Minyak

Minyak Sawit Mulai Terkoreksi Usai Reli Panjang

Minyak Sawit Mulai Terkoreksi Usai Reli Panjang
Minyak Sawit Mulai Terkoreksi Usai Reli Panjang

JAKARTA - Setelah menguat selama tiga pekan berturut-turut, harga minyak sawit mengalami koreksi ringan pada pekan keempat Juli 2025. Koreksi ini dianggap sebagai respons alami pasar terhadap dinamika fundamental yang tengah berlangsung, seperti prediksi peningkatan produksi dan penurunan permintaan dari sejumlah negara pengimpor utama.

Pada perdagangan ini harga kontrak minyak sawit untuk pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup turun 54 ringgit atau sekitar 1,25%, menjadi 4.276 ringgit per metrik ton, setara dengan USD 1.013,75. Secara keseluruhan, sepanjang pekan tersebut, harga minyak sawit mencatatkan penurunan sebesar 0,9%.

Koreksi ini mencerminkan aksi ambil untung dari pelaku pasar setelah tren kenaikan sebelumnya. Pasar juga menanggapi tanda-tanda adanya kemungkinan kenaikan produksi dan perlambatan permintaan dari negara tujuan ekspor utama.

Sinyal Produksi Semakin Positif

Berdasarkan laporan dari Malaysian Palm Oil Board, produksi minyak sawit Malaysia pada tahun 2025 diperkirakan naik menjadi 19,5 juta metrik ton dari 19,3 juta metrik ton tahun sebelumnya. Kenaikan ini menandakan potensi pasokan yang lebih banyak di pasar dalam waktu dekat, sehingga memberi tekanan alami pada harga.

Selain itu, laporan dari cargo surveyor memperlihatkan bahwa ekspor minyak sawit Malaysia turun antara 9,2% hingga 15,2% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini turut berkontribusi pada sikap kehati-hatian pelaku pasar, terutama dalam menghadapi potensi peningkatan produksi di kuartal ketiga dan kondisi permintaan global yang cenderung melemah.

Faktor Global dan Mata Uang Mendukung

Nilai tukar ringgit Malaysia yang melemah sebesar 0,12% terhadap dolar Amerika Serikat menjadi faktor lain yang memengaruhi harga. Melemahnya ringgit justru memberikan nilai tambah bagi minyak sawit di mata pembeli asing karena menjadi lebih terjangkau bagi mereka yang bertransaksi dalam mata uang lain.

Di sisi lain, pergerakan harga komoditas nabati lainnya menunjukkan variasi. Harga minyak kedelai di Bursa Dalian tercatat naik 0,39%, namun harga minyak sawit di bursa tersebut justru mengalami penurunan 0,95%. Sedangkan di Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai turun 0,41%. Fluktuasi harga ini menjadi gambaran bagaimana pasar mengatur strategi dalam menghadapi perubahan harga berbagai produk nabati.

Stabilnya Harga Minyak Mentah Dorong Sentimen Positif

Harga minyak mentah yang relatif stabil turut memberikan sentimen positif terhadap minyak sawit. Stabilitas ini didukung oleh optimisme terhadap pemulihan ekonomi global dan adanya potensi tambahan pasokan dari Venezuela, yang membuat pasar tetap tenang dan tidak mengalami lonjakan tajam.

Kondisi ini memberikan keuntungan bagi minyak sawit karena harga minyak mentah yang tinggi sering kali meningkatkan daya tarik minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel, terutama di negara-negara produsen utama.

Permintaan Ekspor Sedang Terkikis

Dari sisi permintaan, beberapa negara pengimpor utama terlihat mulai mengurangi pembelian. Di India, yang merupakan salah satu pasar terbesar, para pelaku perdagangan dilaporkan menahan pembelian karena harga yang dianggap masih tinggi. Hal ini secara langsung berpengaruh pada permintaan global minyak sawit.

Laporan dari European Commission juga menunjukkan penurunan signifikan dalam impor minyak nabati ke Uni Eropa. Untuk periode 2025/2026, impor kedelai ke kawasan tersebut mencapai 519.609 metrik ton, turun 32% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan lebih tajam terjadi pada impor minyak sawit, yang anjlok hingga 53% menjadi hanya 93.234 metrik ton.

Tinjauan Teknikal Menjadi Panduan Pelaku Pasar

Dari sisi teknikal, analis melihat area support pertama berada di kisaran 4.130 ringgit, dengan support lanjutan pada 4.020 ringgit. Sementara itu, level resistance terdekat diperkirakan berada di 4.350 ringgit, dan berikutnya di 4.470 ringgit. Kisaran ini menjadi acuan penting bagi pelaku pasar untuk menentukan strategi perdagangan jangka pendek maupun menengah.

Kesimpulan: Peluang Tetap Terbuka

Meskipun harga minyak sawit terkoreksi, kondisi ini tidak menunjukkan tren negatif secara menyeluruh. Penyesuaian harga lebih mencerminkan dinamika pasar yang sehat dan normal. Ditopang oleh stabilitas harga minyak mentah dan pelemahan mata uang ringgit, peluang pasar minyak sawit tetap terbuka, terutama untuk segmen biodiesel dan negara-negara dengan kebutuhan energi alternatif yang meningkat.

Loni T, Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting, menekankan pentingnya strategi adaptif dalam industri ini. “Pasar sedang bergerak dinamis, dan pelaku industri perlu terus membaca arah pergerakan sambil menjaga efisiensi produksi agar tetap kompetitif,” ujarnya.

Dengan kondisi global yang terus berubah, ketahanan dan kemampuan beradaptasi akan menjadi kunci dalam mempertahankan daya saing industri minyak sawit ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index