Megaproyek

Megaproyek Energi China Guncang Dunia

Megaproyek Energi China Guncang Dunia
Megaproyek Energi China Guncang Dunia

JAKARTA - Tiongkok kembali menorehkan langkah strategis lewat pembangunan megaproyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sungai Yarlung Zangbo. Dengan nilai investasi fantastis, proyek ini diyakini akan memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus menjadi dorongan besar bagi pertumbuhan ekonomi negeri Tirai Bambu.

Langkah China untuk membangun infrastruktur energi ramah lingkungan dalam skala besar semakin menunjukkan komitmen negeri itu dalam memimpin transisi energi dunia. Kali ini, Tiongkok membidik wilayah strategis di Sungai Yarlung Zangbo, tepat sebelum alirannya memasuki wilayah India dan berubah nama menjadi Sungai Brahmaputra.

PLTA ini merupakan bagian dari program ambisius China dalam mengembangkan sumber daya alamnya untuk menopang kebutuhan energi bersih. Nilai investasi proyek tersebut mencapai hampir US$ 170 miliar atau sekitar Rp 2.771 triliun. Besarnya nilai ini menjadikannya sebagai salah satu proyek energi terbesar yang pernah dibangun sejak Bendungan Tiga Ngarai.

Pemerintah China, melalui pengumuman Perdana Menteri Li Qiang, menyampaikan bahwa perusahaan baru bernama China Yajiang Group Co Ltd dibentuk khusus untuk menangani proyek ini. Proyek yang akan dibangun mencakup lima pembangkit tenaga air berurutan sepanjang 50 km di daerah sungai dengan kedalaman mencapai 2.000 meter.

Dengan kapasitas listrik mencapai 60 GW, PLTA tersebut diperkirakan akan menghasilkan energi hingga tiga kali lipat dari kapasitas Bendungan Tiga Ngarai yang saat ini menjadi ikon pembangkit energi China. Para analis pun melihat proyek ini bukan hanya akan memenuhi kebutuhan energi domestik, tetapi juga dapat mendorong ekspor energi ke negara tetangga.

Dampak ekonominya mulai terlihat dari respons pasar. Saham-saham perusahaan konstruksi dan manufaktur peralatan berat langsung mengalami lonjakan begitu kabar proyek ini diumumkan. Analis menyebutnya sebagai salah satu bentuk stimulus paling signifikan dalam mendorong pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan penguatan sektor industri strategis.

Meskipun proyek ini berada dalam wilayah China, letaknya yang dekat dengan perbatasan India membuat sejumlah pihak menyoroti potensi dampaknya. Terutama bagi wilayah hilir seperti Arunachal Pradesh, yang merupakan daerah dengan potensi energi air tinggi namun belum sepenuhnya dimanfaatkan.

Pemerintah India pun menanggapi dengan menyusun rencana penyeimbang melalui Proyek Multiguna Siang Hulu yang ditargetkan menghasilkan energi sebesar 11,2 GW. Proyek ini dirancang untuk mengelola aliran air secara terintegrasi sekaligus melindungi infrastruktur penting di hilir dari potensi fluktuasi debit air yang ekstrem.

Namun, meski proyek tersebut telah diusulkan sejak beberapa tahun lalu, perkembangannya masih menemui hambatan teknis dan sosial. Kementerian Jal Shakti yang telah menunjuk NHPC Ltd sebagai pelaksana studi pra-kelayakan masih menghadapi tantangan dalam penyelesaian kajian teknis dan pendekatan terhadap masyarakat lokal yang menolak.

Salah satu perhatian utama datang dari Kepala Menteri Arunachal Pradesh, Pema Khandu, yang menyuarakan kekhawatiran terhadap potensi pelepasan air mendadak dari bendungan China. Menurutnya, wilayah Siang yang dihuni oleh komunitas Suku Adi dan kelompok masyarakat lainnya bisa terancam jika pengelolaan air di hulu tidak dilakukan secara terkoordinasi lintas negara.

Namun di balik tantangan tersebut, proyek PLTA China juga membuka peluang kolaborasi regional dalam pengelolaan air lintas batas. Sebab, Sungai Brahmaputra memiliki peran vital bagi kehidupan dan pembangunan ekonomi di beberapa negara Asia Selatan.

Saat ini, hanya sekitar 30% aliran sungai Brahmaputra yang berasal dari wilayah China, namun pengaruhnya tetap besar bagi kawasan hulu India. Di sisi lain, wilayah Timur Laut India menyimpan hampir 50% dari total potensi energi air nasional sebesar 133 GW, namun baru kurang dari 20 persen yang telah dimanfaatkan.

Langkah China dalam menggarap megaproyek ini sekaligus menunjukkan transformasi kebijakan energi yang kini berfokus pada sumber daya terbarukan dan keberlanjutan. Dengan membangun PLTA skala besar di area strategis, Tiongkok ingin membuktikan bahwa pembangunan berkelanjutan bisa berjalan seiring dengan inovasi teknologi dan efisiensi energi.

Pengamat energi menyebut bahwa kesuksesan proyek ini bisa menjadi preseden bagi negara lain dalam memanfaatkan potensi alam secara maksimal dengan pendekatan ramah lingkungan. Terlebih di era perubahan iklim saat ini, ketahanan energi dan pengelolaan air yang bijaksana menjadi isu krusial di kawasan Asia dan dunia.

Seiring berjalannya waktu, proyek PLTA Yarlung Zangbo ini akan terus menjadi perhatian internasional, tidak hanya dari sisi teknis dan ekonominya, tetapi juga bagaimana Tiongkok menjalin dialog dan kerja sama dengan negara-negara tetangga untuk menjaga stabilitas regional.

Dengan kapasitas daya yang luar biasa, investasi besar-besaran, dan perencanaan matang, megaproyek ini menjadi simbol baru dari tekad Tiongkok dalam membangun masa depan energi yang lebih hijau, mandiri, dan inklusif bagi generasi mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index