Investasi

Investasi Asing Dilirik untuk Smelter Vale di Sulsel

Investasi Asing Dilirik untuk Smelter Vale di Sulsel
Investasi Asing Dilirik untuk Smelter Vale di Sulsel

JAKARTA - Ketertarikan investor luar negeri terhadap sektor hilirisasi nikel di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Kali ini, perhatian datang dari Korea Selatan yang disebut-sebut tengah menjajaki peluang investasi pada proyek smelter milik PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang berlokasi di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Menanggapi kabar tersebut, manajemen Vale Indonesia memberikan penjelasan terbuka mengenai kemungkinan kerja sama dengan investor internasional. Perusahaan menyatakan bahwa mereka tengah meninjau sejumlah opsi strategis untuk mendukung pengembangan proyek-proyek besar yang sedang berjalan.

“Dapat kami sampaikan bahwa PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) memiliki sejumlah proyek yang memerlukan mitra strategis, dimana kami terbuka untuk menjalin kerja sama dengan para investor dari berbagai negara, termasuk Korea Selatan,” ujar Wiwik Wahyuni, Sekretaris Perusahaan Vale Indonesia.

Wiwik menambahkan, saat ini pihaknya masih berada dalam tahap awal diskusi dan belum ada keputusan akhir terkait kerja sama dengan investor asal Negeri Ginseng tersebut. “Saat ini Perseroan tengah meninjau beberapa opsi strategis, serta dalam tahapan diskusi, sehingga belum ada kesepakatan maupun perjanjian yang ditandatangani,” ungkapnya.

Salah satu proyek utama yang tengah digarap adalah pembangunan fasilitas pengolahan nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di wilayah Sorowako. Fasilitas ini merupakan bagian dari strategi hilirisasi Vale dalam meningkatkan nilai tambah komoditas nikel di dalam negeri.

Wiwik menjelaskan bahwa proyek tambang Sorowako limonite saat ini sedang berada dalam tahapan konstruksi dan diharapkan akan rampung pada awal tahun 2027. Proyek HPAL yang dibangun di lokasi yang sama juga telah memasuki fase awal pembangunan.

“Penyelesaian keduanya akan tergantung pada berbagai faktor seperti kondisi lapangan, perizinan, koordinasi dengan mitra, serta pendanaan,” jelas Wiwik.

Proyek HPAL Sorowako sendiri dirancang untuk mendukung proses pengolahan bijih limonit yang memiliki kandungan nikel dan kobalt tinggi. Fasilitas ini menjadi bagian penting dari strategi hilirisasi nasional serta mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku baterai kendaraan listrik.

PT Vale Indonesia tidak bekerja sendiri dalam mengembangkan proyek ini. Bersama mitra strategisnya saat ini, Huayou Cobalt, perusahaan memperkirakan kebutuhan investasi sebesar US$1,9 miliar untuk pembangunan smelter HPAL tersebut.

“Vale Indonesia dan mitranya saat ini, yaitu Huayou Cobalt, memerlukan investasi senilai US$1,9 miliar untuk pembangunan smelter HPAL Sorowako limonite yang berlokasi di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan itu,” terang Wiwik.

Sejalan dengan upaya pembangunan fasilitas, perusahaan juga memastikan pendanaan proyek akan berasal dari berbagai sumber. Pendekatan kombinasi antara pendanaan internal dan eksternal menjadi strategi utama untuk memastikan kelancaran proyek.

“Proyek-proyek pengembangan yang sedang Perseroan kerjakan tentunya akan memerlukan pendanaan yang akan didapatkan baik secara internal maupun dari eksternal. Setelah beroperasi, Perseroan menargetkan adanya imbal balik yang dapat berkontribusi positif pada pendapatan, laba bersih serta arus kas Perseroan,” ujar Wiwik.

Nilai investasi besar yang disiapkan menunjukkan betapa strategisnya proyek smelter ini, tidak hanya bagi Vale Indonesia, tetapi juga untuk perekonomian daerah dan nasional. Pembangunan fasilitas pengolahan nikel ini diproyeksikan mendorong penciptaan lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan industri lokal, serta memperkuat daya saing Indonesia dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik.

Dukungan dari calon mitra strategis, termasuk dari Korea Selatan, menjadi sinyal kuat bahwa sektor hilirisasi mineral Indonesia semakin diminati. Ketertarikan tersebut juga sejalan dengan visi pemerintah dalam membangun ekosistem industri yang berkelanjutan dan berbasis nilai tambah.

Kawasan Sorowako sendiri memiliki sejarah panjang sebagai salah satu sentra tambang nikel terbesar di Tanah Air. Dengan investasi berkelanjutan dan dukungan teknologi mutakhir seperti HPAL, wilayah ini berpotensi menjadi pusat industri pengolahan nikel yang modern dan efisien di Asia Tenggara.

Proyek smelter HPAL Vale di Sorowako diharapkan menjadi tonggak penting dalam perjalanan hilirisasi nikel nasional. Keterlibatan mitra global dengan reputasi kuat diyakini akan menambah kepercayaan pasar terhadap kualitas dan kapasitas industri pengolahan nikel Indonesia.

Dengan target penyelesaian konstruksi pada akhir 2027, proyek ini akan menjadi bagian penting dari transformasi industri nikel Indonesia. Kesiapan Vale membuka peluang kerja sama dengan investor asing, seperti dari Korea Selatan, menunjukkan optimisme dan keterbukaan terhadap kolaborasi lintas negara.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index