JAKARTA - Langkah besar dicatat oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) yang berhasil mengantongi komitmen investasi senilai USD17 miliar atau setara Rp270 triliun. Pencapaian ini mencerminkan besarnya kepercayaan investor global terhadap potensi investasi jangka panjang di Indonesia, khususnya dalam kerangka kerja sama strategis yang dikawal langsung oleh pemerintah.
Chief Executive Officer Danantara, Rosan Roeslani, menyebut bahwa komitmen pendanaan dari lembaga-lembaga internasional ini merupakan bukti kepercayaan dunia terhadap tata kelola investasi nasional yang mulai menunjukkan profesionalisme dan kredibilitas.
“Kami melihat ada kepercayaan dari negara-negara dan pasar keuangan internasional yang sangat positif. Ini menjadi momentum baik yang harus terus dijaga melalui tata kelola yang mengedepankan prinsip overclass operation and investment,” ungkap Rosan di Kompleks Senayan, Jakarta.
Ia menambahkan bahwa momentum seperti ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin dengan memperkuat manajemen investasi agar mampu bersaing di tingkat global.
Dana Segar dari Dua Pilar Utama
Dari total pendanaan tersebut, komposisinya terbagi dalam dua sumber utama. Pertama, berasal dari kolaborasi dengan sejumlah sovereign wealth fund (SWF) internasional sebesar USD7 miliar (sekitar Rp114 triliun). Kedua, diperoleh dari pinjaman global tanpa agunan (unsecured revolving loan) senilai USD10 miliar (sekitar Rp163 triliun) yang disediakan oleh konsorsium 12 bank internasional.
Danantara menunjukkan keahlian dalam menjalin kemitraan strategis dengan investor institusi global, termasuk Qatar Investment Authority, China Investment Corporation (CIC), dan Russia Direct Investment Fund (RDIF). Selain itu, fasilitas pinjaman dari institusi keuangan global mengindikasikan bahwa pasar perbankan internasional pun memiliki keyakinan tinggi terhadap stabilitas dan prospek lembaga investasi ini.
“Ya, memang dengan Qatar kita sudah bentuk joint fund sebesar USD4 miliar. Selain itu, kita juga bekerja sama dengan CIC dari Tiongkok dan RDIF dari Rusia. Kami juga sedang menjajaki pembicaraan lanjutan dengan Public Investment Fund (PIF) dari Arab Saudi,” kata Rosan.
Kolaborasi Lintas Kawasan
Dalam upayanya memperluas jangkauan kemitraan, Danantara tidak hanya menjalin kerja sama dengan kawasan Timur Tengah dan Asia Timur, tetapi juga terus membuka ruang komunikasi dengan lembaga-lembaga investasi besar dari berbagai penjuru dunia.
Salah satu contoh konkret adalah pembentukan dana bersama (joint fund) dengan Qatar Investment Authority yang nilainya mencapai USD4 miliar. Kolaborasi ini merupakan hasil tindak lanjut dari kunjungan Presiden RI Prabowo Subianto ke Doha, Qatar, pada April lalu. Kunjungan tersebut membuka peluang besar dalam mempererat hubungan ekonomi bilateral yang strategis.
Menurut Rosan, selain Qatar, pihaknya kini juga tengah berkomunikasi secara aktif dengan PIF dari Arab Saudi guna membuka potensi investasi lanjutan.
Fokus ke Energi Hijau
Menariknya, selain menjajaki pembiayaan berskala besar dari kawasan Timur Tengah, Danantara juga menjalin kerja sama dengan Jepang. Melalui Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Danantara menandatangani nota kesepahaman untuk pembiayaan proyek energi baru terbarukan (EBT) dan keberlanjutan.
“Saya minggu lalu baru kembali dari Jepang. Kami menandatangani kerja sama dengan JBIC yang akan mendanai proyek-proyek renewable energy, serta proyek yang bersifat sustainability, terutama energi hijau,” tutur Rosan.
Meski besaran investasi yang dikucurkan JBIC belum diumumkan secara rinci, namun kerja sama ini menunjukkan arah strategis Danantara untuk memperkuat portofolio investasi di sektor hijau dan berkelanjutan, sejalan dengan tren global menuju netralitas karbon.
Investasi yang Tertata dan Berkelas Dunia
Keberhasilan menghimpun investasi jumbo ini tentu bukan sekadar soal angka. Rosan menekankan bahwa kredibilitas Danantara dalam menarik kepercayaan investor besar harus ditopang oleh tata kelola yang mumpuni. Profesionalisme dalam mengelola dana investasi menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan dukungan dari para mitra global.
Ia menyebut pentingnya menerapkan prinsip investasi kelas dunia atau world-class investment governance dalam pengelolaan seluruh dana yang masuk, agar dapat menciptakan dampak maksimal terhadap pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan dana sebesar Rp270 triliun yang telah berhasil dihimpun, Danantara kini memiliki posisi yang semakin strategis untuk mendukung proyek-proyek nasional berskala besar, baik di sektor infrastruktur, energi, maupun teknologi berkelanjutan.
Harapan terhadap Peran Lebih Besar
Ke depan, Danantara diproyeksikan akan menjadi salah satu pilar utama dalam ekosistem investasi nasional yang mampu menampung dan mengelola dana dari berbagai sumber internasional. Selain sebagai magnet investasi asing, peran Danantara diharapkan bisa menjembatani kebutuhan pembiayaan domestik dengan potensi global.
Dalam konteks ini, kerja sama dengan lembaga-lembaga besar seperti JBIC, Qatar Investment Authority, CIC, dan RDIF menciptakan ruang yang luas bagi pertumbuhan sektor-sektor strategis di Indonesia.
Dengan tetap menjaga prinsip keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas, lembaga ini berpotensi menjadi benchmark investasi nasional yang mampu menyaingi lembaga serupa di tingkat internasional.