JAKARTA - Optimisme terhadap masa depan sektor energi di Indonesia kian mencuat. Di tengah upaya pemerintah mempercepat transisi menuju energi berkelanjutan, peluang kerja yang tercipta dari berbagai rantai aktivitas energi menjadi harapan baru, terutama bagi generasi muda yang tengah memasuki usia produktif.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, dalam forum Green Impact Festival yang digelar di Djakarta Theater, Jakarta Pusat. Ia menyampaikan bahwa sektor energi nasional memiliki potensi besar dalam menyerap tenaga kerja dalam jumlah signifikan.
“Nggak usah khawatir, sektor energi ini akan banyak menyerap tenaga kerja. Kita punya potensi domestik sangat besar. Saya yakin akan ada dari anak muda sekalian nanti yang pada saatnya ikut mengelola,” ujar Dadan.
Optimisme ini berangkat dari realitas demografi Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 284 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 169 juta jiwa atau sekitar 69 persen tergolong usia produktif.
“Itu 69 persen. Termasuk kita yang berada di sini,” ujarnya, sembari menegaskan bahwa dari angka tersebut, 146 juta jiwa telah bekerja. Dengan demikian, peluang untuk menambah dan membuka lapangan kerja baru menjadi sangat terbuka, termasuk di sektor energi.
Kementerian ESDM melihat bahwa potensi demografis ini perlu diimbangi dengan strategi pembangunan yang terintegrasi. Oleh karena itu, kebijakan energi yang sedang digarap diarahkan untuk bisa memberikan ruang seluas-luasnya bagi tenaga kerja baru, termasuk pada generasi muda.
Salah satu indikator yang menunjukkan adanya potensi pertumbuhan adalah tingkat konsumsi listrik per kapita. Menurut Dadan, konsumsi listrik Indonesia saat ini masih relatif rendah, hanya 1.337 kWh per orang per tahun. Bandingkan dengan Vietnam yang mencapai 2.649 kWh per orang, atau bahkan dengan Singapura dan Brunei Darussalam yang jauh lebih tinggi.
“Kita pastilah akan seperti Vietnam. Dalam berapa sebetulnya, kita lebih baik. Berarti kita ini harus segera menambah pembangkit listrik,” katanya menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur kelistrikan nasional.
Kebutuhan tambahan kapasitas listrik ini pun diharapkan menjadi peluang besar bagi sektor ketenagakerjaan. Dengan peningkatan kapasitas pembangkit listrik dan infrastruktur pendukungnya, potensi penciptaan lapangan kerja akan meningkat secara signifikan.
“Kegiatan pembangunan pembangkit ini merupakan suatu kegiatan ekonomi yang nanti akan didorong,” tutur Dadan.
Ia menambahkan bahwa Kementerian ESDM saat ini sedang memfokuskan diri pada dua agenda utama: memperkuat ketahanan energi nasional dan mendorong hidronisasi di sektor energi. Meski keduanya memiliki jalur berbeda, dalam beberapa aspek saling terkait satu sama lain. Tujuannya adalah menjamin ketersediaan energi yang terjangkau dan ramah lingkungan.
Salah satu bentuk nyata hidronisasi adalah pengembangan industri pengolahan mineral. Hal ini tercermin dalam peresmian ekosistem industri baterai oleh Presiden Prabowo Subianto sebulan lalu di Karawang, Jawa Barat. Ekosistem tersebut dirancang mulai dari proses penambangan hingga menjadi produk akhir berupa baterai kendaraan listrik.
Inisiatif ini memperkuat struktur ketahanan energi nasional, khususnya dalam hal elektrifikasi. Terlebih lagi, Indonesia memiliki cadangan nikel yang sangat besar di dunia. Komoditas ini menjadi komponen kunci dalam pengembangan baterai dan transisi energi.
“Ini salah satu unsur utama melakukan transisi energi,” tegas Dadan.
Di sisi lain, kebutuhan listrik nasional yang masih rendah menjadi peluang strategis. Pemerintah memperkirakan tambahan kapasitas pembangkit dari investasi hijau akan mencapai 42,6 gigawatt. Angka ini tidak hanya membutuhkan dukungan investasi besar, tetapi juga menciptakan jutaan lapangan kerja di berbagai sektor.
Kementerian ESDM pun terus mendorong penggunaan sumber energi terbarukan, antara lain air, hidro, bioenergi, panas bumi, tenaga surya, dan angin. Menurut Dadan, potensi sumber daya energi bersih Indonesia sangat melimpah dan mampu memenuhi kebutuhan domestik.
“Kita punya sumber daya energi terbarukan lebih dari cukup. Kita sekarang mengimpor 1 juta barrel oil per hari untuk konsumsi di dalam negeri, kalau kita geser, kita akan mengurangi beban untuk impor,” jelasnya.
Lebih lanjut, pemanfaatan energi terbarukan juga menawarkan keunggulan dalam aspek lingkungan dan sosial. Dadan menyebut bahwa konversi menuju energi listrik yang bersih akan lebih ramah lingkungan dan mampu menciptakan 6,2 juta lapangan kerja baru di seluruh rantai pasok industri energi.
“Ini pun bukan yang bekerja di pertambangan dan pembangkit listrik saja. Seluruh supply chain akan menciptakan angkatan kerja. Dari mulai perusahaan yang menyediakan makanan atau catering, perusahaan jasa, perbankan, dan lainnya,” ungkap Dadan.
Dengan visi besar pembangunan energi nasional yang inklusif dan berkelanjutan, sektor energi kini menjadi garda terdepan penciptaan masa depan kerja yang lebih cerah. Pemerintah pun berharap generasi muda Indonesia dapat melihat ini sebagai peluang strategis dan mengambil peran aktif dalam mewujudkan transformasi energi nasional yang tangguh.