JAKARTA - Bank Indonesia mengajak Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk secara aktif menjaga stabilitas inflasi guna mencegah penurunan daya beli masyarakat. Laju inflasi yang berlebihan dapat memicu kenaikan harga kebutuhan pokok, sehingga berdampak negatif pada kesejahteraan warga.
Hingga angka inflasi di Buleleng tercatat sebesar 1,24 persen, yang masih berada jauh di bawah batas aman sebesar 3,5 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengendalian inflasi di wilayah Bali Utara masih terjaga dengan baik, namun perhatian tetap diperlukan agar tren ini berlanjut.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menjelaskan bahwa berbagai faktor berpotensi menekan laju inflasi di Buleleng. Faktor alam seperti kemarau basah yang sedang berlangsung memungkinkan serangan hama dan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) meningkat, sehingga memengaruhi produktivitas sektor pertanian.
“Fenomena ini harus diantisipasi karena dapat mengganggu pasokan bahan pangan yang berakibat pada kenaikan harga,” papar Erwin. Selain faktor alam, lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara selama musim liburan turut meningkatkan permintaan terhadap pangan dan barang konsumsi lain, yang berpotensi menekan harga.
Kondisi musiman lain juga perlu diperhitungkan, seperti adanya pengeluaran tambahan menjelang tahun ajaran baru dengan kenaikan biaya pendidikan. Di sisi lain, faktor global turut memengaruhi kondisi inflasi lokal, misalnya kenaikan harga emas dunia yang dipicu oleh ketegangan geopolitik internasional.
Dari sisi demografi, Buleleng menghadapi tantangan struktural yang juga perlu menjadi perhatian. Mayoritas petani di wilayah ini masih berusia lanjut, yang dapat mempengaruhi produktivitas pertanian jangka panjang.
“Regenerasi petani menjadi penting untuk menjaga ketahanan pangan serta mendukung stabilitas harga kebutuhan pokok,” tegas Erwin. Untuk menjaga kondisi ini, Bank Indonesia mendorong Pemkab Buleleng mengambil langkah-langkah konkret, seperti operasi pasar guna menstabilkan harga, diversifikasi produk pangan, serta peningkatan produktivitas di sektor pertanian.
Selain itu, penguatan kerja sama antar daerah (KAD) juga dinilai sangat strategis. Sinergi lintas sektor diharapkan mampu mempercepat penyelesaian tantangan terkait ketahanan pangan dan stabilitas harga, serta menjaga daya beli masyarakat agar tetap kuat.
Bank Indonesia percaya bahwa melalui langkah-langkah bersama dan kolaborasi yang solid, Bali Utara dapat menjaga laju inflasi tetap terkendali, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.