JAKARTA - Transformasi energi di Bali tidak hanya sekadar rencana, tetapi telah menjadi gerakan kolektif yang membawa optimisme baru bagi seluruh masyarakat. Mengacu pada filosofi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, semangat menjaga keseimbangan alam kini diwujudkan dalam aksi nyata menghadirkan energi bersih dan upaya penurunan emisi secara signifikan. Bersama Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Koalisi Bali Emisi Nol Bersih, Pemerintah Provinsi Bali mendeklarasikan visi ambisius: Bali menuju net-zero emission pada 2045, berlandaskan kolaborasi lintas sektor yang solid.
Peta Jalan Menuju 100% Energi Terbarukan
Sebagai wujud konsistensi menuju Bali NZE 2045, telah diresmikan Peta Jalan Nusa Penida 100% Energi Terbarukan 2030 dan transformasi sistem kelistrikan Bali. Inisiatif strategis ini menjadi panduan utama bagi pembangunan berbasis energi terbarukan di Bali. Analisis IESR menegaskan peluang besar Bali, di mana seluruh kebutuhan listrik pada 2045 dan seterusnya sepenuhnya bisa dipenuhi dari energi terbarukan.
Pada peluncuran peta jalan kelistrikan ini, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral Bali, Ida Bagus Setiawan, memaparkan kondisi kelistrikan saat ini. Tercatat Bali memiliki pembangkit sekitar 1.500 MW dengan daya terpasang sekitar 1.400 MW. Dengan pertumbuhan ekonomi dan pariwisata yang pesat, beban puncak harian bisa mencapai 1.200 MW.
Tantangan dan Strategi Ketahanan Energi
Pertumbuhan kebutuhan listrik Bali yang tinggi, yakni rata-rata 7-8% per tahun, menjadi tantangan tersendiri. Cadangan listrik di bawah 30% membuat risiko ketidakstabilan pasokan meningkat, terutama jika ada perbaikan pembangkit atau kendala teknis. Oleh karena itu, kemandirian energi menjadi kunci utama dalam menjaga kelangsungan sektor strategis seperti pariwisata dan ekonomi kreatif.
"Peta Jalan Ketenagalistrikan Bali NZE 2045 memegang peran penting sebagai langkah strategis untuk transisi energi yang terukur dan terarah," tegas Ida Bagus Setiawan.
Membangun Bali Sebagai Contoh Nasional
CEO IESR, Fabby Tumiwa menyoroti peluang emas Bali sebagai provinsi pertama di Indonesia yang 100% disuplai oleh energi terbarukan, lebih cepat 15 tahun dari target nasional. Dengan komitmen kuat dan arah kebijakan yang konsisten, perubahan besar diyakini dapat diraih bahkan dalam lima tahun mendatang.
Fabby menambahkan, "Sistem ketenagalistrikan andal dan rendah karbon memberi nilai tambah bagi Bali. Selain sebagai destinasi pariwisata unggulan, transisi energi di Bali akan menjadi inspirasi bagi banyak pulau di Indonesia. Konsep “Bali Mandiri Energi” melalui pengembangan PLTS atap harus terus didukung."
Tidak hanya bagi masyarakat Bali, pencapaian ini diharapkan dapat menginspirasi seluruh Indonesia. Sinergi antara pemerintah daerah, PLN, pusat, serta lembaga terkait lainnya dianggap krusial agar kebijakan, insentif, dan pendanaan energi terbarukan berjalan efektif.
Potensi Energi yang Melimpah
Kajian IESR menampilkan fakta, saat ini sebagian besar listrik Bali masih ditopang energi fosil, terutama gas dan batu bara, dengan kontribusi sekitar 76%. Namun, Bali memiliki potensi energi terbarukan sebesar 22,04 GW, terdiri dari energi surya (21 GW), angin (515 MW), dan panas bumi (127 MW). Dengan pemanfaatan optimal, seluruh kebutuhan listrik Bali ke depan bisa dipenuhi secara bersih. Proyeksi kebutuhan listrik hingga 2045 mencapai 44,71 TWh, seluruhnya dapat berasal dari energi terbarukan.
Empat Fase Transformasi Energi Bali
Analis Ketenagalistrikan IESR, Alvin Putra Sisdwinugraha, menggambarkan transformasi menuju 100% energi terbarukan ini melalui empat tahapan:
-2025 hingga 2029: Penambahan 1,5 GW energi terbarukan (surya, biomassa, minihidro, sampah, angin), potensi penurunan emisi hingga 2,8 juta ton setara karbon dioksida. Total investasi diperlukan USD 5,8 miliar.
-2030 hingga 2034: Penambahan 1,4 GW energi terbarukan dan penyimpanan energi 400 MWh, investasi sekitar USD 1,7 miliar.
-2035 hingga 2039: Penambahan kapasitas 1,24 GW, investasi USD 1,76–4,76 miliar dengan penurunan emisi sampai 9 juta ton CO₂.
-2040 hingga 2045: Penambahan hingga 17 GW energi terbarukan dan 54 GWh penyimpanan energi, dengan estimasi investasi mencapai USD 35 miliar.
Lima Langkah Kunci Menuju Bali Bersih dan Mandiri Energi
Untuk memastikan kesuksesan semua tahapan tersebut, IESR menawarkan lima strategi utama:
-Formalisasi peta jalan melalui kebijakan daerah serta dokumen perencanaan wilayah dan energi.
-Optimalisasi pengadaan energi terbarukan dan pembangunan PLTS atap secara masif.
-Peningkatan kapasitas sumber daya lokal lewat pelatihan dan riset di bidang energi terbarukan.
-Konsolidasi kerangka regulasi dan penyiapan aturan turunan guna mendukung teknologi baru.
-Penguatan partisipasi masyarakat, khususnya di tingkat desa, lewat inisiatif energi terbarukan berbasis komunitas.
Bali Menuju Pulau Berdaya Saing Global
Langkah Bali membangun sistem energi berkelanjutan telah membuka peluang ekonomi hijau dan ketahanan lingkungan yang menjadi fondasi utama masa depan. Kemandirian energi didorong sebagai strategi mewujudkan swasembada dan keberlanjutan, sejalan dengan identitas dan kearifan lokal Bali. Dengan komitmen dan kerja bersama dari seluruh lapisan, Bali yakin dapat menjadi provinsi percontohan dalam transformasi energi terbarukan serta memperkuat posisinya sebagai destinasi wisata dan pulau berdaya saing global.
Semangat energi bersih kini semakin terang di Pulau Dewata, membangun masa depan yang lebih hijau, mandiri, dan harmonis.