JAKARTA - Keselamatan penumpang dan awak kapal menjadi prioritas utama dalam pelayanan transportasi laut. Hal ini kembali ditunjukkan oleh pengelola penyeberangan Gilimanuk Ketapang yang memutuskan untuk menunda sementara operasional lintasan akibat kondisi cuaca ekstrem berupa angin kencang dan gelombang tinggi.
Keputusan ini diambil untuk menjamin kelancaran serta keamanan dalam pelayaran. Koordinator Satuan Pelayanan Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk, I Wayan Suardana, menyatakan bahwa penundaan berlangsung selama dua jam, dimulai dari pukul 07.30 hingga 09.30 WITA. "Angin kencang menyebabkan kapal sulit untuk bersandar di dermaga landing craft machine (LCM)," jelasnya.
Cuaca ekstrem di kawasan Selat Bali memang bukan hal baru, terutama saat angin timur melanda. Berdasarkan pemantauan BMKG, kecepatan angin yang mencapai 25 knot dan tinggi gelombang sekitar dua meter menjadi dasar utama penundaan pelayanan ini. Pihak pelabuhan pun mengambil langkah sigap dengan menghentikan sementara operasional kapal guna menghindari risiko.
Meski sempat tertunda, aktivitas penyeberangan kembali normal setelah kondisi cuaca mulai membaik. Menurut Suardana, setelah pukul 09.30 WITA, kapal-kapal yang sebelumnya menunggu di tengah laut dapat kembali bersandar dengan aman. "Sebanyak lima kapal berada di tengah laut menunggu cuaca kembali kondusif sebelum kembali bersandar," ujarnya.
Langkah antisipatif seperti ini menunjukkan betapa pentingnya koordinasi antara pihak pelabuhan dan instansi terkait dalam menjaga keselamatan transportasi laut. Di sisi lain, pengguna jasa pun diimbau untuk memahami situasi ini sebagai bagian dari upaya menjamin kenyamanan dan keselamatan selama perjalanan.
Situasi seperti ini juga menjadi bukti nyata bahwa sistem manajemen risiko di sektor penyeberangan semakin matang. Dengan adanya peringatan dini dari BMKG serta keputusan cepat dari otoritas pelabuhan, potensi gangguan bisa diminimalisir dengan baik. Seluruh kapal juga dilaporkan dalam kondisi siap berlayar kembali setelah penundaan berakhir.
Adapun keterlambatan tersebut tidak berdampak signifikan terhadap jadwal keseluruhan, mengingat volume kendaraan dan penumpang pada pagi hari masih dalam kategori normal. "Kapal tetap bergiliran masuk dan bersandar begitu kondisi memungkinkan. Ini dilakukan agar tidak terjadi antrean panjang," kata Suardana.
Pengelola pelabuhan juga terus mengingatkan kepada nahkoda dan operator kapal untuk mematuhi ketentuan keselamatan dan tidak memaksakan pelayaran saat cuaca tidak bersahabat. Dalam kondisi seperti ini, kerja sama antara semua pihak sangat dibutuhkan agar keselamatan tetap menjadi prioritas utama.
Dengan pulihnya operasional setelah dua jam, pelabuhan kembali melayani penumpang dan kendaraan secara bertahap. Proses bongkar muat pun berjalan lancar seiring dengan membaiknya gelombang di perairan Selat Bali.
Penundaan seperti ini menjadi bagian dari dinamika transportasi laut yang sangat bergantung pada faktor cuaca. Namun, keputusan cepat dan koordinatif seperti yang terjadi hari ini membuktikan bahwa kesiapan menghadapi cuaca ekstrem terus ditingkatkan. Para penumpang pun diimbau untuk terus memantau informasi resmi dari pelabuhan dan BMKG sebelum melakukan perjalanan.
Langkah preventif ini juga sekaligus menjadi pengingat pentingnya sinergi antar instansi untuk memastikan transportasi laut berjalan lancar tanpa mengabaikan keselamatan. Pihak pelabuhan dan penyedia jasa penyeberangan di Gilimanuk Ketapang juga terus memperbarui informasi kepada pengguna jasa agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Dengan cuaca yang kembali membaik dan operasional yang kembali lancar, aktivitas penyeberangan di Selat Bali dapat dilanjutkan seperti biasa. Penumpang pun diharapkan tetap waspada, terlebih saat memasuki musim angin timur, di mana kondisi perairan kerap berubah cepat.
Meski hanya berlangsung selama dua jam, keputusan menunda pelayanan adalah langkah penting yang menunjukkan komitmen pengelola pelabuhan dalam memberikan layanan terbaik. Keselamatan tetap nomor satu, dan semua pihak menunjukkan peran pentingnya dalam menjaga stabilitas transportasi laut di jalur strategis ini.