JAKARTA - Kinerja pasar energi kembali menunjukkan sinyal positif. Harga minyak mentah dunia kembali mengalami kenaikan, dipicu oleh kombinasi optimisme terhadap jalannya negosiasi perdagangan global dan penurunan signifikan dalam cadangan minyak mentah Amerika Serikat.
Pergerakan positif ini disambut baik oleh para pelaku pasar, mengingat minyak merupakan salah satu indikator penting yang mencerminkan dinamika pertumbuhan ekonomi dunia. Kenaikan harga minyak tak lepas dari harapan baru atas kelanjutan dialog antara negara-negara besar, yang diyakini mampu mencairkan ketegangan serta membuka peluang kerja sama ekonomi lebih luas.
Pada awal perdagangan Kamis, harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan sebesar 24 sen atau 0,4 persen, menyentuh angka USD 68,75 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga meningkat sebesar 25 sen atau 0,4 persen menjadi USD 65,50 per barel.
Kedua harga acuan utama ini menunjukkan stabilitas setelah hari sebelumnya bergerak stagnan. Pasar tampaknya menahan diri sembari menunggu kejelasan dari sejumlah perkembangan diplomatik dan ekonomi yang tengah berlangsung di tingkat global.
Salah satu faktor penting yang mendorong peningkatan harga minyak adalah adanya sinyal positif dari proses perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan sejumlah mitranya. Terutama, kesepakatan tarif antara Presiden AS Donald Trump dan pemerintah Jepang dinilai memberikan angin segar bagi pasar internasional.
Kesepakatan tersebut di antaranya mencakup pengurangan bea masuk impor otomotif dan pengecualian Jepang dari pungutan baru, sebagai imbalan atas komitmen investasi dan pinjaman senilai USD 550 miliar yang akan mengalir ke AS.
Langkah ini dipandang sebagai strategi cerdas untuk menciptakan simbiosis ekonomi yang saling menguntungkan. Tak heran jika pasar meresponsnya dengan apresiasi, yang tercermin dalam lonjakan harga komoditas energi.
“Pembelian didorong oleh optimisme bahwa kemajuan dalam negosiasi tarif dengan AS akan membantu menghindari skenario terburuk,” ujar Hiroyuki Kikukawa, Kepala Strategi di Nissan Securities Investment, unit dari Nissan Securities.
Ia memproyeksikan bahwa harga WTI akan tetap bertahan di kisaran USD 60 hingga USD 70 per barel. Namun, ia juga mencatat bahwa ketidakpastian atas negosiasi dagang AS-Tiongkok serta proses perdamaian antara Ukraina dan Rusia masih membayangi potensi kenaikan lanjutan.
Dari sisi hubungan transatlantik, dua diplomat Uni Eropa menyampaikan bahwa diskusi antara Uni Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan arah yang konstruktif menuju kesepakatan perdagangan. Perjanjian ini bisa mencakup tarif dasar AS sebesar 15 persen pada sejumlah barang dari Eropa, serta kemungkinan pengecualian untuk produk tertentu.
Jika tercapai, langkah ini berpotensi menjadi dasar bagi terciptanya kesepakatan perdagangan besar lainnya di masa depan, memperluas manfaat positif seperti yang telah dicapai melalui kesepakatan dengan Jepang.
Sementara itu, dari sisi pasokan, data dari Badan Informasi Energi Amerika Serikat menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun sebanyak 3,2 juta barel dalam sepekan terakhir, menjadi total 419 juta barel. Penurunan ini jauh melebihi ekspektasi para analis yang sebelumnya memprediksi penarikan hanya sebesar 1,6 juta barel.
Penurunan persediaan ini memperkuat pandangan bahwa permintaan minyak di pasar domestik AS tetap kuat, sejalan dengan optimisme atas pemulihan ekonomi.
Selain faktor-faktor ekonomi dan perdagangan, dinamika geopolitik tetap menjadi sorotan. Perundingan damai antara Rusia dan Ukraina yang digelar di Istanbul pada Rabu lalu menunjukkan adanya kemajuan awal, dengan pembahasan fokus pada isu pertukaran tahanan. Meskipun perbedaan pendapat mengenai gencatan senjata masih ada, dialog ini diharapkan menjadi pijakan menuju penyelesaian jangka panjang.
Di sisi lain, terdapat pembaruan peraturan pelabuhan utama Laut Hitam Rusia yang berdampak pada kegiatan pengiriman. Kapal tanker asing untuk sementara dilarang melakukan pemuatan, menurut dua sumber industri. Kondisi ini berdampak pada ekspor dari Kazakhstan melalui konsorsium minyak yang sebagian sahamnya dimiliki oleh perusahaan energi Amerika.
Sementara itu, Menteri Energi AS menyatakan bahwa pemerintah masih mempertimbangkan sejumlah opsi kebijakan untuk mendorong penyelesaian konflik secara damai. Uni Eropa pun telah mengambil langkah lanjutan dengan menyetujui paket sanksi ke-18 terhadap Rusia, termasuk di dalamnya penyesuaian batas harga minyak mentah Rusia.
Meski demikian, pasar tetap melihat prospek jangka menengah dengan penuh harapan. Kebijakan yang terukur dan kolaborasi multilateral dinilai mampu menjaga keseimbangan pasar energi dunia, sekaligus memberikan sinyal positif terhadap pemulihan ekonomi global.
Kenaikan harga minyak dalam situasi seperti ini dinilai sebagai indikator keyakinan pelaku pasar terhadap keberlanjutan dialog internasional dan stabilitas rantai pasok energi. Ini memperlihatkan bahwa sentimen positif bisa mendorong perbaikan bukan hanya pada sektor energi, tetapi juga pada iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan.