Kredit Bank

Kredit Bank Peluang Ringan untuk Mewujudkan Impian Anda

Kredit Bank Peluang Ringan untuk Mewujudkan Impian Anda
Kredit Bank Peluang Ringan untuk Mewujudkan Impian Anda

JAKARTA - Optimisme terhadap arah kebijakan suku bunga ke depan memberi angin segar bagi dunia perbankan dan sektor pembiayaan. Pelaku industri mulai melihat adanya ruang bagi penurunan bunga kredit bank dalam waktu yang tidak terlalu lama, seiring kondisi moneter yang semakin stabil dan arah kebijakan Bank Indonesia yang mengarah ke pelonggaran.

Saat ini, suku bunga kredit perbankan masih terpantau cukup tinggi meski suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) telah bergerak turun dari level sebelumnya. Namun, tren ini diprediksi akan mengalami perubahan dalam waktu dekat. Peluang penurunan bunga kredit terbuka seiring dengan langkah bank sentral yang mulai memangkas suku bunga acuan pada bulan lalu.

Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, memproyeksikan bahwa pelonggaran kebijakan moneter dari BI akan memberikan dampak terhadap penurunan bunga kredit perbankan. Menurutnya, hal ini tentu akan memberikan stimulus tambahan terhadap sektor riil dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat.

"Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia secara bertahap akan berkontribusi pada penurunan bunga kredit perbankan. Tapi efek ini akan terjadi dengan lag karena bank perlu menyesuaikan biaya dana terlebih dahulu," kata Faisal.

Ia menyebut, dengan asumsi stabilitas makroekonomi tetap terjaga dan inflasi tetap rendah, Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk kembali menurunkan suku bunga acuannya pada semester II 2025. Dengan demikian, secara bertahap bunga kredit bank juga dapat mengikuti tren tersebut.

Di sisi lain, Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan juga melihat ada potensi penyesuaian suku bunga kredit seiring turunnya suku bunga acuan BI. Menurutnya, bank-bank kini tengah melakukan kalkulasi secara matang sebelum menurunkan bunga kredit, mengingat struktur biaya dana dan likuiditas yang perlu dipertimbangkan secara hati-hati.

"Secara umum, kami melihat bahwa pergerakan suku bunga kredit akan mengikuti arah BI Rate. Tapi tentu dengan mempertimbangkan biaya dana masing-masing bank," ujar Lani.

Perlu diketahui, hingga saat ini perbankan masih cukup selektif dalam menyesuaikan bunga kredit, mengingat kondisi likuiditas yang harus tetap dijaga agar tetap sehat. Namun demikian, ruang penurunan tetap terbuka terutama bagi bank yang memiliki struktur pendanaan yang efisien.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa suku bunga kredit perbankan masih berada di kisaran dua digit. Namun, tren bunga kredit menunjukkan penurunan tipis sejak awal tahun. Dengan adanya sinyal kuat dari BI yang mulai melonggarkan kebijakan, pelaku industri perbankan pun mulai menyesuaikan ekspektasi mereka.

Bank Indonesia sendiri telah menurunkan suku bunga acuan dari 6,25% menjadi 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan sejumlah faktor seperti inflasi yang tetap terkendali, nilai tukar yang relatif stabil, dan prospek pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik.

Langkah BI tersebut dinilai sebagai sinyal awal bahwa kebijakan moneter akan lebih akomodatif dalam beberapa bulan ke depan. Artinya, bunga kredit bank yang saat ini masih cukup tinggi bisa saja mulai melandai, memberikan napas segar bagi pelaku usaha dan masyarakat umum.

Kepala Ekonom BCA David Sumual menambahkan bahwa transmisi kebijakan moneter ke sektor perbankan memang membutuhkan waktu. Namun ia optimistis bunga kredit akan menurun secara bertahap dalam beberapa kuartal mendatang.

"Biasanya ada jeda waktu sekitar 1 hingga 2 kuartal sebelum suku bunga kredit menyesuaikan. Tapi dengan turunnya BI Rate, seharusnya bank mulai mempertimbangkan penyesuaian dalam waktu dekat," ujar David.

Tak hanya sektor korporasi, nasabah ritel juga diyakini akan mendapatkan manfaat dari tren ini. Penurunan bunga kredit akan meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi domestik, yang merupakan komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut pengamat perbankan, Aviliani, langkah BI dalam menurunkan suku bunga acuan merupakan sinyal yang baik untuk pasar. Meski demikian, ia menilai bahwa penyesuaian bunga kredit tetap harus mempertimbangkan kondisi pasar dan kinerja masing-masing bank.

“Bukan hanya soal BI Rate, tapi juga tentang likuiditas, NPL, dan komposisi pendanaan. Kalau semua itu membaik, bunga kredit tentu bisa turun lebih cepat,” jelas Aviliani.

Dari sisi pelaku usaha, kabar penurunan bunga kredit ini disambut positif. Banyak sektor usaha berharap beban pembiayaan dapat berkurang sehingga ekspansi bisnis bisa berjalan lebih cepat. Industri manufaktur, perdagangan, hingga properti menjadi sektor yang sangat sensitif terhadap bunga kredit dan berpotensi tumbuh lebih kuat jika pembiayaan menjadi lebih murah.

Dengan berbagai indikator yang menunjukkan arah kebijakan yang lebih longgar, peluang turunnya bunga kredit menjadi sesuatu yang dinanti banyak pihak. Meski prosesnya tidak instan, sinyal-sinyal ini memberikan harapan terhadap percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Jika tren pelonggaran moneter ini berlanjut dan respons sektor perbankan semakin agresif dalam menyesuaikan suku bunga kredit, maka dampak positifnya akan terasa lebih luas. Baik sektor usaha maupun rumah tangga dapat menikmati manfaat pembiayaan yang lebih ringan, sekaligus mendukung stabilitas sistem keuangan nasional secara keseluruhan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index