Bank

Bank Sampah Ubah Plastik Jadi Kerajinan Bernilai

Bank Sampah Ubah Plastik Jadi Kerajinan Bernilai
Bank Sampah Ubah Plastik Jadi Kerajinan Bernilai

JAKARTA - Di Kelurahan Giwangan, Kota Yogyakarta, sebuah gerakan kreatif berhasil mengubah persepsi tentang sampah plastik. Jogja Life Cycle, bekerja sama dengan sejumlah Bank Sampah di wilayah tersebut, mengembangkan inovasi yang menyulap botol plastik bekas dan kemasan menjadi berbagai produk kerajinan bernilai jual tinggi.

Dimulai sejak pendiri Jogja Life Cycle Ilham Zulfa Pradipta memulai riset dan uji coba untuk meneliti metode daur ulang plastik yang efektif. Setelah satu tahun, mereka mulai memproduksi secara resmi beragam produk dari hasil daur ulang plastik, seperti papan pelapis, medali, plakat penghargaan, gelang, tasbih, hingga kursi unik yang semuanya mengusung nilai ekonomi positif.

Sumber bahan baku utama program ini berasal dari 13 Bank Sampah yang tersebar di Kelurahan Giwangan. Namun, kebutuhan produksi harian yang mencapai 35–50 kilogram plastik jauh melebihi pasokan lokal yang hanya sekitar 65 kilogram per bulan. Oleh karena itu, tambahan bahan baku juga didatangkan dari luar kota untuk memastikan kelangsungan proses produksi.

Jogja Life Cycle fokus menggunakan jenis plastik HDPE dan LDPE yang biasa ditemukan pada tutup botol galon, botol minuman, botol oli, dan kemasan produk kosmetik. Saat ini juga tengah dilakukan pengembangan untuk memanfaatkan plastik PP (kode nomor 5), yaitu plastik jenis gelas sekali pakai, sebagai bahan dasar pembuatan produk baru.

Upaya ini pun memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat. Jogja Life Cycle berusaha memberdayakan warga dengan melibatkan mereka dalam pencacahan botol plastik agar keterlibatan masyarakat semakin besar dan manfaat ekonomi dapat langsung dirasakan oleh warga sekitar.

Produk yang dihasilkan digemari di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta hingga Jabodetabek. Permintaan terus meningkat, dengan pesanan besar seperti ratusan tatakan gelas (coaster), medali, dan plakat penghargaan dari Jakarta. Harga pasar produk tersebut sangat bersaing, misalnya coaster dilego dengan harga Rp25.000, gelang Rp30.000, tasbih Rp35.000, kursi Rp250.000, dan papan plastik ukuran 1 meter x 40 cm seharga Rp250.000. Nilai produk ini memang tinggi karena proses produksinya dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, sangat mengapresiasi inovasi ini. Menurutnya, program ini mencerminkan upaya efektif Pemkot dalam mengatasi permasalahan sampah dengan cara produktif dan berkelanjutan. Ia mengajak semua pihak mendukung kreativitas serupa agar bahan baku dapat lebih murah dan pasokan lebih stabil, sekaligus memperluas jaringan pemasaran produk daur ulang agar hasilnya makin optimal.

Lebih jauh, Pemkot Jogja tengah mengintensifkan program pemilahan sampah di tingkat rumah tangga dan komunitas untuk memastikan suplai bahan baku anorganik bernilai ekonomi semakin terjamin. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan pendapatan pelaku daur ulang, tetapi juga merupakan solusi nyata mengurangi volume sampah plastik yang mengganggu lingkungan.

Sebagai tambahan, Pemkot membuka peluang menggunakan produk hasil daur ulang plastik, seperti papan plastik buatan Jogja Life Cycle, sebagai material dalam program-program pembangunan, misalnya bedah rumah yang rutin dilakukan. Dengan begitu, nilai produk akan lebih terasa dan juga dapat mengangkat kesejahteraan para pengrajin serta penggerak Bank Sampah.

Pendekatan inovatif ini menjadi contoh konkret bagaimana pengelolaan sampah dapat memberikan manfaat ekonomi sekaligus solusi lingkungan. Komitmen dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha, menunjukkan langkah positif menuju pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan ramah lingkungan.

Gerakan seperti Jogja Life Cycle dan Bank Sampah Giwangan membuktikan bahwa dari hal yang dianggap limbah sekalipun bisa diciptakan nilai tambah yang signifikan. Sampah plastik tidak lagi terlihat sebagai masalah, melainkan peluang ekonomi dan kreatif yang membuka mata banyak pihak tentang pentingnya inovasi dalam pengelolaan sumber daya lokal demi masa depan yang lebih baik.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index