JAKARTA - Peningkatan arus logistik antara Jawa dan Bali dalam sepekan terakhir mendapat respons cepat dari PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) bersama sejumlah pemangku kepentingan lainnya. Antrean kendaraan menuju Pelabuhan Ketapang yang sebelumnya sempat mengular kini mulai terurai berkat langkah strategis penambahan kapal dan penguatan koordinasi lintas sektor.
Upaya kolaboratif antara ASDP Cabang Ketapang, KSOP Kelas III Tanjung Wangi, BPTD Kelas II Jawa Timur, aparat kepolisian, dan BMKG menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga kelancaran penyeberangan. Langkah-langkah konkret diambil guna mengoptimalkan pelayanan kapal dan dermaga, sehingga distribusi logistik tetap aman, lancar, dan terkendali di tengah lonjakan kendaraan.
Corporate Secretary ASDP Shelvy Arifin menjelaskan, saat ini sebanyak 26 kapal aktif melayani rute Ketapang-Gilimanuk, masing-masing dengan pola 8 kali perjalanan setiap harinya. Dari jumlah tersebut, 19 kapal beroperasi di Dermaga Moveable Bridge (MB) dan 7 lainnya di Dermaga Landing Craft Machine (LCM).
“Kapasitas angkut terus dimaksimalkan dengan mempercepat proses bongkar muat dan pengaturan kapal berdasarkan jenis kendaraan,” kata Shelvy.
Dalam mendukung kelancaran arus, ASDP juga menjadwalkan uji sandar kapal tambahan, KMP Gading Nusantara. Kapal milik PT Jembatan Nusantara anak perusahaan ASDP ini sebelumnya melayani lintasan Padangbai-Lembar. Kapal tersebut memiliki kemampuan mengangkut antara 30 hingga 40 unit kendaraan campuran, dan bila difokuskan untuk truk besar, dapat membawa sekitar 30 unit truk tronton.
KMP Gading Nusantara diberangkatkan dari Tanjung Perak Surabaya sejak Sabtu dan kini telah mendapat izin resmi dari KSOP serta BPTD untuk segera diperbantukan di lintasan Ketapang-Gilimanuk. Penambahan kapal ini melengkapi kehadiran KMP Portlink VII yang lebih dulu beroperasi di Dermaga Bulusan, sebagai bagian dari upaya memperkuat layanan kapal perbantuan.
“Pagi ini, truk-truk logistik padat mengalir ke kantong parkir Bulusan, sementara antrean menuju Pelabuhan Ketapang tercatat hanya sekitar 1,3 hingga 2 kilometer, turun signifikan dari kondisi puncak sebelumnya yang sempat menembus 30 kilometer,” ujar Shelvy menggambarkan situasi terbaru yang lebih kondusif.
Sementara itu, pengaturan terhadap kapal jenis eks-LCT tetap dilakukan secara ketat sesuai arahan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. Pembatasan pengangkutan diberlakukan demi menjaga keselamatan pelayaran. Kapal eks-LCT hanya diizinkan membawa maksimal enam unit truk tronton, tidak boleh mengangkut penumpang umum, dan wajib menyediakan dua awak kendaraan yang dilengkapi life jacket selama pelayaran.
General Manager ASDP Cabang Ketapang, Yannes Kurniawan, menambahkan bahwa kapal-kapal yang beroperasi di Dermaga LCM saat ini difokuskan untuk melayani truk bertonase besar, terutama di atas 35 ton. Pendekatan ini bertujuan agar distribusi logistik menjadi lebih merata, serta menghindari penumpukan beban pada satu jalur tertentu.
“Langkah ini bertujuan agar distribusi muatan logistik dapat lebih merata dan tidak terpusat pada satu jalur operasional saja,” ujar Yannes.
Di sisi lain, faktor cuaca juga memberikan kontribusi positif dalam kelancaran operasional penyeberangan. Berdasarkan data dari BMKG, perairan di sekitar Ketapang dan Gilimanuk berada dalam kondisi berawan dengan angin selatan berkecepatan 5 hingga 15 knot, gelombang laut berkisar antara 0,2 hingga 2 meter, dan jarak pandang mencapai 10 kilometer. Arus laut tercatat mengarah ke selatan dengan kecepatan 166 cm/s, mendukung stabilitas pelayaran.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Muhammad Masyhud, dalam keterangan resminya menyampaikan bahwa seluruh kapal yang beroperasi telah dinyatakan laik laut. Ia juga memastikan bahwa meskipun dilakukan penyesuaian kapasitas angkut, kegiatan operasional pelabuhan tetap berjalan normal dan sesuai dengan ketentuan keselamatan pelayaran.
“Pembatasan load factor pada kapal LCT merupakan langkah preventif demi keselamatan penyeberangan,” tegas Masyhud.
Tak hanya penyesuaian di laut, kondisi darat pun turut menjadi perhatian utama. Lonjakan kendaraan logistik yang mengarah ke Pelabuhan Ketapang dipengaruhi oleh proyek nasional berupa penutupan Jalur Gumitir. Penutupan jalur ini, yang dijadwalkan berlangsung hingga 24 September 2025, menyebabkan kendaraan besar dialihkan ke jalur utara. Hal ini memperkuat alasan perlunya peningkatan kapasitas layanan pelabuhan dan penyebaran kendaraan ke kantong-kantong parkir tambahan.
Menyikapi kondisi tersebut, ASDP bersama seluruh instansi terkait telah menyiapkan skema mitigasi yang tepat. Salah satu langkah yang diambil adalah pengaktifan kantong parkir tambahan di kawasan Bulusan. Selain itu, keberangkatan kapal disesuaikan dengan kapasitas dermaga dan jenis kendaraan yang diangkut.
Secara keseluruhan, langkah cepat dan terkoordinasi ini memperlihatkan kesiapan ASDP dan pemangku kepentingan dalam menghadapi lonjakan arus kendaraan logistik. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam menjamin kelancaran penyeberangan antarpulau, sekaligus menjaga ritme distribusi barang antar wilayah tetap stabil.
Kehadiran kapal-kapal tambahan dan pengaturan yang presisi membuktikan bahwa sinergi antara pelaku transportasi laut, pemerintah, dan aparat terkait mampu menciptakan solusi nyata untuk tantangan yang dihadapi, terutama saat terjadi lonjakan aktivitas logistik.
Dengan dukungan kondisi cuaca yang mendukung serta manajemen lalu lintas yang terencana, pelayanan penyeberangan di lintasan Ketapang-Gilimanuk kini menunjukkan peningkatan signifikan. Hal ini menjadi bukti bahwa penambahan armada dan penyesuaian teknis di lapangan merupakan langkah strategis dalam menciptakan layanan penyeberangan yang andal, aman, dan efisien.