JAKARTA - Sebagai bagian dari komitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kerakyatan, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menginisiasi sebuah kegiatan pelatihan yang menyasar para pelaku usaha mikro di kawasan Dusun Betro, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol. Kegiatan ini tidak hanya menghadirkan edukasi pemasaran produk, tetapi juga membimbing peserta secara teknis dalam pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB), yang kini menjadi syarat penting legalitas usaha di Indonesia.
Program yang dilaksanakan secara daring ini digelar oleh Mahasiswa yang tergabung dalam program pengabdian masyarakat tersebut mengambil peran sebagai fasilitator dan pendamping teknis. Mereka menyusun pelatihan ini sebagai bentuk dukungan terhadap peningkatan kapasitas pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar dapat lebih siap menghadapi tantangan pasar yang semakin dinamis dan berbasis digital.
Pelatihan ini menghadirkan dua narasumber yang masing-masing membawa perspektif berbeda namun saling melengkapi. Narasumber pertama adalah Muhammad Miftahussurur SM, seorang pelaku UMKM sukses yang mengembangkan bisnis makanan ringan dengan merek "Teras Bapakku". Lewat pengalaman yang sudah terbukti di lapangan, Miftahussurur membagikan kisah keberhasilannya dalam mengelola usaha dari awal, mulai dari perencanaan, produksi, hingga strategi penjualan.
Dalam penjelasannya, ia menyoroti pentingnya mengenal segmentasi pasar secara mendalam. Ia menyampaikan bahwa pelaku UMKM perlu memahami siapa konsumen mereka, bagaimana perilaku konsumennya, dan saluran apa yang paling efektif untuk menjangkau mereka. Di samping itu, ia juga menekankan peran kemasan produk dalam menarik minat konsumen.
Menurutnya, kemasan yang menarik bisa menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan pembelian, terutama di pasar lokal. Oleh karena itu, Miftahussurur mendorong peserta untuk berinovasi, tidak hanya dalam kualitas produk tetapi juga dalam cara produk tersebut ditampilkan dan dipasarkan.
Narasumber kedua adalah Marista Oktaviani SE MM AFA, Dosen Manajemen Keuangan dan Bisnis sekaligus Sekretaris Program Studi Manajemen di UM Surabaya. Ia mengangkat pembahasan mengenai strategi pemasaran modern berbasis konsep 4P: Product (produk), Price (harga), Place (tempat distribusi), dan Promotion (promosi).
Dalam pemaparannya, Marista menjelaskan bagaimana pelaku UMKM dapat memanfaatkan media digital sebagai sarana promosi dan penjualan. Platform seperti Instagram, WhatsApp Business, dan marketplace menjadi kanal yang sangat potensial untuk menjangkau konsumen lebih luas. Ia juga menyampaikan pentingnya melakukan analisis pasar sebelum memutuskan strategi, agar setiap langkah yang diambil bisa lebih tepat sasaran.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa keberhasilan promosi tidak hanya ditentukan oleh media yang digunakan, tetapi juga oleh seberapa baik pelaku usaha berinteraksi dengan konsumen. Konsistensi dalam pelayanan menjadi nilai tambah yang membangun loyalitas pelanggan. Dalam situasi persaingan usaha yang ketat, pelanggan cenderung kembali kepada penjual yang responsif, ramah, dan terpercaya.
Usai sesi pemaparan materi pemasaran, pelatihan dilanjutkan dengan praktik langsung pembuatan NIB. Para peserta dibimbing oleh mahasiswa untuk memahami proses administrasi secara daring melalui situs resmi pemerintah. Tahapan yang dipelajari meliputi pembuatan akun OSS, pengisian data usaha, hingga pengajuan dan penerbitan NIB secara elektronik.
Selain aspek teknis, mahasiswa juga menjelaskan kepada peserta tentang pentingnya NIB bagi pelaku UMKM. NIB tidak hanya menjadi bukti legalitas usaha, tetapi juga membuka akses ke berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah, seperti program pelatihan lanjutan, akses pembiayaan, dan peluang untuk bekerja sama dengan mitra usaha yang lebih besar. Legalitas usaha menjadi fondasi penting dalam membangun kepercayaan publik terhadap produk dan layanan UMKM.
Kegiatan berlangsung dengan antusiasme tinggi dari para peserta. Interaksi selama sesi berlangsung terasa aktif dan dinamis. Peserta terlihat bersemangat saat mendengarkan materi, mengajukan pertanyaan, serta mengikuti proses praktik pembuatan NIB.
Peran mahasiswa tidak hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai pendamping yang siap membantu ketika peserta mengalami kendala dalam proses teknis. Pendekatan partisipatif ini mendorong terciptanya suasana belajar yang inklusif, di mana setiap peserta merasa didukung dan didampingi secara penuh.
Acara ditutup dengan sesi dokumentasi foto bersama, serta apresiasi dari panitia kepada para narasumber dan peserta yang telah menyukseskan kegiatan. Pelatihan ini diharapkan menjadi langkah awal bagi para pelaku UMKM di Dusun Betro untuk meningkatkan profesionalisme dan daya saing usaha mereka.
Dengan pelatihan yang bersifat aplikatif dan langsung menyasar kebutuhan nyata pelaku UMKM, kegiatan ini mencerminkan sinergi positif antara dunia pendidikan tinggi dan masyarakat. Mahasiswa tidak hanya belajar secara teoritis di kampus, tetapi juga berkontribusi secara nyata dalam mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat, khususnya dalam bidang kewirausahaan.
Ke depan, kegiatan semacam ini berpotensi untuk direplikasi di berbagai daerah lain. Pelatihan yang dirancang dengan pendekatan kolaboratif dan berbasis kebutuhan lapangan terbukti mampu memberi dampak positif. Apalagi dalam era ekonomi digital saat ini, keterampilan mengelola usaha dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci utama dalam membangun UMKM yang mandiri dan berkelanjutan.
Keterlibatan mahasiswa dalam pengembangan UMKM juga memperkuat posisi perguruan tinggi sebagai agen perubahan. Universitas tidak hanya berfungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai mitra strategis masyarakat dalam membangun ekonomi lokal yang inklusif dan berdaya saing.