Pasar Modal

Pasar Modal Makin Dekat dengan Anak Muda

Pasar Modal Makin Dekat dengan Anak Muda
Pasar Modal Makin Dekat dengan Anak Muda

JAKARTA - Transformasi gaya hidup generasi muda di era digital membawa perubahan besar dalam cara mereka memandang keuangan. Jika dulu uang jajan identik dengan belanja atau hiburan, kini mulai bergeser ke arah yang lebih produktif: investasi di pasar modal.

Fenomena ini tidak terjadi begitu saja. Kemajuan teknologi dan digitalisasi di sektor keuangan memainkan peran penting dalam membuka akses yang lebih luas dan inklusif ke pasar modal. Tidak lagi menjadi ranah eksklusif bagi kalangan tertentu, kini pasar modal justru menjadi bagian dari gaya hidup generasi muda milenial dan Gen Z.

Menurut Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumatera Utara, Muhammad Pintor Nasution, perkembangan teknologi telah mengubah wajah industri investasi secara menyeluruh. Proses yang sebelumnya dianggap rumit dan berbelit-belit kini dapat dilakukan hanya dalam hitungan menit melalui aplikasi digital.

“Kini proses pembukaan rekening efek sangat mudah dan praktis melalui aplikasi digital,” ujarnya.

Pasar modal, lanjut Pintor, merupakan wadah pertemuan antara investor yang memiliki dana dan perusahaan atau emiten yang membutuhkan modal. Di sinilah masyarakat bisa mengambil peran sebagai pemilik saham maupun pemegang obligasi. Peran aktif ini sekaligus memungkinkan mereka ikut berkontribusi terhadap pertumbuhan dunia usaha dan perekonomian nasional.

“Dulu, pasar modal mungkin identik dengan istilah keuangan yang rumit dan angka-angka di layar. Sekarang, semua orang bisa belajar dan ikut berpartisipasi, mulai dari mahasiswa, karyawan, bahkan pelaku usaha kecil,” tambahnya.

Tren ini juga tak lepas dari peran edukasi yang gencar dilakukan berbagai pihak. BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara konsisten mendorong literasi pasar modal di berbagai kalangan, termasuk komunitas kampus dan pelajar sekolah menengah. Materi edukasi dikemas lebih menarik dan relevan dengan kebutuhan generasi digital.

Ekosistem yang terbentuk kini jauh lebih inklusif. Banyak aplikasi investasi yang tidak hanya menyediakan layanan transaksi saham atau reksa dana, tetapi juga menyertakan fitur edukatif seperti simulasi investasi, tips harian, hingga notifikasi berita pasar yang dirancang sederhana. Semua ini hadir demi mendorong lebih banyak anak muda mengenal dunia finansial sejak dini.

“Pasar modal itu bukan tempat untuk cepat kaya. Tapi kalau kita disiplin, ini bisa jadi kendaraan untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang,” tegas Pintor.

Langkah awalnya pun sederhana. Tak perlu menunggu memiliki penghasilan besar atau pekerjaan tetap. Pintor menyarankan agar generasi muda mulai dengan menyisihkan sebagian uang jajan atau penghasilan tambahan untuk dialokasikan ke investasi, meski dengan jumlah kecil. Justru memulai sejak dini akan memberikan manfaat maksimal dari efek compounding, yaitu akumulasi bunga berbunga dalam jangka panjang.

Namun, Pintor juga memberikan catatan penting soal risiko yang melekat dalam setiap aktivitas investasi. Menurutnya, pasar modal memang menawarkan potensi keuntungan, tetapi juga menyimpan fluktuasi yang dipengaruhi banyak faktor seperti pergerakan suku bunga, dinamika ekonomi global, hingga kinerja sektor tertentu.

“Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Sebar investasi ke berbagai sektor atau jenis aset agar risikonya lebih terkelola,” imbaunya.

Prinsip diversifikasi ini penting dipahami sejak awal. Selain itu, memiliki tujuan yang jelas dan memahami profil risiko pribadi akan membantu investor pemula mengambil keputusan lebih bijak dan terukur.

Tak berhenti di penyediaan aplikasi atau informasi, upaya BEI dan OJK dalam membangun literasi juga merambah ke ruang-ruang yang dekat dengan keseharian generasi muda. Edukasi langsung ke kampus, pelatihan di komunitas, hingga seminar daring menjadi sarana efektif untuk menumbuhkan kesadaran finansial sejak dini.

Pintor menegaskan bahwa digitalisasi pasar modal telah menciptakan ekosistem yang inklusif, efisien, dan transparan. Hal ini menjadi peluang besar bagi generasi muda yang akrab dengan teknologi untuk ikut ambil bagian, tidak hanya sebagai konsumen tetapi juga sebagai pelaku aktif dalam ekosistem keuangan nasional.

“Tidak ada lagi alasan untuk menunda investasi,” ujarnya penuh keyakinan.

Ia pun mengajak generasi muda untuk tidak melihat investasi sekadar sebagai cara untuk mencari untung cepat. Lebih dari itu, menurutnya, investasi adalah bentuk perhatian terhadap masa depan, langkah kecil yang kelak menjadi fondasi untuk pencapaian besar.

“Setiap lembar saham yang kita beli, setiap reksa dana yang kita simpan, itu langkah kecil menuju impian besar. Punya rumah sendiri, pensiun muda, atau hidup lebih tenang di masa depan,” pungkasnya.

Dengan semangat baru yang ditopang digitalisasi dan semangat belajar yang tinggi, generasi muda kini memegang peranan penting dalam membentuk masa depan pasar modal Indonesia. Mereka tidak hanya menjadi investor muda, tetapi juga agen perubahan yang mendorong budaya finansial yang lebih sehat dan bertanggung jawab.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index