Minyak

Minyak Naik karena Permintaan Stabil dan Pasokan Ketat

Minyak Naik karena Permintaan Stabil dan Pasokan Ketat
Minyak Naik karena Permintaan Stabil dan Pasokan Ketat

JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami kenaikan signifikan sebesar lebih dari satu dolar AS, mencerminkan kondisi pasar yang terus mencermati dinamika pasokan dan permintaan energi global. Momentum penguatan ini turut mencerminkan optimisme investor terhadap stabilitas fundamental pasar minyak, meski di tengah situasi geopolitik yang dinamis di Timur Tengah.

Kenaikan harga tersebut terlihat dari penguatan harga minyak mentah Brent yang ditutup pada level US$69,52 per barel. Angka ini menunjukkan lonjakan sebesar US$1,00 atau 1,46% dibandingkan hari sebelumnya. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami peningkatan sebesar US$1,16 atau 1,75%, dan ditutup pada US$67,54 per barel.

Menurut Andrew Lipow, Presiden dari Lipow Oil Associates, pasar merespons cepat terhadap beberapa dinamika yang terjadi baru-baru ini. Ia menyebut bahwa sebagian dari kenaikan harga disebabkan oleh situasi yang berkembang di Irak, khususnya di wilayah Kurdistan yang mengalami gangguan terhadap produksi minyaknya.

“Sebagian kenaikan harga merupakan respons pasar terhadap serangan drone di Irak,” kata Lipow. Ia menambahkan bahwa insiden tersebut menunjukkan betapa rentannya pasokan energi terhadap gangguan, meski dengan teknologi serangan yang sederhana. Namun demikian, Lipow menegaskan pentingnya diversifikasi dan ketahanan sistem pasokan dalam menghadapi tantangan semacam ini.

Berdasarkan laporan pejabat energi setempat, terjadi penurunan produksi sebesar 140.000 hingga 150.000 barel per hari (bph) di wilayah otonom Kurdistan. Jumlah tersebut mencakup lebih dari separuh dari total produksi normal di wilayah itu yang biasanya mencapai sekitar 280.000 bph.

Walau belum ada pihak yang secara resmi mengklaim bertanggung jawab, situasi ini tidak serta-merta memengaruhi pasokan global secara jangka panjang. Ketahanan dan fleksibilitas rantai pasok energi masih diyakini mampu menjaga keseimbangan pasar, terutama dengan adanya cadangan strategis dan potensi peningkatan produksi dari negara produsen lainnya.

Selain faktor geopolitik, penguatan harga minyak juga turut dipengaruhi oleh data persediaan minyak mentah Amerika Serikat yang menunjukkan penurunan signifikan. Berdasarkan data resmi pemerintah AS, persediaan minyak mentah turun sebesar 3,9 juta barel pada pekan lalu. Jumlah ini jauh melebihi ekspektasi analis yang sebelumnya memprediksi penurunan hanya sebesar 552.000 barel.

Kondisi tersebut memberikan sinyal bahwa permintaan minyak mentah tetap kuat di tengah pertumbuhan ekonomi global yang berangsur stabil. Bahkan, Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa peningkatan produksi belum menciptakan kelebihan pasokan yang berlebihan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi global masih berada di tingkat yang tinggi.

“Pasar masih menanti sinyal lanjutan apakah pasokan akan semakin ketat atau permintaan akan meningkat,” ujar Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group. Menurutnya, kombinasi dari ketatnya pasokan dan prospek peningkatan konsumsi dapat menciptakan stabilitas harga dalam jangka pendek hingga menengah.

Di sisi lain, kebijakan perdagangan dari Amerika Serikat juga turut menjadi perhatian pasar. Presiden AS Donald Trump telah menyatakan rencana pengenaan tarif terhadap beberapa negara, serta membuka kemungkinan kesepakatan dagang dengan China dan Uni Eropa. Meski belum memberikan dampak langsung terhadap harga, perkembangan ini tetap diawasi karena berpotensi menggeser pola perdagangan energi, khususnya minyak mentah.

Ashley Kelty, analis dari Panmure Liberum, mengemukakan bahwa kondisi harga minyak dalam jangka pendek masih akan dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi global. “Harga minyak dalam jangka pendek diperkirakan tetap volatil karena ketidakpastian mengenai skala akhir dari tarif AS dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global,” jelas Kelty.

Di kawasan Teluk Meksiko, aktivitas cuaca juga menjadi sorotan pelaku pasar. Meski terdapat potensi gangguan tropis di wilayah utara teluk tersebut, Pusat Badai Nasional AS memprediksi bahwa sistem cuaca tersebut tidak akan berkembang menjadi badai tropis. Hujan diperkirakan akan turun di wilayah Louisiana, namun tidak mengancam langsung infrastruktur produksi energi di wilayah tersebut.

Kondisi ini menciptakan suasana yang lebih tenang di pasar minyak, mengingat Teluk Meksiko merupakan salah satu kawasan penting dalam industri energi AS. Ketidakberlanjutan ancaman badai menjadikan kekhawatiran jangka pendek terhadap pasokan menjadi lebih terbatas.

Secara keseluruhan, harga minyak dunia saat ini menunjukkan respons yang rasional terhadap berbagai faktor yang memengaruhi suplai dan permintaan. Kenaikan harga yang tercatat bukan semata-mata karena ketegangan geopolitik, melainkan juga karena adanya indikasi bahwa pasar tetap seimbang dan permintaan energi global terus terjaga.

Dengan demikian, dinamika yang terjadi bukan hanya menjadi tantangan, namun juga mencerminkan ketahanan sistem energi global yang mampu beradaptasi terhadap berbagai situasi. Peluang penguatan harga pun tetap terbuka, selama permintaan global terus menunjukkan tren positif dan pasokan tetap dikelola secara bijaksana.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index