JAKARTA - Harga minyak dunia kembali menunjukkan penguatan seiring dengan meningkatnya optimisme pasar terhadap kerja sama dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa serta dorongan diplomatik terbaru dari Presiden AS Donald Trump terhadap Rusia.
Kenaikan harga ini menjadi kabar baik bagi pasar energi global. Pada perdagangan hari Senin, harga minyak mentah mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 2%, menandakan sentimen positif di tengah berbagai dinamika geopolitik dan pergerakan ekonomi dunia.
Mengutip laporan dari CNBC, harga minyak mentah Brent naik sebesar USD 1,60 atau 2,34% menjadi USD 70,04 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dari AS juga mengalami kenaikan sebesar USD 1,55 atau 2,38% dan ditutup di level USD 66,71 per barel.
Salah satu pendorong utama di balik kenaikan harga ini adalah langkah terbaru Presiden Donald Trump yang mendesak Rusia untuk segera menghentikan konflik bersenjata di Ukraina. Desakan tersebut disampaikan dalam pernyataan bahwa tenggat waktu penyelesaian konflik diperpendek dari 50 hari menjadi hanya 10 hari. Langkah tegas ini dinilai memberikan sinyal kuat kepada pasar bahwa upaya diplomatik AS terus bergerak aktif.
Kesepakatan Dagang Dorong Kepercayaan Pasar
Lebih lanjut, kesepakatan dagang yang dicapai antara AS dan Uni Eropa pada akhir pekan lalu juga menjadi pendorong kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi global. Analis IG, Tony Sycamore, menilai bahwa kerja sama dagang ini, ditambah dengan kemungkinan perpanjangan jeda tarif antara AS dan Tiongkok, memberikan dorongan besar terhadap pasar global, termasuk sektor energi.
“Kesepakatan antara AS dan Uni Eropa serta kemungkinan perpanjangan jeda tarif AS-Tiongkok juga mendukung pasar keuangan global dan harga minyak,” jelas Sycamore.
Salah satu poin penting dari pakta perdagangan tersebut adalah penetapan tarif impor AS sebesar 15% untuk sebagian besar barang dari Uni Eropa. Di sisi lain, Uni Eropa sepakat untuk meningkatkan pembelian energi dari AS senilai USD 750 miliar dalam beberapa tahun mendatang.
Langkah ini dipandang sebagai upaya konkret dalam memperkuat hubungan dagang trans-Atlantik sekaligus mengurangi ketergantungan Eropa terhadap energi dari Rusia. Analis senior dari Price Futures Group, Phil Flynn, menyoroti potensi besar dari pakta ini bagi produsen energi di AS.
“Eropa harus merelakan sebagian besar dari semua yang mereka dapatkan dari Rusia,” ujar Flynn.
“Pakta perdagangan ini tidak hanya memberikan dorongan besar bagi produsen AS dengan komitmen ini, tetapi juga memberi tekanan lebih besar kepada (Presiden Rusia Vladimir) Putin untuk berunding,” tambahnya.
Pertemuan AS Tiongkok Tambah Optimisme
Sementara itu, pada waktu yang bersamaan, para pejabat senior dari AS dan Tiongkok juga menggelar pertemuan di Stockholm. Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk membahas kemungkinan perpanjangan gencatan senjata dalam perang dagang yang telah berlangsung cukup lama. Batas waktu kesepakatan dijadwalkan pada 12 Agustus mendatang.
Analis dari PVM, Tamas Varga, menyatakan bahwa kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa telah menghapus salah satu lapisan ketidakpastian di pasar global. Menurutnya, saat ini investor mulai kembali fokus pada aspek fundamental pasar minyak.
“Kesepakatan AS-Uni Eropa menghilangkan lapisan ketidakpastian lain dan fokus investor saat ini tampaknya bergeser kembali ke fundamental,” ujar Varga.
Namun demikian, ia juga mencatat bahwa penguatan dolar AS serta penurunan impor minyak dari India menjadi faktor yang sedikit membebani harga minyak mentah di pasar global.
Kepatuhan OPEC+ Jadi Perhatian
Dari sisi suplai, organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC+) kembali menekankan pentingnya kepatuhan penuh terhadap perjanjian produksi yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini disampaikan menjelang pertemuan penting antara delapan anggota OPEC+ yang akan digelar pada hari Minggu mendatang. Agenda utamanya adalah untuk membahas kemungkinan peningkatan produksi minyak pada bulan September.
Dalam proyeksinya, ING menyebutkan bahwa OPEC+, yang terdiri dari anggota OPEC dan sejumlah sekutu seperti Rusia, berpotensi untuk mengembalikan penuh pemotongan pasokan sukarela tambahan sebesar 2,2 juta barel per hari hingga akhir September.
Langkah ini diyakini akan membantu menjaga keseimbangan pasar, seiring dengan meningkatnya permintaan global yang perlahan bangkit pasca berbagai tantangan ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir.
Stabilitas Minyak Beri Harapan Baru
Pergerakan harga minyak yang menunjukkan tren positif ini disambut baik oleh berbagai pihak, terutama pelaku industri energi. Kenaikan harga tidak hanya mencerminkan keyakinan pasar terhadap arah kebijakan global, tetapi juga menegaskan pentingnya kerja sama multilateral dalam menghadapi tantangan energi dan geopolitik dunia.
Dengan latar belakang ketegangan geopolitik yang mulai didorong ke arah penyelesaian, serta kerja sama ekonomi lintas benua yang terus diperkuat, harga minyak dunia memiliki peluang untuk terus bergerak stabil dalam jangka pendek hingga menengah.
Momentum ini dinilai menjadi peluang besar untuk memperkuat ketahanan energi global sekaligus menciptakan kestabilan bagi negara-negara produsen maupun konsumen utama minyak di dunia.