Pajak

Dampak Pajak Makin Terasa ke Konsumen dan Perusahaan

Dampak Pajak Makin Terasa ke Konsumen dan Perusahaan
Dampak Pajak Makin Terasa ke Konsumen dan Perusahaan

JAKARTA - Pendekatan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir menciptakan realitas baru dalam struktur biaya perusahaan dan konsumsi rumah tangga. Alih-alih membebani eksportir asing seperti yang dimaksudkan, kebijakan tersebut justru menempatkan beban utama kepada para wajib pajak dalam negeri, terutama kalangan bisnis dan konsumen.

Laporan dari berbagai lembaga, termasuk bank investasi global, pusat studi anggaran, dan korporasi besar menunjukkan pola yang serupa. Tarif tambahan yang diberlakukan selama masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump sebagian besar diserap oleh perusahaan-perusahaan Amerika, bukan eksportir dari negara lain. Efek berantai dari strategi ini pun mulai terasa luas.

Tim ekonomi global dari Citi, dalam analisis yang dirilis menyoroti bahwa perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menjadi penanggung utama bea masuk yang dikenakan. Penyerapan beban ini berdampak langsung terhadap margin keuntungan perusahaan, dan bisa memperketat ruang gerak mereka apabila tarif tambahan terus diberlakukan.

Studi yang dilakukan Yale Budget Lab lalu menguatkan pandangan ini. Menurut lembaga tersebut, bea masuk telah meningkatkan biaya rata-rata sebesar 2,1 persen. Kenaikan ini, dalam praktiknya, berakibat pada penurunan daya beli rumah tangga. Keluarga rata-rata di AS mengalami penurunan daya beli tahunan sekitar 2.800 dolar AS, menurut perhitungan mereka.

Dampaknya bahkan lebih terasa bagi kelompok pendapatan rendah. Rumah tangga dengan pendapatan terbatas cenderung mengalokasikan lebih banyak pengeluaran untuk kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian. Akibatnya, beban tarif menjadi tiga kali lipat lebih besar bagi mereka dibandingkan keluarga yang lebih berada. Hal ini menunjukkan bahwa pajak dalam bentuk tarif memiliki pengaruh yang tidak merata terhadap berbagai lapisan masyarakat.

Organisasi independen Tax Foundation turut menegaskan temuan ini. Mereka menyebut bahwa “pajak tarif” yang muncul dari kebijakan perdagangan tersebut setara dengan beban 1.296 dolar AS per rumah tangga. Selain itu, lembaga ini memproyeksikan bahwa kebijakan tersebut dapat menyebabkan penurunan produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,8 persen dalam setahun ke depan.

Dari sisi bisnis, berbagai perusahaan besar telah merespons situasi ini dengan menyesuaikan strategi harga. Goldman Sachs dalam laporannya menyampaikan bahwa sekitar 70 persen dari beban tarif akan diteruskan kepada konsumen dalam bentuk kenaikan harga.

Langkah ini telah diterapkan oleh peritel besar seperti Walmart. Perusahaan tersebut mengumumkan bahwa mereka telah menaikkan harga eceran untuk sejumlah produk kebutuhan sehari-hari. Peningkatan harga ini dinyatakan secara terbuka sebagai konsekuensi langsung dari tarif baru. Walmart juga menyampaikan peringatan bahwa produk-produk sekolah untuk tahun ajaran mendatang kemungkinan akan menjadi sasaran berikutnya dari kenaikan harga akibat tarif.

Kondisi serupa juga diamati oleh Wall Street Journal, yang dalam analisisnya mencatat bahwa Amazon telah menaikkan harga untuk sejumlah produk dengan biaya rendah. Barang-barang seperti deodoran, minuman protein, dan perlengkapan hewan peliharaan mengalami kenaikan harga secara diam-diam, menjadi indikasi bahwa perusahaan juga melakukan penyesuaian untuk menjaga stabilitas operasional.

Di sektor manufaktur, tantangan yang dihadapi menjadi semakin nyata. General Motors (GM), misalnya, melaporkan bahwa kebijakan tarif menyebabkan penurunan laba kuartalan mereka sebesar 1 miliar dolar AS. Perusahaan tersebut memperkirakan, jika kebijakan tarif tetap diberlakukan tanpa perubahan, potensi penurunan laba sepanjang tahun bisa mencapai hingga 5 miliar dolar AS.

Pandangan ini diperkuat oleh laporan Bloomberg, yang menyampaikan bahwa konsumen dan perusahaan domestik AS-lah yang justru memikul beban terbesar dari bea masuk. Bahwa General Motors menjadi salah satu contoh paling konkret mengenai dampak biaya tambahan akibat tarif yang diterapkan, menunjukkan bagaimana strategi tersebut telah mempengaruhi profitabilitas sektor industri.

Bloomberg juga mengamati dinamika harga di pasar, mencatat bahwa meskipun harga mobil belum mengalami lonjakan signifikan dalam data inflasi terbaru, namun barang-barang impor lain seperti mainan dan peralatan rumah tangga telah mencatatkan kenaikan harga yang mencolok. Ini menandakan bahwa sebagian besar beban tarif telah sampai ke tangan konsumen akhir.

Sementara itu, Yale Budget Lab mengingatkan kembali bahwa tarif pada dasarnya berfungsi layaknya pajak domestik, bukan sekadar penalti terhadap negara asing. Menurut lembaga tersebut, meskipun kebijakan tarif dirancang sebagai instrumen dalam strategi perdagangan global, dalam praktiknya tarif lebih menyerupai pajak penjualan yang dibayar langsung oleh masyarakat dan pelaku usaha lokal.

Dengan begitu, struktur tarif ini secara tidak langsung membentuk lanskap fiskal baru di Amerika Serikat. Beban yang seharusnya ditujukan kepada mitra dagang justru menjadi bagian dari tanggung jawab wajib pajak AS sendiri. Namun demikian, analisis-analisis ini memberikan dasar penting bagi peninjauan ulang kebijakan fiskal dan perdagangan, sekaligus membuka ruang diskusi untuk penyempurnaan instrumen-instrumen yang lebih seimbang ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index