadi seiring langkah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengungkap isi surat kepada dua mitra dagang utama AS Jepang dan Korea Selatan yang berisi ancaman penerapan tarif sebesar 25 persen terhadap barang-barang impor dari kedua negara. Surat tersebut merupakan bagian pertama dari serangkaian pesan kebijakan dagang yang dikabarkan akan diumumkan secara bertahap.

Kendati demikian, Presiden Trump tetap membuka ruang untuk negosiasi lanjutan dan menyampaikan bahwa penerapan bea tambahan ditunda hingga setidaknya 1 Agustus. Ketidakpastian ini menyebabkan para pelaku pasar energi cenderung mengambil langkah hati-hati dalam merespons dinamika global.

Di sisi lain, pasar minyak global juga dibebani oleh keputusan organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya (OPEC+) yang memutuskan untuk menaikkan produksi. OPEC+ menyepakati peningkatan produksi sebesar 548.000 barel per hari mulai Agustus mendatang. Jumlah ini mencerminkan kenaikan untuk bulan keempat berturut-turut, sekaligus melampaui ekspektasi pasar.

Dengan keputusan tersebut, OPEC+ hampir sepenuhnya mengembalikan sekitar 80 persen dari total pemangkasan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari yang sebelumnya dilakukan secara sukarela oleh delapan negara anggota. Pemulihan pasokan ini menambah beban bagi harga minyak, yang sebelumnya sempat mendapatkan dukungan dari ketatnya pasokan global.

Namun, tekanan terhadap harga tidak sepenuhnya tanpa penahan. Ketegangan geopolitik kembali meningkat setelah pemberontak Houthi di Yaman melancarkan serangan kedua terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Insiden ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait potensi gangguan terhadap jalur pelayaran utama, yang selama ini menjadi titik penting dalam distribusi energi global.

Meski demikian, dampak dari risiko geopolitik tersebut belum mampu mengimbangi tekanan dari sisi fundamental. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli terkoreksi sebesar 0,54 persen ke posisi $67,59 per barel. Sementara itu, minyak mentah Brent sebagai acuan global juga terkoreksi 0,38 persen ke level $69,27 per barel.

Secara teknikal, harga WTI diperkirakan akan bergerak dalam kisaran support antara $64,80 hingga $60,10. Sementara itu, level resistennya berada di kisaran $69,10 hingga $82,30. Pergerakan harga ke depan sangat bergantung pada respons pasar terhadap isu tarif AS dan realisasi peningkatan pasokan dari OPEC+.

Situasi ini memperlihatkan betapa rapuhnya keseimbangan harga minyak di tengah berbagai tekanan dari sisi suplai maupun kebijakan dagang global. Ketidakpastian yang timbul dari rencana tarif baru AS menjadi pemicu utama kekhawatiran para investor. Dalam jangka pendek, sentimen pasar kemungkinan akan tetap bergejolak, seiring pelaku pasar menunggu kepastian dari negosiasi dagang maupun keputusan lanjutan dari OPEC+.

Selain itu, dinamika di kawasan Timur Tengah, khususnya di Laut Merah, dapat menjadi faktor pemicu volatilitas baru apabila ketegangan terus meningkat. Serangan terhadap kapal-kapal di jalur pelayaran strategis tersebut menandakan bahwa risiko geopolitik belum sepenuhnya mereda, dan dapat sewaktu-waktu memicu lonjakan harga jika ketegangan berkembang menjadi konflik yang lebih luas.

Bagi pelaku pasar komoditas, terutama trader minyak, situasi ini menuntut strategi yang lebih berhati-hati. Kombinasi antara faktor geopolitik dan kebijakan dagang membuat arah pasar sulit diprediksi dalam jangka pendek. Oleh karena itu, pelaku pasar diimbau untuk memperhatikan data dan pernyataan resmi berikutnya dari otoritas terkait sebelum mengambil keputusan investasi yang besar.

Lebih lanjut, langkah OPEC+ dalam menambah pasokan kemungkinan akan terus diawasi, terutama apakah langkah itu akan dibarengi dengan permintaan global yang mampu menyerap tambahan produksi tersebut. Jika permintaan tidak tumbuh sesuai harapan, maka tekanan terhadap harga minyak bisa berlanjut, terutama menjelang musim panas ketika biasanya terjadi peningkatan konsumsi energi.

Secara umum, dinamika harga minyak global pada perdagangan awal pekan ini mencerminkan kekhawatiran yang mendalam terhadap keseimbangan pasokan dan permintaan. Dengan tekanan dari kebijakan luar negeri AS dan strategi produksi OPEC+, pasar akan tetap sensitif terhadap berita-berita besar dalam waktu dekat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index